BI Jabar Waspadai Dampak Ekonomi Akibat Virus Corona
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Barat mewaspadai dampak ekonomi akibat penyebaran virus corona. Dampak ini dikhawatirkan bakal meluas, di tengah perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang mulai mereda.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, menyatakan tahun ini adalah momentum perbaikan ekonomi global, pasca meredanya tensi perang dagang AS-China. Kondisi ini perlu dimanfaatkan agar Jawa Barat dapat tumbuh lebih baik di tahun 2020.
"Meskipun begitu, potensi risiko perlu terus diwaspadai, antara lain dampak negatif penyebaran virus corona," kata Herawanto usai pengukuhan dirinya menjadi Kepala BI Jabar, menggantikan Doni P. Joewono dalam siaran persnya, Minggu (9/2/2020).
Menurut dia, upaya perbaikan ekonomi melihat perlambatan yang cukup dalam pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2019. Yaitu dari 5,66% (yoy) di tahun 2018 menjadi 5,07% (yoy) do 2019. Pertambahan ini disebabkan perang dagang dan kegiatan Pilpres 2019 lalu.
Jawa Barat, kata dia, sebagai provinsi strategis bagi perekonomian nasional, dengan dominasi sektor industri pengolahan dan jumlah penduduk yang relatif besar menghadapi tantangan yang tidak mudah. Antara lain karena transmisi dampak kondisi perekonomian global dirasakan langsung oleh Jawa Barat.
Menurut dia, Bank Indonesia siap melakukan langkah sinergis dan kolaboratif dengan segenap mitra strategis untuk memperkuat pengendalian inflasi dan pengembangan ekonomi daerah.
Ke depan, kata dia, kegiatan pengendalian inflasi Jawa Barat perlu terus diperkuat, meskipun pencapaian inflasi tahun 2019 relatif terkendali sebesar 3,21%. Berbagai program inovasi pengendalian inflasi daerah perlu disinergikan, di samping peningkatan awareness inflasi seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 dan tahun-tahun berikutnya, Bank Indonesia memandang upaya menjaga kinerja industri manufaktur perlu diprioritaskan agar kinerja ekspor dapat ditingkatkan. Upaya ini dilakukan dengan terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, memperluas pasar ekspor produk industri manufaktur, serta mendorong industri kreatif.
Selain itu, upaya mendorong investasi dan memperkuat daya beli masyarakat perlu dilanjutkan. Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat akan terus berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong investasi melalui West Java Investment Summit, mengembangkan UMKM melalui gelaran Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan WUBI (Wirausaha Bank Indonesia). Di samping itu Bank Indonesia terus mengakselerasi transaksi sistem pembayaran melalui implementasi program QR Code Indonesian Standard (QRIS).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, menyatakan tahun ini adalah momentum perbaikan ekonomi global, pasca meredanya tensi perang dagang AS-China. Kondisi ini perlu dimanfaatkan agar Jawa Barat dapat tumbuh lebih baik di tahun 2020.
"Meskipun begitu, potensi risiko perlu terus diwaspadai, antara lain dampak negatif penyebaran virus corona," kata Herawanto usai pengukuhan dirinya menjadi Kepala BI Jabar, menggantikan Doni P. Joewono dalam siaran persnya, Minggu (9/2/2020).
Menurut dia, upaya perbaikan ekonomi melihat perlambatan yang cukup dalam pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat 2019. Yaitu dari 5,66% (yoy) di tahun 2018 menjadi 5,07% (yoy) do 2019. Pertambahan ini disebabkan perang dagang dan kegiatan Pilpres 2019 lalu.
Jawa Barat, kata dia, sebagai provinsi strategis bagi perekonomian nasional, dengan dominasi sektor industri pengolahan dan jumlah penduduk yang relatif besar menghadapi tantangan yang tidak mudah. Antara lain karena transmisi dampak kondisi perekonomian global dirasakan langsung oleh Jawa Barat.
Menurut dia, Bank Indonesia siap melakukan langkah sinergis dan kolaboratif dengan segenap mitra strategis untuk memperkuat pengendalian inflasi dan pengembangan ekonomi daerah.
Ke depan, kata dia, kegiatan pengendalian inflasi Jawa Barat perlu terus diperkuat, meskipun pencapaian inflasi tahun 2019 relatif terkendali sebesar 3,21%. Berbagai program inovasi pengendalian inflasi daerah perlu disinergikan, di samping peningkatan awareness inflasi seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 dan tahun-tahun berikutnya, Bank Indonesia memandang upaya menjaga kinerja industri manufaktur perlu diprioritaskan agar kinerja ekspor dapat ditingkatkan. Upaya ini dilakukan dengan terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, memperluas pasar ekspor produk industri manufaktur, serta mendorong industri kreatif.
Selain itu, upaya mendorong investasi dan memperkuat daya beli masyarakat perlu dilanjutkan. Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat akan terus berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong investasi melalui West Java Investment Summit, mengembangkan UMKM melalui gelaran Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan WUBI (Wirausaha Bank Indonesia). Di samping itu Bank Indonesia terus mengakselerasi transaksi sistem pembayaran melalui implementasi program QR Code Indonesian Standard (QRIS).
(ven)