Bisnis Menjanjikan, Banyak Artis Merangkap Jadi Developer Properti
A
A
A
JAKARTA - Bisnis properti menjadi salah satu bisnis menjanjikan. Tak pelak, banyak kalangan mencoba peruntungan dari bisnis tersebut, termasuk para artis.
Pesinetron Nikita Willy misalnya, meskipun mengaku tidak sengaja terjun menggeluti bisnis properti ini, dia kini begitu menikmati bisnis sampingannya tersebut.
Sang ibunda sekaligus manajer Nikita, Yora Febrine, bercerita bahwa awalnya Niki hanya membangun beberapa rumah di tanah yang sudah telanjur dibelinya di Jatiwaringin, Jakarta Timur, pada 2011.
"Tanahnya seluas 1.600 meter persegi diniatkan bangun rumah untuk kami tempati. Namun, ternyata lokasi tidak sesuai dengan konsep rumah yang diinginkan Nikita," ujar Yora.
Tidak lama kemudian, Yora membeli sebidang tanah kembali seluas 700 meter persegi yang ternyata kembali ditolak arsitek mereka. Akhirnya, tanah yang sudah telanjur dibeli itu dibuat beberapa rumah kemudian dijual. Hasilnya mengejutkan, ibu dua anak ini menyebut penjualan rumah-rumah tersebut bak kacang goreng karena laku dalam waktu singkat.
Saat itu, Nikita yang tengah banyak tawaran syuting sinetron tidak mau melewatkan kesempatan ini. Terlebih setelah dia mengetahui keuntungan yang didapat dari membangun klaster rumah. "Mumpung sedang banyak uang, daripada belanja tidak jelas. Saya belikan tanah di lokasi strategis, kemudian bangun rumah," ungkapnya.
Dia menyasar kelas menengah atas dengan rumah lantai dua, dua kamar tidur yang berada di atas dengan luas 110 meter persegi. Harga yang ditawarkan Rp1,2 miliar. Harga ini menurutnya sepadan dengan bahan kualitas terbaik yang dia pilihkan.
"Semua konsep rumah, warna, hingga bahan bangunan saya yang belanja. Semua selera saya, jadi seperti membangun rumah sendiri sehingga memang kami menawarkan kualitas terbaik," lanjutnya.
Yora yakin, membangun klaster karena memang memiliki kerabat seorang arsitek yang andal membuat desain rumah. Ditambah, karena sering membangun rumah sendiri, dia pun memiliki tim bangun yang juga sudah dipercaya.
"Kepala tukangnya selalu menyanggupi konsep yang kami berikan. Dan, hasilnya memang sangat bagus," tuturnya.
Kualitas rumah yang dihasilkan bertujuan juga untuk menjaga nama baik Nikita. Sebab, branding Nikita Willy selalu dibawa di setiap klaster yang diluncurkannya.
Meskipun Yora yang bertanggung jawab, Nikita tetap ikut andil dalam memberikan ide dan memutuskan bisnis apa yang ingin ditekuninya. Nikita tidak tertarik untuk bisnis kuliner bahkan parfum. Kini selain bisnis properti, dirinya tengah serius membuat skin care sendiri dan perhiasan.
"Untuk kuliner, saya dan Nikita merasa tidak mengerti. Jika restoran tidak laku tentu akan merugi, bandingkan jika menjual rumah, kalau tidak laku pun tidak merugi, bahkan harganya bisa mahal karena harga properti selalu naik," jelasnya.
Tidak ada masa kedaluwarsa untuk menjadi patokan mereka berani berbisnis properti. Nikita pun kerap memberikan ide untuk konsep desain rumah. Bahkan, kini Nikita dan Yora sedang mencari tanah kembali untuk kembali untuk membangun rumah. Targetnya masih seputar kawasan Jakarta Timur dan Bekasi. Sebab, wilayah tersebut masih masuk dengan harga yang ditawarkan.
Selain membangun rumah, Nikita juga membeli apartemen yang kemudian dijual kembali atau disewakan. Bisnis ini juga menguntungkan. Apartemen yang awalnya ditempati saat syuting, kemudian disewakan melalui agen properti dan situs penginapan.
