Melambat Akibat Covid-19 di 2020, ADB Proyeksi Ekonomi RI Pulih Bertahap di 2021

Sabtu, 04 April 2020 - 13:55 WIB
Melambat Akibat Covid-19...
Melambat Akibat Covid-19 di 2020, ADB Proyeksi Ekonomi RI Pulih Bertahap di 2021
A A A
JAKARTA - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) dalam laporan yang dirilisnya hari ini memperkirakan perekonomian Indonesia hanya tumbuh 2,5% pada tahun 2020 akibat pandemi virus corona (Covid-19), turun dari 5% yang dicapai pada 2019.

"Meski Indonesia memiliki landasan makroekonomi yang kuat, wabah Covid-19 yang tengah berlangsung telah mengubah arah perekonomian negara ini, dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri," kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Sabtu (4/4/2020).

Ia menyarankan agar tindakan tegas dapat diterapkan secara efektif untuk menanggulangi dampak kesehatan dan ekonomi wabah tersebut, khususnya guna melindungi kelompok miskin dan rentan, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat kembali secara bertahap ke jalur pertumbuhannya tahun depan.

Asian Development Outlook (ADO) 2020 menyebutkan, pandemi Covid-19 bersamaan dengan penurunan harga komoditas dan gejolak pasar keuangan, berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia tahun ini, terlebih dengan memburuknya perekonomian sejumlah mitra dagang utama Indonesia.

"Permintaan dalam negeri diperkirakan akan melemah seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen. Namun, sejalan dengan pulihnya perekonomian dunia tahun depan, pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan memperoleh momentum, dibantu dengan reformasi di bidang investasi yang dikeluarkan baru-baru ini," ujar Wicklein.

Inflasi yang mencapai rata-rata 2,8% tahun lalu, diperkirakan akan naik tipis ke 3,0% pada tahun 2020, sebelum turun lagi ke 2,8% pada tahun 2021. Tekanan inflasi dari ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang diperkirakan akan dapat diimbangi sebagian oleh penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik dan pangan.

"Sementara itu, pendapatan ekspor dari pariwisata dan komoditas diperkirakan akan menurun, sehingga menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9% dari produk domestik bruto pada tahun 2020," tambahnya.

Seiring pulihnya taraf ekspor dan investasi pada 2021, volume barang modal impor yang lebih besar akan menyebabkan defisit transaksi berjalan tetap sama seperti pada 2020.

Pemerintah dan otoritas keuangan telah meluncurkan berbagai langkah fiskal dan moneter yang terkoordinasi dan terarah untuk memitigasi dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dan mata pencaharian masyarakat. Hal tersebut termasuk distribusi bantuan langsung tunai bagi kelompok miskin dan rentan, serta pemotongan pajak dan kelonggaran pembayaran pinjaman bagi pekerja dan dunia usaha.

Secara eksternal, risiko terhadap proyeksi perekonomian Indonesia ini adalah wabah Covid-19 yang berkepanjangan, penurunan harga komoditas lebih lanjut, serta meningkatnya gejolak pasar keuangan.

"Dari dalam negeri, proyeksi ini bergantung pada seberapa cepat dan efektif penyebaran wabah dapat ditanggulangi. Keterbatasan sistem kesehatan dan kesulitan dalam menerapkan pembatasan sosial dapat memperburuk dampak pandemi terhadap ekonomi," pungkas Wicklein.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1479 seconds (0.1#10.140)