Jelang Rilis Data Ekonomi Asia, Harga Minyak Naik Tipis
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia naik tipis pada awal pekan ini seiring investor bersiap untuk data ekonomi Asia yang akan dirilis minggu ini, yang mestinya memberikan bacaan tentang bagaimana dampak epidemi virus corona telah mempengaruhi permintaan minyak.
Minyak mentah Brent LCOc1 tercatat berada di USD56,99 per barel, turun USD33 sen setelah naik 5,2% minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2019. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun USD13 sen menjadi USD51,92 per barel, setelah naik 3,4% minggu lalu.
Kenaikan mingguan ini, yang pertama sejak awal Januari, didorong oleh harapan bahwa langkah-langkah stimulus yang diambil oleh China untuk mendukung ekonominya di tengah wabah virus corfona dapat mengarah pada pemulihan permintaan minyak di negara pengimpor terbesar di dunia tersebut.
Tetapi, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa virus itu sudah menyebabkan penurunan permintaan minyak sebesar 435.000 barel per hari (bph) pada kuartal pertama ini, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Analis di Capital Economics mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa terlalu dini untuk mulai menilai dampak ekonomi jangka panjang dari epidemi corona.
"Perhatian akan diberikan (minggu ini) pada kisaran PMI manufaktur (indeks manajer pembelian) untuk Februari, terutama yang di Asia, karena ini akan memberikan indikasi awal tentang seberapa signifikan virus mempengaruhi rantai pasokan manufaktur global," ungkap Capital Economics seperti dikutip Reuters, Senin (17/2/2020).
Capital Economics memperkirakan data akan menunjukkan pelemahan. Tetapi, jika data yang ada lebih baik dari perkiraan, maka harga komoditas industri diyakini akan menunjukkan kenaikan lebih lanjut.
Investor juga mengantisipasi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menyetujui proposal untuk memperdalam pengurangan produksi dalam upaya memperketat pasokan global dan mendukung harga minyak.
Grup yang juga dikenal sebagai OPEC + ini memiliki perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 2,1 juta barel per hari hingga akhir Maret.
Komite teknis telah merekomendasikan kelompok tersebut mengurangi produksi hingga 600.000 barel per hari lainnya karena dampak dari virus corona pada permintaan minyak China.
Minyak mentah Brent LCOc1 tercatat berada di USD56,99 per barel, turun USD33 sen setelah naik 5,2% minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2019. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun USD13 sen menjadi USD51,92 per barel, setelah naik 3,4% minggu lalu.
Kenaikan mingguan ini, yang pertama sejak awal Januari, didorong oleh harapan bahwa langkah-langkah stimulus yang diambil oleh China untuk mendukung ekonominya di tengah wabah virus corfona dapat mengarah pada pemulihan permintaan minyak di negara pengimpor terbesar di dunia tersebut.
Tetapi, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa virus itu sudah menyebabkan penurunan permintaan minyak sebesar 435.000 barel per hari (bph) pada kuartal pertama ini, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Analis di Capital Economics mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa terlalu dini untuk mulai menilai dampak ekonomi jangka panjang dari epidemi corona.
"Perhatian akan diberikan (minggu ini) pada kisaran PMI manufaktur (indeks manajer pembelian) untuk Februari, terutama yang di Asia, karena ini akan memberikan indikasi awal tentang seberapa signifikan virus mempengaruhi rantai pasokan manufaktur global," ungkap Capital Economics seperti dikutip Reuters, Senin (17/2/2020).
Capital Economics memperkirakan data akan menunjukkan pelemahan. Tetapi, jika data yang ada lebih baik dari perkiraan, maka harga komoditas industri diyakini akan menunjukkan kenaikan lebih lanjut.
Investor juga mengantisipasi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menyetujui proposal untuk memperdalam pengurangan produksi dalam upaya memperketat pasokan global dan mendukung harga minyak.
Grup yang juga dikenal sebagai OPEC + ini memiliki perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 2,1 juta barel per hari hingga akhir Maret.
Komite teknis telah merekomendasikan kelompok tersebut mengurangi produksi hingga 600.000 barel per hari lainnya karena dampak dari virus corona pada permintaan minyak China.
(fjo)