Unit apartemen yang dimilikinya dibeli secara mencicil sesuai dengan bayaran sinetron per bulan yang diterima Nikita. "Rata-rata apartemen itu saya cicil dengan perjanjian sebulan Rp100 juta hingga lunas. Mereka menyetujui itu tanpa memberikan bunga karena pembayaran pesinetron itu per bulan untuk 10 episode. Walaupun Niki sudah mengerjakan ratusan episode, tapi tetap bayarannya mencicil per 10 episode setiap bulannya," jelas Yora.
Pengamat properti, Ronny Wuisan mengatakan, sudah sejak dulu banyak artis dan publik figur yang memilih properti sebagai bisnis setelah mereka pensiun. Ronny menyebut, musisi Ikang Fawzi dan pebulu tangkis Liliana Natsir pun membangun rumah dari awal.
Ikang menjadi pengembang untuk rumah sederhana setelah tidak lagi aktif di panggung. Menurut Ronny, menjadi pengembang properti sebetulnya tidak harus memiliki modal yang sangat besar. Sebab, para pengembang sebetulnya sama seperti konsumen dapat menggunakan bank untuk mencari modal untuk membangun konstruksi.
Pengembang properti dapat memanfaatkan pinjaman konstruksi seperti halnya mereka memanfaatkan KPR untuk konsumen saat membeli produk mereka. "Terpenting punya tanah dulu yang dibeli sendiri dengan cash sehingga bank pun percaya bahwa kita sungguh-sungguh ingin menjadi pengembang. Ditambah lebih aman jika tanah sudah milik kita sendiri," ungkap pemilik agen properti digital, Urban Ace ini.
Perbedaan pengusaha properti kecil dengan mereka yang sudah besar dan lama berdiri, tentunya pengusaha kecil ini ingin cepat balik modal. Ronny menjelaskan, caranya dengan konsumen membayar uang muka kepada mereka dan sisanya dicicil ke bank.
Melihat pasar properti yang terus berkembang, Ronny menyarankan agar para publik figur menggunakan penghasilan mereka untuk membeli tanah atau kaveling. Tanah dapat dijadikan investasi atau dibangun rumah untuk memulai bisnis properti. "Jika membangun klaster dari awal kemudian dijual, margin yang didapat minimal 20%," jelasnya.
Langkah yang dilakukan seseorang jika ingin menjadi pengusaha properti yakni memiliki tanah yang harus dikonsultasikan kepada arsitek yang mengerti pertanahan. Sebab, ada bagian wilayah yang tidak bisa dibangun. Selain itu, arsitek juga harus membuat masterplan, setelah itu menentukan harga kemudian mencari kontraktor. Setelah itu, dapat menentukan harga unit sesuai dengan harga pasaran di wilayah tersebut. Setelah itu, mereka mulai mencari kontraktor, dan ini bagian terpenting karena keberhasilan proyek ada di tangan kontraktor. Pengusaha harus terus mengawasi agar pembangunan berjalan sesuai perjanjian.
Raymond Arfandy, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Properti Komersial dan Hubungan Kelembagaan Real Estate Indonesia (REI) mengatakan, siapa saja bisa menjadi pengusaha properti atau pengembang dengan latar belakang profesi apa pun, asalkan memiliki modal dan kemauan untuk mengelola properti.
Raymond mengatakan, selebriti yang berbisnis properti merupakan sebuah langkah yang cerdas. Sebab, mereka tidak bisa selamanya menjadi artis sehingga membutuhkan usaha yang prospeknya besar di masa depan.
"Yang sangat penting, mereka harus memiliki tim karena untuk menjadi pengusaha properti bukan berjuang sendiri seperti yang selama ini mereka lakukan. Tetapi, butuh kerja sama banyak pihak," ungkapnya.
Tim yang dimaksud adalah tim pengelola dan pembangunan yang diisi oleh mereka yang memang mengerti dunia properti, mulai mengenal produk hingga penjualan. Para pengusaha properti baru juga dapat bekerja sama dengan pengembang besar. Namun, yang biasa terjadi adalah para pengusaha yang memiliki modal besar sudah dapat menjadi pengembang sendiri. Tentunya, dibutuhkan kepercayaan diri untuk membangun dengan baik dan berani mengambil risiko. (Ananda Nararya)
Pesinetron Nikita Willy misalnya, meskipun mengaku tidak sengaja terjun menggeluti bisnis properti ini, dia kini begitu menikmati bisnis sampingannya tersebut.
