Asa Wisata dan Perikanan, Jepang dan AS Tertarik Berinvestasi di Natuna
A
A
A
PENGEMBANGAN Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, terus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Apalagi, setelah Tiongkok mengklaim Laut Natuna sebagai milik mereka. Selain fokus menjaga teritori Indonesia di Laut Natuna, pemerintah mulai bergerak “agak” cepat agar Laut Natuna yang memiliki potensi besar, seperti hasil laut, gas, dan pariwisata tidak lagi di klaim negara lain.
Diketahui, AS dan Jepang tertarik berinvestasi di Kabupaten Natuna. Kedua negara maju ini ingin menanamkan modal pada sektor pariwisata dan perikanan. Selain memiliki potensi perikanan yang melimpah, wilayah Natuna diketahui banyak menyimpan potensi yang bisa menguntungkan investor.
Wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Vietnam, dan Kamboja ini memiliki total potensi perikanan tangkap mencapai satu juta ton per tahun. Kelompok ikan dengan jumlah potensi tertinggi, di antaranya ikan pelagis besar 621 ribu ton dan demersal 334 ribu ton.
Pemerintah merencanakan membangun sentra kelautan dan perikanan terpadu untuk meningkatkan upaya pengelolaan perikanan tangkap dari 9,3% menjadi 40%. Kelolaan ini diambil dari stok ikan lestari. Khusus di industri pengolahan ikan, investasi asing dibuka untuk pihak asing hingga 100%. Selain di sektor perikanan tangkap, pengembangan industri perikanan di wilayah Natuna juga diarahkan pada sektor industri.
Dalam keterangan persnya pekan kemarin, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, AS dan Jepang tertarik menanamkan investasinya di Kepulauan Natuna. Kedua negara tersebut berancang-ancang mengembangkan potensi wisata daerah itu. Kemungkinan diving, resor atau mengembangkan wisata pulau. Di sektor perikanan, para investor asing tertarik pada budidaya perikanan dan penangkapan ikan di perairan Natuna. “Di bidang ini bisa dikembangkan budidaya ikan, penangkapan ikan di laut wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia,” katanya.
Luhut menambahkan, tim melakukan peninjauan pada 16, 17, dan 18 Januari. “Nantinya bukan hanya Jepang, ada Amerika Serikat juga. Adam Boehler dari DFC juga mau masuk ke situ dan join dengan Jepang. Setelah kunjungan tim itu, baru kami putuskan lagi,” sebutnya.
Ketertarikan Jepang untuk berinvestasi di Natuna lewat perikanan dan pariwisata bahkan telah dibuktikan pula dengan kunjungan tim Kedutaan Besar Jepang ke pemerintah daerah (pemda) beberapa waktu lalu. Takashi Sawada, perwakilan tim Kedubes Jepang, dalam rapat koordinasi bersama Pemkab Natuna menyampaikan, Pemerintah Jepang telah lama menjalin hubungan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia di berbagai bidang. Menurut hasil rapat internal pihak Jepang, telah disepakati akan membangun sejumlah destinasi wisata baru di Natuna.
Menurutnya, saat ini pihak Jepang akan melakukan peninjauan terhadap ketersediaan fasilitas pendukung wisata Natuna, seperti hotel, restoran, dan fasilitas pendukung lainnya guna kenyamanan bagi para wisatawan nantinya. “Kami sangat tertarik sekali untuk membangun destinasi baru di Kepulauan Natuna. Kami sudah memiliki travel agent yang khusus menangani wisata diving di lautan. Kami juga akan mengecek segala fasilitas pendukung lain yang ada di sini,” paparnya.
Sementara itu, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal diwakili Sekda Natuna Wan Siswandi menyambut baik kehadiran tim Kedubes Jepang dan menyatakan ketertarikan untuk membangun destinasi wisata baru di Kabupaten Natuna. Kepada Takashi, Siswandi memaparkan pembangunan Kabupaten Natuna di wilayah perbatasan telah ditetapkan dalam lima pilar pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Presiden RI Joko Widodo. Salah satu poin dari lima pilar pembangunan tersebut ialah sektor pariwisata.
Sejalan dengan itu, Pemda Natuna telah banyak membuat program kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata. Natuna juga telah ditetapkan menjadi daerah kawasan Geopark Nasional oleh pemerintah pusat. “Saat ini Kabupaten Natuna telah diusulkan kepada UNESCO PBB untuk menjadi kawasan Geopark Internasional,” ucap Siswandi.
