IHSG Anjlok, Virus Corona Bagaikan Black Swan untuk Ekonomi Indonesia

Senin, 02 Maret 2020 - 14:07 WIB
IHSG Anjlok, Virus Corona...
IHSG Anjlok, Virus Corona Bagaikan Black Swan untuk Ekonomi Indonesia
A A A
JAKARTA - PT Eastspring Investment Indonesia mencatat pasar modal sudah anjlok sekitar 4% pada hari ini dan terkoreksi sekitar 15% sejak awal tahun ini. Bursa global dan regional juga terkoreksi akibat wabah virus corona yang sudah menyebar ke beberapa negara.

Penyebaran virus corona ke berbagai negara lebih cepat dibandingkan kawasan yang berdekatan dengan sumber virus tersebut. Kondisi ini mengkhawatirkan karena akan berdampak signifikan pada ekonomi.

“Lantas apa yang kami pikirkan? Pergerakan volatilitas pada bursa sangat tinggi. Dalam jangka pendek, pasar masih bereaksi negatif akibat wabah corona, sehingga membuat investor mengalihkan aset ke emas dan obligasi,” demikian tulis tim riset Eastspring, di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Virus Corona ini sebagai angsa hitam (Black Swan) alias sesuatu yang langka dan memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia. Sebutan ini mengacu pada teori Black Swan-nya Nicholas Thaleb yang ditulis dalam bukunya berjudul The Black Swan pada tahun 2007 lalu.

(Baca Juga: Virus Corona Masuk Indonesia Bisa Bikin Pelemahan Pasar Modal Berlanjut)

Virus corona juga mengakibatkan pasar bereaksi secara berlebihan sehingga valuasi IHSG terkoreksi lebih rendah dalam 10 tahun terakhir. Saat ini, PE Bursa Efek Indonesia berada pada level 12,4 kali dibandingkan rata-ratanya sekitar 15 kali. Artinya, PE tersebut sangat murah jika dibandingkan historikalnya.

(Baca Juga: Warga Indonesia Positif Corona Usai Pesta Dansa di Sebuah Kelab)

Para pelaku pasar berekspektasi pemulihan bursa dapat berlangsung dalam jangka menengah atau bahkan jangka panjang. Jika dibandingkan dengan wabah SARS pada 2003, bursa merespon negatif sejak Januari-Maret 2003. Kendati demikian, dalam satu tahun kemudian bursa melonjak.

Dicontohkan penyebaran virus SARS pada tahun 2003. Ketika itu pasar bereaksi negatif selama Januari-Maret 2003. Namun, pasar berbalik arah dan menguat satu tahun setelahnya. Dalam kondisi volatilitas tinggi seperti ini, menurutnya obligasi akan memberikan imbal hasil yang menarik.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1311 seconds (0.1#10.140)