Dorong Potensi Ekonomi Lokal, PT LAJ Gelar Pelatihan Budidaya Lebah Madu
A
A
A
JAMBI - PT Lestari Asri Jaya (LAJ) selaku anak usaha PT Royal Lestari Utama (RLU) bersama dengan Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) menggelar pelatihan budidaya lebah madu. Kegiatan yang dilaksanakan pada 11-12 Februari 2020 ini diikuti sekitar 30 peserta yang berasal dari warga di dalam dan sekitar kawasan Wilayah Cinta Alam/Wildlife Conservation Area (WCA) yaitu area lintasan gajah yang diperuntukkan bagi perlindungan jangka panjang gajah sumatera yang terancam punah.
Pelatihan ini juga diikuti oleh karyawan PT LAJ dan perwakilan dari Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Fifin Arfiana Jogasara mengatakan, pelatihan ini adalah salah satu wujud kerjasama TNBT dengan anak usaha RLU, PT LAJ yang meliputi perlindungan kawasan penyangga, pengawetan flora dan fauna, restorasi ekosistem, serta pemberdayaan masyarakat.
"Kegiatan ini penting dalam rangka upaya perlindungan kawasan ekosistem, serta flora dan fauna. Pemberdayaan masyarakat dalam wujud pelatihan budidaya lebah madu diharapan akan berdampak pada kesejahteraan warga dan memberikan dampak positif pada upaya perlindungan kawasan, flora dan fauna,” kata Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Fifin Arfiana.
Sementara itu Direktur Royal Lestari Utama Meizani Irmadhiany mengatakan, bahwa pelatihan ini adalah wujud komitmen untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan. “Melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan melalui sumber penghidupan berbasis non-lahan,” kata Direktur RLU, Meizani Irmadhiany.
KPHP Unit IX Tebo Barat Taupiq Bukhari mewakili pemerintah mendukung upaya pemberdayaan budidaya lebah madu yang merupakan salah satu potensi ekonomi lokal. “Pelatihan budidaya madu hutan yang dilakukan LAJ bisa menjadi langkah awal positif bagi pengembangan potensi Kabupaten Tebo menjadi salah satu daerah produsen madu di Provinsi Jambi,” tutur KPHP Unit IX Tebo Barat Taupiq Bukhari.
Selain meningkatkan kesejahteraan warga, sejatinya pelatihan budidaya lebah ini juga ditujukan untuk meminimalkan kerusakan lahan pertanian warga serta konflik lainnya antara gajah dengan manusia. Berdasarkan penelitian, gajah takut dengan koloni lebah.
Didik B. Purwanto Wakil Sekretaris Jendral Asosiasi Perlebahan Indonesia yang juga menjadi pengajar dalam kegiatan ini mengungkapkan bahwa Budidaya lebah sebagai pagar alami untuk gajah ini adalah inovasi yang akan terus dikembangkan di Indonesia.
“Budidaya lebah madu juga akan membuat masyarakat melakukan penghijauan sekaligus menyediakan pakan bagi lebah madu. Penanaman pakan atau tumbuhan bagi lebah madu juga dimaksudkan sebagai uji coba batas alam areal Gajah Sumatera,” ungkap Didik.
Melalui pelatihan ini warga diharapkan mampu membudidayakan lebah madu dari jenis Apis cerana yang memiliki sengat dan dikenal sebagai lebah yang relatif mudah untuk dibudidayakan. Selain produktif menghasilkan madu, lebah ini juga dapat dipanen produk lainnya, antara lain lilin yang banyak dibutuhkan oleh perajin batik.
Selain itu warga juga dilatih untuk membudidayakan Lebah Kelulut (meliponinae). Lebah Kelulut adalah jenis lebah yang memiliki ukuran relatif lebih kecil dari lebah pada umumnya dan tidak memiliki sengat (stingless bees). Madu Kelulut saat ini digemari karena kemudahan pemeliharaan, harga jual madu yang atraktif, menghasilkan propolis yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia sehingga berpotensi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga serta kesehatan lingkungan hidup.
Dengan kesejahteraan yang meningkat, diharapkan warga tidak lagi melakukan perambahan hutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan kawasan hutan produksi secara lestari adalah laju perambahan. Sebagai perusahaan Hutan Tanaman Industri di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, RLU sudah merespons situasi itu dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Pemetaan Potensi dan Resolusi Konflik.
Tidak hanya budidaya lebah madu, untuk meningkatkan kesejahteraan warga RLU juga melakukan transfer teknologi budidaya pertanian. Salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat Desa Kuamang. Pasca pembinaan oleh perusahaan, kini warga desa kesejahteraannya lebih meningkat berkat budadaya tanaman pangan dan sayuran.