Siswandi berharap ketertarikan pengembangan destinasi wisata Natuna oleh Jepang dapat berjalan lancar. Dengan begitu, bisa berdampak pada peningkatkan ekonomi masyarakat Natuna, terutama pada pengelola travel, hotel dan rumah makan. (B. Lilia Nova)
Diketahui, AS dan Jepang tertarik berinvestasi di Kabupaten Natuna. Kedua negara maju ini ingin menanamkan modal pada sektor pariwisata dan perikanan. Selain memiliki potensi perikanan yang melimpah, wilayah Natuna diketahui banyak menyimpan potensi yang bisa menguntungkan investor.
Wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Vietnam, dan Kamboja ini memiliki total potensi perikanan tangkap mencapai satu juta ton per tahun. Kelompok ikan dengan jumlah potensi tertinggi, di antaranya ikan pelagis besar 621 ribu ton dan demersal 334 ribu ton.
Pemerintah merencanakan membangun sentra kelautan dan perikanan terpadu untuk meningkatkan upaya pengelolaan perikanan tangkap dari 9,3% menjadi 40%. Kelolaan ini diambil dari stok ikan lestari. Khusus di industri pengolahan ikan, investasi asing dibuka untuk pihak asing hingga 100%. Selain di sektor perikanan tangkap, pengembangan industri perikanan di wilayah Natuna juga diarahkan pada sektor industri.
Dalam keterangan persnya pekan kemarin, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, AS dan Jepang tertarik menanamkan investasinya di Kepulauan Natuna. Kedua negara tersebut berancang-ancang mengembangkan potensi wisata daerah itu. Kemungkinan diving, resor atau mengembangkan wisata pulau. Di sektor perikanan, para investor asing tertarik pada budidaya perikanan dan penangkapan ikan di perairan Natuna. “Di bidang ini bisa dikembangkan budidaya ikan, penangkapan ikan di laut wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia,” katanya.
Luhut menambahkan, tim melakukan peninjauan pada 16, 17, dan 18 Januari. “Nantinya bukan hanya Jepang, ada Amerika Serikat juga. Adam Boehler dari DFC juga mau masuk ke situ dan join dengan Jepang. Setelah kunjungan tim itu, baru kami putuskan lagi,” sebutnya.
Ketertarikan Jepang untuk berinvestasi di Natuna lewat perikanan dan pariwisata bahkan telah dibuktikan pula dengan kunjungan tim Kedutaan Besar Jepang ke pemerintah daerah (pemda) beberapa waktu lalu. Takashi Sawada, perwakilan tim Kedubes Jepang, dalam rapat koordinasi bersama Pemkab Natuna menyampaikan, Pemerintah Jepang telah lama menjalin hubungan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia di berbagai bidang. Menurut hasil rapat internal pihak Jepang, telah disepakati akan membangun sejumlah destinasi wisata baru di Natuna.
Menurutnya, saat ini pihak Jepang akan melakukan peninjauan terhadap ketersediaan fasilitas pendukung wisata Natuna, seperti hotel, restoran, dan fasilitas pendukung lainnya guna kenyamanan bagi para wisatawan nantinya. “Kami sangat tertarik sekali untuk membangun destinasi baru di Kepulauan Natuna. Kami sudah memiliki travel agent yang khusus menangani wisata diving di lautan. Kami juga akan mengecek segala fasilitas pendukung lain yang ada di sini,” paparnya.
Sementara itu, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal diwakili Sekda Natuna Wan Siswandi menyambut baik kehadiran tim Kedubes Jepang dan menyatakan ketertarikan untuk membangun destinasi wisata baru di Kabupaten Natuna. Kepada Takashi, Siswandi memaparkan pembangunan Kabupaten Natuna di wilayah perbatasan telah ditetapkan dalam lima pilar pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Presiden RI Joko Widodo. Salah satu poin dari lima pilar pembangunan tersebut ialah sektor pariwisata.
Sejalan dengan itu, Pemda Natuna telah banyak membuat program kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata. Natuna juga telah ditetapkan menjadi daerah kawasan Geopark Nasional oleh pemerintah pusat. “Saat ini Kabupaten Natuna telah diusulkan kepada UNESCO PBB untuk menjadi kawasan Geopark Internasional,” ucap Siswandi.
Siswandi berharap ketertarikan pengembangan destinasi wisata Natuna oleh Jepang dapat berjalan lancar. Dengan begitu, bisa berdampak pada peningkatkan ekonomi masyarakat Natuna, terutama pada pengelola travel, hotel dan rumah makan. (B. Lilia Nova)
(ysw)