Pertumbuhan Ekonomi Jabar 2019 Jatuh ke 5,07%
A
A
A
BANDUNG - Perekonomian Jawa Barat (Jabar) tahun 2019 tumbuh melambat menjadi 5,07% year on year (yoy). Angka tersebut jatuh dibandingkan tahun 2018 yang memcapai 5,66%. Pencapaian 5,07% lebih rendah dibandingkan ekspektasi sejumlah ekonom yang memprediksi ekonomi Jabar tahun 2019 berada di 5,2-5,4%.
Adapun secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi Jabar pada kuartal IV 2019 hanya mencapai 4,11% (yoy), jatuh dibandingkan kuartal III 2019 yang tumbuh sebesar 5,15%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Dody Herlando, menerangkan perlambatan ekonomi Jabar tidak lepas dari kondisi ekonomi global sepanjang tahun 2019. Belum lagi, pengaruh politik di dalam negeri, dimana berlangsung Pemilihan Presiden (Pilpres) sehingga banyak pelaku usaha memilih wait and see.
"Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun lalu didukung hampir semua lapangan usaha kecuali pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar 2,7% dan Pengadaan Listrik dan Gas turun 1,20%," jelas Dody di Bandung, Rabu (5/2/2020).
Menurut dia, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Real Estate yang naik 9,54%. Diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,48%, dan Informasi dan Komunikasi sebesar 9,31%.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2019, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu 1,75%, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,15%; Konstruksi 0,52%; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 0,38%.
Turunnya ekonomi Jabar, dipengaruhi oleh beberapa faktor di sektor pengeluaran. Diantaranya Komponen Ekspor Barang dan Jasa hanya tercapai 6,97%; diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,91%; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,75%; Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,11%; dan lainnya.
Struktur Ekonomi Jawa Barat tahun 2019, kata Dody, masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (65,30%); diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar (25,21%) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar (5,64%).
Adapun secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi Jabar pada kuartal IV 2019 hanya mencapai 4,11% (yoy), jatuh dibandingkan kuartal III 2019 yang tumbuh sebesar 5,15%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Dody Herlando, menerangkan perlambatan ekonomi Jabar tidak lepas dari kondisi ekonomi global sepanjang tahun 2019. Belum lagi, pengaruh politik di dalam negeri, dimana berlangsung Pemilihan Presiden (Pilpres) sehingga banyak pelaku usaha memilih wait and see.
"Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun lalu didukung hampir semua lapangan usaha kecuali pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan sebesar 2,7% dan Pengadaan Listrik dan Gas turun 1,20%," jelas Dody di Bandung, Rabu (5/2/2020).
Menurut dia, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Real Estate yang naik 9,54%. Diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,48%, dan Informasi dan Komunikasi sebesar 9,31%.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2019, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu 1,75%, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,15%; Konstruksi 0,52%; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 0,38%.
Turunnya ekonomi Jabar, dipengaruhi oleh beberapa faktor di sektor pengeluaran. Diantaranya Komponen Ekspor Barang dan Jasa hanya tercapai 6,97%; diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,91%; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,75%; Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,11%; dan lainnya.
Struktur Ekonomi Jawa Barat tahun 2019, kata Dody, masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (65,30%); diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar (25,21%) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar (5,64%).
(ven)