Terkait pelestarian lingkungan dan satwa, RLU juga mendedikasikan untuk kawasan konservasi termasuk mendirikan WCA. Perseroan juga memiliki tim konservasi khusus termasuk Ranger yang bertugas melakukan perlindungan kawasan, monitoring flora dan fauna, penanaman pada area yang rusak dan edukasi kepada masyarakat.
Pelatihan ini juga diikuti oleh karyawan PT LAJ dan perwakilan dari Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Fifin Arfiana Jogasara mengatakan, pelatihan ini adalah salah satu wujud kerjasama TNBT dengan anak usaha RLU, PT LAJ yang meliputi perlindungan kawasan penyangga, pengawetan flora dan fauna, restorasi ekosistem, serta pemberdayaan masyarakat.
"Kegiatan ini penting dalam rangka upaya perlindungan kawasan ekosistem, serta flora dan fauna. Pemberdayaan masyarakat dalam wujud pelatihan budidaya lebah madu diharapan akan berdampak pada kesejahteraan warga dan memberikan dampak positif pada upaya perlindungan kawasan, flora dan fauna,” kata Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Fifin Arfiana.
Sementara itu Direktur Royal Lestari Utama Meizani Irmadhiany mengatakan, bahwa pelatihan ini adalah wujud komitmen untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan. “Melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan melalui sumber penghidupan berbasis non-lahan,” kata Direktur RLU, Meizani Irmadhiany.
KPHP Unit IX Tebo Barat Taupiq Bukhari mewakili pemerintah mendukung upaya pemberdayaan budidaya lebah madu yang merupakan salah satu potensi ekonomi lokal. “Pelatihan budidaya madu hutan yang dilakukan LAJ bisa menjadi langkah awal positif bagi pengembangan potensi Kabupaten Tebo menjadi salah satu daerah produsen madu di Provinsi Jambi,” tutur KPHP Unit IX Tebo Barat Taupiq Bukhari.
Selain meningkatkan kesejahteraan warga, sejatinya pelatihan budidaya lebah ini juga ditujukan untuk meminimalkan kerusakan lahan pertanian warga serta konflik lainnya antara gajah dengan manusia. Berdasarkan penelitian, gajah takut dengan koloni lebah.
Didik B. Purwanto Wakil Sekretaris Jendral Asosiasi Perlebahan Indonesia yang juga menjadi pengajar dalam kegiatan ini mengungkapkan bahwa Budidaya lebah sebagai pagar alami untuk gajah ini adalah inovasi yang akan terus dikembangkan di Indonesia.
“Budidaya lebah madu juga akan membuat masyarakat melakukan penghijauan sekaligus menyediakan pakan bagi lebah madu. Penanaman pakan atau tumbuhan bagi lebah madu juga dimaksudkan sebagai uji coba batas alam areal Gajah Sumatera,” ungkap Didik.
Melalui pelatihan ini warga diharapkan mampu membudidayakan lebah madu dari jenis Apis cerana yang memiliki sengat dan dikenal sebagai lebah yang relatif mudah untuk dibudidayakan. Selain produktif menghasilkan madu, lebah ini juga dapat dipanen produk lainnya, antara lain lilin yang banyak dibutuhkan oleh perajin batik.
Selain itu warga juga dilatih untuk membudidayakan Lebah Kelulut (meliponinae). Lebah Kelulut adalah jenis lebah yang memiliki ukuran relatif lebih kecil dari lebah pada umumnya dan tidak memiliki sengat (stingless bees). Madu Kelulut saat ini digemari karena kemudahan pemeliharaan, harga jual madu yang atraktif, menghasilkan propolis yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia sehingga berpotensi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga serta kesehatan lingkungan hidup.
Dengan kesejahteraan yang meningkat, diharapkan warga tidak lagi melakukan perambahan hutan. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan kawasan hutan produksi secara lestari adalah laju perambahan. Sebagai perusahaan Hutan Tanaman Industri di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, RLU sudah merespons situasi itu dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Pemetaan Potensi dan Resolusi Konflik.
Tidak hanya budidaya lebah madu, untuk meningkatkan kesejahteraan warga RLU juga melakukan transfer teknologi budidaya pertanian. Salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat Desa Kuamang. Pasca pembinaan oleh perusahaan, kini warga desa kesejahteraannya lebih meningkat berkat budadaya tanaman pangan dan sayuran.
Terkait pelestarian lingkungan dan satwa, RLU juga mendedikasikan untuk kawasan konservasi termasuk mendirikan WCA. Perseroan juga memiliki tim konservasi khusus termasuk Ranger yang bertugas melakukan perlindungan kawasan, monitoring flora dan fauna, penanaman pada area yang rusak dan edukasi kepada masyarakat.
(akr)