Sudah Rp176 Triliun Dikucurkan Buat Bansos tapi Konsumsi Tetap Minus, Kok Bisa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Indef, Eko Listiyanto menilai bantuan sosial (bansos) yang telah menyasar lebih 50% penduduk dengan bantuan setara Rp600 ribu rupiah per bulan tidak mampu mendorong konsumsi rumah tangga menjadi positif, bahkan dalam kuartal III/2020 sebesar -4,04% atau turun sedikit dari posisi -5,52% pada kuartal II/2020.
Bahkan, untuk konsumsi makanan dan minuman selain restoran juga masih -0,69% atau bergeser sedikit sekali pada kuartal II/2020 yang sebesar -0,73%.
"Ini artinya, untuk kebutuhan pokok saja, masyarakat tidak mampu menyediakan kebutuhannya dengan baik walaupun lebih dari Rp176,38 triliun telah digelontorkan pemerintah hingga 2 November 2020," kata dia di Jakarta, Senin (10/11/2020).
(Baca juga: Pandemi Bikin Pola Konsumsi Pangan Berubah, Awas Ancam Daya Serap Produk Petani )
Menurut Eko, ketidakefektifan program ini banyak disebabkan ketidaktepatan sasaran, administrasi untuk verifikasi sasaran yang tidak mendukung, besaran bantuan yang tidak memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, jenis bantuan yang tidak memberdayakan usaha mikro dan kecil di tengah masyarakat, hingga penggunaan bantuan sosial untuk yang tidak semestinya.
Adapun konsumsi masyarakat kelas menengah memang turun yang ditunjukkan belanja non makanan dan minuman yang tetap negatif, baik untuk pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel.
Selain itu beralihnya konsumsi masyarakat kelas menengah ke simpanan di perbankan akan menjadikan ekonomi tidak berputar secara optimal.
( )
"Penting untuk meyakinkan kepada mereka bahwa belanja pada kebutuhan kebutuhan tersebut akan menggerakkan perekonomian kembali," ungkap dia.
Bahkan, untuk konsumsi makanan dan minuman selain restoran juga masih -0,69% atau bergeser sedikit sekali pada kuartal II/2020 yang sebesar -0,73%.
"Ini artinya, untuk kebutuhan pokok saja, masyarakat tidak mampu menyediakan kebutuhannya dengan baik walaupun lebih dari Rp176,38 triliun telah digelontorkan pemerintah hingga 2 November 2020," kata dia di Jakarta, Senin (10/11/2020).
(Baca juga: Pandemi Bikin Pola Konsumsi Pangan Berubah, Awas Ancam Daya Serap Produk Petani )
Menurut Eko, ketidakefektifan program ini banyak disebabkan ketidaktepatan sasaran, administrasi untuk verifikasi sasaran yang tidak mendukung, besaran bantuan yang tidak memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, jenis bantuan yang tidak memberdayakan usaha mikro dan kecil di tengah masyarakat, hingga penggunaan bantuan sosial untuk yang tidak semestinya.
Adapun konsumsi masyarakat kelas menengah memang turun yang ditunjukkan belanja non makanan dan minuman yang tetap negatif, baik untuk pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel.
Selain itu beralihnya konsumsi masyarakat kelas menengah ke simpanan di perbankan akan menjadikan ekonomi tidak berputar secara optimal.
( )
"Penting untuk meyakinkan kepada mereka bahwa belanja pada kebutuhan kebutuhan tersebut akan menggerakkan perekonomian kembali," ungkap dia.
(ind)