Agresif, Investasi China Geser Jepang di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi China di Indonesia pada tahun 2019 senilai USD4,74 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 2.130. Investasi dari China berada diurutan kedua terbesar, menggeser Jepang yang kini berada di posisi ketiga.
Tercatat, investasi dari Jepang pada tahun 2019 sebesar USD4,31 miliar dengan 3.835 garapan proyek. Posisi tersebut mengalami pergeseran dari tahun 2018, di mana China sebelumnya berada di posisi ketiga dengan jumlah investasi sebesar USD2,01 miliar dan 1.562 proyek. Sementara Jepang di posisi kedua dengan nilai investasi USD4,95 miliar dan 3.166 proyek.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah tidak menaruh prioritas investasi dari China. Menurut dia, realisasi investasi China meningkat tajam karena negara tersebut sangat agresif.
"Semua yang kita tawarkan ke China, kita tawarkan juga ke negara lain. Tapi China lebih agresif," ujarnya di Kantor BKPM, Rabu (29/1/2020).
Bahlil melanjutkan, China berani masuk ke sektor padat modal seperti manufaktur dan infrastruktur. Selain itu, kajian kelayakan (feasibility study) China lebih cepat dibandingkan Jepang. "China antara feasibility study dan intuisinya seimbang. Kalau Jepang terlalu lama feasibility study-nya, kajiannya bisa 3-4 tahun," ungkapnya.
Meski begitu, Bahlil menilai Jepang sangat berkomitmen dalam realisasi investasi. "Tapi bagus, Jepang setelah feasibility study pasti jalan," imbuhnya.
Bahlil juga mewaspadai investasi dari China yang bisa menurun jika virus corona tidak dituntaskan dalam waktu dua bulan. "Kalau 2-3 bulan tidak selesai, realisasi investasi China akan turun. Kalai mereka bisa selesaikan segera maka akan naik," tuturnya.
Tercatat, investasi dari Jepang pada tahun 2019 sebesar USD4,31 miliar dengan 3.835 garapan proyek. Posisi tersebut mengalami pergeseran dari tahun 2018, di mana China sebelumnya berada di posisi ketiga dengan jumlah investasi sebesar USD2,01 miliar dan 1.562 proyek. Sementara Jepang di posisi kedua dengan nilai investasi USD4,95 miliar dan 3.166 proyek.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah tidak menaruh prioritas investasi dari China. Menurut dia, realisasi investasi China meningkat tajam karena negara tersebut sangat agresif.
"Semua yang kita tawarkan ke China, kita tawarkan juga ke negara lain. Tapi China lebih agresif," ujarnya di Kantor BKPM, Rabu (29/1/2020).
Bahlil melanjutkan, China berani masuk ke sektor padat modal seperti manufaktur dan infrastruktur. Selain itu, kajian kelayakan (feasibility study) China lebih cepat dibandingkan Jepang. "China antara feasibility study dan intuisinya seimbang. Kalau Jepang terlalu lama feasibility study-nya, kajiannya bisa 3-4 tahun," ungkapnya.
Meski begitu, Bahlil menilai Jepang sangat berkomitmen dalam realisasi investasi. "Tapi bagus, Jepang setelah feasibility study pasti jalan," imbuhnya.
Bahlil juga mewaspadai investasi dari China yang bisa menurun jika virus corona tidak dituntaskan dalam waktu dua bulan. "Kalau 2-3 bulan tidak selesai, realisasi investasi China akan turun. Kalai mereka bisa selesaikan segera maka akan naik," tuturnya.
(fjo)