Inflasi 0,10%, Ekonomi Sebut Akibat Penurunan Permintaan
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Maret 2020 mencapai 0,10%. Terkait hasil ini, ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai angka inflasi 0,10% merupakan angka yang rendah.
Piter mengatakan rendahnya inflasi karena menurunnya permintaan akibat penyebaran pandemi corona. Lanjut dia, menurunnya permintaan juga mengakibatkan sejumlah harga kelompok barang menurun.
"Beberapa kelompok barang mengalami penurunan harga disebabkan oleh turunnya permintaan ditengah wabah corona," ujar Piter saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Namun, ada sejumlah kelompok barang yang mengalami kenaikan harga karena penerapan pemerintah (administered prices) dan kenaikan permintaan seperti bawang bombai, telur, dan gula akibat kelangkaan pasokan.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistria menilai rendahnya angka inflasi karena melemahnya konsumsi rumah tangga. Masyarakat lebih banyak berhemat dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak di saat krisis Covid-19.
"Melemahnya konsumsi terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan sejak Januari-Februari dari 121,7 poin ke 117,7 poin. Selain itu, pertumbuhan kredit konsumsi menurun per Februari menjadi 6,1%. Lebih rendah dari Januari sebesar 6,2%," tandasnya.
Piter mengatakan rendahnya inflasi karena menurunnya permintaan akibat penyebaran pandemi corona. Lanjut dia, menurunnya permintaan juga mengakibatkan sejumlah harga kelompok barang menurun.
"Beberapa kelompok barang mengalami penurunan harga disebabkan oleh turunnya permintaan ditengah wabah corona," ujar Piter saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Namun, ada sejumlah kelompok barang yang mengalami kenaikan harga karena penerapan pemerintah (administered prices) dan kenaikan permintaan seperti bawang bombai, telur, dan gula akibat kelangkaan pasokan.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistria menilai rendahnya angka inflasi karena melemahnya konsumsi rumah tangga. Masyarakat lebih banyak berhemat dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak di saat krisis Covid-19.
"Melemahnya konsumsi terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan sejak Januari-Februari dari 121,7 poin ke 117,7 poin. Selain itu, pertumbuhan kredit konsumsi menurun per Februari menjadi 6,1%. Lebih rendah dari Januari sebesar 6,2%," tandasnya.
(ven)