Pelaku Usaha Furnitur Diminta Menangkap Peluang Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong pelaku usaha furnitur menangkap peluang ekspor yang masih sangat besar. Ekspor furnitur Indonesia sendiri saat ini masih hanya sekitar 2% dari total pasar furnitur dunia.
Adapun, nila ekspor furnitur Indonesia pada 2018 mencapai USS1,79 miliar. Dimana Industri furnitur berperan menyerap tenaga kerja sekitar 4,51% dari total tenaga kerja di sektor manufaktur.
"Ekspor furnitur Indonesia masih kecil, dua persen dari pasar dunia. Ini tantangan bagi pelaku usaha untuk menangkap peluang ini," kata Menteri Teten Masduki di Jakarta, Minggu (15/3).
Ia mengatakan peluang Indonesia mengisi pasar ekspor furnitur dunia sangat besar karena bahan baku furnitur tersedia di dalam negeri. Hanya saja Ia mengakui perlu manajemen bahan baku agar pasokan stabil dan kemampuan SDM pengrajin furnitur. Jika dua hal ini dikelola dengan baik, maka ekspor tidak akan masalah.
"Terpenting saat ini, pelaku usaha menangkap selera pasar yang berkembang cepat untuk menghasilkan corak dan desain yang khas. Ditambah lagi isu lingkungan, pelaku usaha furnitur harus menjaga sustainability," katanya.
Ditekankan Menteri Teten, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha serta asosiasi perlu berjalan baik untuk menjadikan furnitur sebagai pemain ekspor dunia. "Furnitur dinamis, perkembangannya sangat cepat, kita bisa kalah kompetisi jika tidak melakukan penyesuaian," tegasnya.
Industri furnitur merupakan sektor strategis dalam perekonomian nasional. Dalam industri ini banyak pihak berperan mulai dari hulu sampai hilir, petani hingga pengrajin usaha kecil dan menengah.
Adapun, nila ekspor furnitur Indonesia pada 2018 mencapai USS1,79 miliar. Dimana Industri furnitur berperan menyerap tenaga kerja sekitar 4,51% dari total tenaga kerja di sektor manufaktur.
"Ekspor furnitur Indonesia masih kecil, dua persen dari pasar dunia. Ini tantangan bagi pelaku usaha untuk menangkap peluang ini," kata Menteri Teten Masduki di Jakarta, Minggu (15/3).
Ia mengatakan peluang Indonesia mengisi pasar ekspor furnitur dunia sangat besar karena bahan baku furnitur tersedia di dalam negeri. Hanya saja Ia mengakui perlu manajemen bahan baku agar pasokan stabil dan kemampuan SDM pengrajin furnitur. Jika dua hal ini dikelola dengan baik, maka ekspor tidak akan masalah.
"Terpenting saat ini, pelaku usaha menangkap selera pasar yang berkembang cepat untuk menghasilkan corak dan desain yang khas. Ditambah lagi isu lingkungan, pelaku usaha furnitur harus menjaga sustainability," katanya.
Ditekankan Menteri Teten, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha serta asosiasi perlu berjalan baik untuk menjadikan furnitur sebagai pemain ekspor dunia. "Furnitur dinamis, perkembangannya sangat cepat, kita bisa kalah kompetisi jika tidak melakukan penyesuaian," tegasnya.
Industri furnitur merupakan sektor strategis dalam perekonomian nasional. Dalam industri ini banyak pihak berperan mulai dari hulu sampai hilir, petani hingga pengrajin usaha kecil dan menengah.
(akr)