Sang ibunda sekaligus manajer Nikita, Yora Febrine, bercerita bahwa awalnya Niki hanya membangun beberapa rumah di tanah yang sudah telanjur dibelinya di Jatiwaringin, Jakarta Timur, pada 2011.
"Tanahnya seluas 1.600 meter persegi diniatkan bangun rumah untuk kami tempati. Namun, ternyata lokasi tidak sesuai dengan konsep rumah yang diinginkan Nikita," ujar Yora.
Tidak lama kemudian, Yora membeli sebidang tanah kembali seluas 700 meter persegi yang ternyata kembali ditolak arsitek mereka. Akhirnya, tanah yang sudah telanjur dibeli itu dibuat beberapa rumah kemudian dijual. Hasilnya mengejutkan, ibu dua anak ini menyebut penjualan rumah-rumah tersebut bak kacang goreng karena laku dalam waktu singkat.
Saat itu, Nikita yang tengah banyak tawaran syuting sinetron tidak mau melewatkan kesempatan ini. Terlebih setelah dia mengetahui keuntungan yang didapat dari membangun klaster rumah. "Mumpung sedang banyak uang, daripada belanja tidak jelas. Saya belikan tanah di lokasi strategis, kemudian bangun rumah," ungkapnya.
Dia menyasar kelas menengah atas dengan rumah lantai dua, dua kamar tidur yang berada di atas dengan luas 110 meter persegi. Harga yang ditawarkan Rp1,2 miliar. Harga ini menurutnya sepadan dengan bahan kualitas terbaik yang dia pilihkan.
"Semua konsep rumah, warna, hingga bahan bangunan saya yang belanja. Semua selera saya, jadi seperti membangun rumah sendiri sehingga memang kami menawarkan kualitas terbaik," lanjutnya.
Yora yakin, membangun klaster karena memang memiliki kerabat seorang arsitek yang andal membuat desain rumah. Ditambah, karena sering membangun rumah sendiri, dia pun memiliki tim bangun yang juga sudah dipercaya.
"Kepala tukangnya selalu menyanggupi konsep yang kami berikan. Dan, hasilnya memang sangat bagus," tuturnya.
Kualitas rumah yang dihasilkan bertujuan juga untuk menjaga nama baik Nikita. Sebab, branding Nikita Willy selalu dibawa di setiap klaster yang diluncurkannya.
Meskipun Yora yang bertanggung jawab, Nikita tetap ikut andil dalam memberikan ide dan memutuskan bisnis apa yang ingin ditekuninya. Nikita tidak tertarik untuk bisnis kuliner bahkan parfum. Kini selain bisnis properti, dirinya tengah serius membuat skin care sendiri dan perhiasan.
"Untuk kuliner, saya dan Nikita merasa tidak mengerti. Jika restoran tidak laku tentu akan merugi, bandingkan jika menjual rumah, kalau tidak laku pun tidak merugi, bahkan harganya bisa mahal karena harga properti selalu naik," jelasnya.
Tidak ada masa kedaluwarsa untuk menjadi patokan mereka berani berbisnis properti. Nikita pun kerap memberikan ide untuk konsep desain rumah. Bahkan, kini Nikita dan Yora sedang mencari tanah kembali untuk kembali untuk membangun rumah. Targetnya masih seputar kawasan Jakarta Timur dan Bekasi. Sebab, wilayah tersebut masih masuk dengan harga yang ditawarkan.
Selain membangun rumah, Nikita juga membeli apartemen yang kemudian dijual kembali atau disewakan. Bisnis ini juga menguntungkan. Apartemen yang awalnya ditempati saat syuting, kemudian disewakan melalui agen properti dan situs penginapan.
