KKP Genjot Potensi Budidaya Bawal Bintang untuk Pasar Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggenjot sektor budidaya perikanan laut untuk mendongkrak perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya.
Beberapa kegiatan pembangunan perikanan budidaya laut yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP adalah Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) dengan konsep sentra kawasan yakni di Provinsi Aceh pada tahun 2017-2019, di Kabupaten Meranti pada tahun 2021-2022 dan pada tahun 2021-2023 di Provinsi Kepulauan Riau.
“Harapannya di Kepri sebagai provinsi kepulauan dengan 99% adalah laut, terbentuk sentra sentra kawasan budidaya dengan berbagai komoditas unggulan yang dapat memberikan dampak signifikan bagi devisa negara dan perekonomian Indonesia,” kata Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).
Saat ini, kata Slamet, KKP terus mendorong pembudidaya untuk mengembangkan berbagai komoditas ikan laut, salah satunya adalah Bawal Bintang. Ikan tersebut dikenal dengan merek dagang silver pompano yang telah berkembang di Tanah Air.
"Teknologi budidaya Bawal Bintang sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Peluang pasar ikan Bawal Bintang juga cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu, upaya pengembangan usaha budidaya Bawal Bintang masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha," jelasnya
Kepala BPBL Batam Toha Tusihadi menambahkan, Bawal Bintang mempunyai prospek yang sangat baik untuk dijadikan komoditas industrialisasi, maka pengembangan teknologi budidayanya menjadi fokus perhatian yang sangat penting. Budidaya ikan Bawal Bintang telah dikembangkan oleh BPBL Batam sejak tahun 1999 dan berhasil membenihkan secara massal sejak tahun 2007.
“Budidaya Bawal Bintang sangat menguntungkan, dengan harga jual rata-rata Rp95 ribu per kilogram dan biaya produksi seperti pakan, benih, obat-obatan, listrik, tenaga kerja dan lain lain sebesar Rp68 ribu per kilogram, maka keuntungan yang dapat diperoleh sekitar Rp27 ribu per kilogram,” jelas Toha.
Toha juga mengatakan, Bawal Bintang untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di kota Batam masih perlu sekitar 3-4 ton per bulan dan pasarnya cukup menjanjikan.
Sebagai informasi, BPBL Batam telah berhasil memproduksi 211 ribu ekor benih bawal bintang pada tahun 2019. Sebanyak 33 ribu ekor untuk memenuhi permintaan di Provinsi Kepri dan sekitarnya dan sebanyak 110 ribu ekor untuk bantuan kelompok pembudidaya ikan di Provinsi Kepri dan Riau, sisanya untuk kegiatan perekayasaan dan pembesaran di keramba jarring apung BPBL Batam. Saat ini BPBL Batam memiliki 160 ekor induk untuk memproduksi benih bawal bintang secara massal.
Beberapa kegiatan pembangunan perikanan budidaya laut yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP adalah Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) dengan konsep sentra kawasan yakni di Provinsi Aceh pada tahun 2017-2019, di Kabupaten Meranti pada tahun 2021-2022 dan pada tahun 2021-2023 di Provinsi Kepulauan Riau.
“Harapannya di Kepri sebagai provinsi kepulauan dengan 99% adalah laut, terbentuk sentra sentra kawasan budidaya dengan berbagai komoditas unggulan yang dapat memberikan dampak signifikan bagi devisa negara dan perekonomian Indonesia,” kata Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).
Saat ini, kata Slamet, KKP terus mendorong pembudidaya untuk mengembangkan berbagai komoditas ikan laut, salah satunya adalah Bawal Bintang. Ikan tersebut dikenal dengan merek dagang silver pompano yang telah berkembang di Tanah Air.
"Teknologi budidaya Bawal Bintang sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Peluang pasar ikan Bawal Bintang juga cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu, upaya pengembangan usaha budidaya Bawal Bintang masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha," jelasnya
Kepala BPBL Batam Toha Tusihadi menambahkan, Bawal Bintang mempunyai prospek yang sangat baik untuk dijadikan komoditas industrialisasi, maka pengembangan teknologi budidayanya menjadi fokus perhatian yang sangat penting. Budidaya ikan Bawal Bintang telah dikembangkan oleh BPBL Batam sejak tahun 1999 dan berhasil membenihkan secara massal sejak tahun 2007.
“Budidaya Bawal Bintang sangat menguntungkan, dengan harga jual rata-rata Rp95 ribu per kilogram dan biaya produksi seperti pakan, benih, obat-obatan, listrik, tenaga kerja dan lain lain sebesar Rp68 ribu per kilogram, maka keuntungan yang dapat diperoleh sekitar Rp27 ribu per kilogram,” jelas Toha.
Toha juga mengatakan, Bawal Bintang untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di kota Batam masih perlu sekitar 3-4 ton per bulan dan pasarnya cukup menjanjikan.
Sebagai informasi, BPBL Batam telah berhasil memproduksi 211 ribu ekor benih bawal bintang pada tahun 2019. Sebanyak 33 ribu ekor untuk memenuhi permintaan di Provinsi Kepri dan sekitarnya dan sebanyak 110 ribu ekor untuk bantuan kelompok pembudidaya ikan di Provinsi Kepri dan Riau, sisanya untuk kegiatan perekayasaan dan pembesaran di keramba jarring apung BPBL Batam. Saat ini BPBL Batam memiliki 160 ekor induk untuk memproduksi benih bawal bintang secara massal.
(fjo)