Produksi Terus Meningkat, SKK Migas Apresiasi Kinerja Pertamina EP

Sabtu, 07 Maret 2020 - 12:55 WIB
Produksi Terus Meningkat, SKK Migas Apresiasi Kinerja Pertamina EP
Produksi Terus Meningkat, SKK Migas Apresiasi Kinerja Pertamina EP
A A A
JAKARTA - Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengapresiasi kinerja operasi dan produksi PT Pertamina EP selaku kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Dalam tiga tahun terakhir, Pertamina EP (PEP) berhasil meningkatkan produksi di tengah harga minyak global yang cenderung turun.

“Betul untuk PEP pada 2017, 2018,2019 kita challenge dan fully supported mereka berani menaikkan target-target produksi dari apa yang direncanakan. Dan hasilnya memang produksi inclined dari tahun sebelumnya,” ujar Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada media di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

Berdasarkan data, produksi minyak Pertamina EP sepanjang 2017-2019 atau di bawah kepemimpinan Presiden Direktur Nanang Abdul Manaf terus meningkat. Pada 2017 produksi minyak mencapai 77.154 barel per hari (BOPD), yang kemudian naik lagi menjadi 79.445 BOPD pada 2018, dan tahun lalu naik menjadi 82.213 BOPD.Sedangkan produksi gas tercatat sebesar 1.018 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2017, naik dibandingkan 2016 yang sebesar 989 MMSCFD. Produksi gas kemudian mencapai 1.017 MMSCFD pada 2018. Sedangkan pada 2019, produksi ditekan menjadi 959 MMSCFD karena pembeli tidak menyerap gas yang dihasilkan PEP.

Julius mendorong PEP untuk berusaha menurunkan angka penurunan produksi secar alamiah dengan cara mengidentifikasi tambahan-tambahan sumur-sumur pengembangan dan dibor tepat waktu dan memperhatikan keselamatan kerja. “Saat saya koordinator pembahasan WP&B menjalankan tupoksi sebagai kepala divisi program kerja, terlibat langsung dalam pembahasan teknis dan ekonomis setiap program kerja dan mendorong lebih agresif. Dengan KKKS PEP kita bantu dan dorong untuk identifikasi kandidat-kandidat sumur pengembangan untuk bisa dibor dan meningkatkan produksi langsung,” tuturnya.

Julius juga mendorong PEP dan KKKS lain lebih agresif dan fasilitatif serta mengakselerasi pelaksanaan realisasi program kerja, khususnya sumur pengembangan. Pada 2017, total sumur pengembangan PEP tercatat mencapai 58 sumur, naik lagi pada 2018 menjadi 92 sumur dan pada 2019 menjadi 106 sumur. Sementara sumur work over tercatat sebanyak 194 pada 2017, lalu 175 sumur pada 2018, dan naik lagi menjadi 215 sumur di 2019.

Namun, Julius mengakui ada kendala operasi PEP mengigat aset dan wilayah kerjanya yang tersebasr dari Barat sampai Timur Indonesia. Hal itu menjadikan operasional cukup kompleks. Belum lagi ditambah dengan fasilitas produksi yang sudah tua sehingga perlu perawatan yang juga membutuhkan banyak biaya.

“Karena itu, manajemen PEP harus lebih berani melakukan atau mengimplementasikan advanced technology untuk menaikkan produksi dan melakukan usaha-usaha debottlenecking serta melakukan preventive dan predictive maintenance yang baik,” ujarnya.

Julius berharap, ke depan PEP lebih berani mengambil risiko dengan implementasi teknologi yang memang sudah tersedia di pasar, berani lebih gigih untuk inovasi, dan improvisasi operasional agar lebih efisien. Tentu saja juga harus berani ambil risiko untuk melakukan eksplorasi yang masif.
"Untuk beberapa lapangan tua mungkin bisa dikerjasamakan dnegan kontraktor tehcnology provider. Semoga PEP semakin maju dan jaya karena saya lihat komitmen yang tinggi dari leadership team PEP,” ujarnya.
Di bagian lain, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto menilai Pertamina harus terus berupaya meningkatkan produksi minyak dengan caranya sendiri. Karena itu, kata dia, Alangkah baiknya semua saran dan masukan dari seluruh pemangku kepntingan untuk meningkatkan produksi minyak juga dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

“Tiga tahun terakhir ini memang produksi PEP naik dari tahun ke tahun. Dari segi biaya saya melihat sebenarnya masih ada yang bisa dihemat sehingga profitnya bisa lebih besar,” ujarnya.

Djoko juga sependapat dengan Julius agar PEP menggunakan teknologi mutakhir untuk mengebor minyak karena cara tradisional lama lama akan habis. PEP harus menjalankan enhanced oil recovery (EOR) dengan injeksi bahan kimia, fracturing reservoar, dan reaktivasi sumur-sumur tua.

Di luar itu, Djoko juga berharap PEP dapat mengerjakan lapangan marginal dengan minta insentif dari pemerintah. Misalnya, keringanan pajak bagi lapangan marginal yang belum dikembangkan, mengebor daerah-daerah yang selama ini dilakukan illegal drilling oleh masyarkat. “PEP juga bisa bekerja sama dengan pihak lain mengelola lapangan yang tidak digarap,” paparnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5349 seconds (0.1#10.140)