Unit apartemen yang dimilikinya dibeli secara mencicil sesuai dengan bayaran sinetron per bulan yang diterima Nikita. "Rata-rata apartemen itu saya cicil dengan perjanjian sebulan Rp100 juta hingga lunas. Mereka menyetujui itu tanpa memberikan bunga karena pembayaran pesinetron itu per bulan untuk 10 episode. Walaupun Niki sudah mengerjakan ratusan episode, tapi tetap bayarannya mencicil per 10 episode setiap bulannya," jelas Yora.
Pengamat properti, Ronny Wuisan mengatakan, sudah sejak dulu banyak artis dan publik figur yang memilih properti sebagai bisnis setelah mereka pensiun. Ronny menyebut, musisi Ikang Fawzi dan pebulu tangkis Liliana Natsir pun membangun rumah dari awal.
Ikang menjadi pengembang untuk rumah sederhana setelah tidak lagi aktif di panggung. Menurut Ronny, menjadi pengembang properti sebetulnya tidak harus memiliki modal yang sangat besar. Sebab, para pengembang sebetulnya sama seperti konsumen dapat menggunakan bank untuk mencari modal untuk membangun konstruksi.
Pengembang properti dapat memanfaatkan pinjaman konstruksi seperti halnya mereka memanfaatkan KPR untuk konsumen saat membeli produk mereka. "Terpenting punya tanah dulu yang dibeli sendiri dengan cash sehingga bank pun percaya bahwa kita sungguh-sungguh ingin menjadi pengembang. Ditambah lebih aman jika tanah sudah milik kita sendiri," ungkap pemilik agen properti digital, Urban Ace ini.
Perbedaan pengusaha properti kecil dengan mereka yang sudah besar dan lama berdiri, tentunya pengusaha kecil ini ingin cepat balik modal. Ronny menjelaskan, caranya dengan konsumen membayar uang muka kepada mereka dan sisanya dicicil ke bank.
Melihat pasar properti yang terus berkembang, Ronny menyarankan agar para publik figur menggunakan penghasilan mereka untuk membeli tanah atau kaveling. Tanah dapat dijadikan investasi atau dibangun rumah untuk memulai bisnis properti. "Jika membangun klaster dari awal kemudian dijual, margin yang didapat minimal 20%," jelasnya.
Langkah yang dilakukan seseorang jika ingin menjadi pengusaha properti yakni memiliki tanah yang harus dikonsultasikan kepada arsitek yang mengerti pertanahan. Sebab, ada bagian wilayah yang tidak bisa dibangun. Selain itu, arsitek juga harus membuat masterplan, setelah itu menentukan harga kemudian mencari kontraktor. Setelah itu, dapat menentukan harga unit sesuai dengan harga pasaran di wilayah tersebut. Setelah itu, mereka mulai mencari kontraktor, dan ini bagian terpenting karena keberhasilan proyek ada di tangan kontraktor. Pengusaha harus terus mengawasi agar pembangunan berjalan sesuai perjanjian.
Raymond Arfandy, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Properti Komersial dan Hubungan Kelembagaan Real Estate Indonesia (REI) mengatakan, siapa saja bisa menjadi pengusaha properti atau pengembang dengan latar belakang profesi apa pun, asalkan memiliki modal dan kemauan untuk mengelola properti.
Raymond mengatakan, selebriti yang berbisnis properti merupakan sebuah langkah yang cerdas. Sebab, mereka tidak bisa selamanya menjadi artis sehingga membutuhkan usaha yang prospeknya besar di masa depan.
"Yang sangat penting, mereka harus memiliki tim karena untuk menjadi pengusaha properti bukan berjuang sendiri seperti yang selama ini mereka lakukan. Tetapi, butuh kerja sama banyak pihak," ungkapnya.
Tim yang dimaksud adalah tim pengelola dan pembangunan yang diisi oleh mereka yang memang mengerti dunia properti, mulai mengenal produk hingga penjualan. Para pengusaha properti baru juga dapat bekerja sama dengan pengembang besar. Namun, yang biasa terjadi adalah para pengusaha yang memiliki modal besar sudah dapat menjadi pengembang sendiri. Tentunya, dibutuhkan kepercayaan diri untuk membangun dengan baik dan berani mengambil risiko. (Ananda Nararya)
(ysw)