Penyaluran Kredit Perbankan Februari Melambat dari Januari 2020

Senin, 06 April 2020 - 08:35 WIB
Penyaluran Kredit Perbankan...
Penyaluran Kredit Perbankan Februari Melambat dari Januari 2020
A A A
JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan pada Februari 2020 tercatat sebesar Rp5.544,0 triliun atau tumbuh 5,5% (yoy). Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 5,7% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit terjadi baik pada debitur korporasi maupun perorangan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, kredit kepada korporasi melambat dari 5,2% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 4,6% (yoy) pada Februari 2020. Demikian juga kredit kepada perorangan tercatat melambat, dari 6,6% (yoy) pada Januari 2020 menjadi 6,3% (yoy). "Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh kredit," ujar Onny di Jakarta kemarin.

Kredit modal kerja (KMK) melambat, dari 3,0% (yoy) pada bulan Januari 2020 menjadi 2,6% (yoy) terutama pada sektor konstruksi dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). KMK sektor konstruksi juga melambat, dari 5,0% (yoy) menjadi 3,4% (yoy) terutama pada kredit subsektor konstruksi perumahan menengah, besar, dan mewah (tipe di atas 70) di DKI Jakarta dan Banten. KMK Sektor PHR turut mengalami perlambatan, dari 2,2% (yoy) pada Januari 2020 menjadi 1,1% (yoy) pada bulan laporan yang bersumber pada perlambatan KMK subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, dan tembakau di DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

Adapun kredit investasi (KI) tercatat mengalami sedikit perlambatan, dari 10,1 % (yoy) menjadi 10,0% (yoy) pada Februari 2020 terutama pada sektor konstruksi serta sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. KI sektor konstruksi melambat, dari 31,7% (yoy) menjadi 27,8% (yoy) pada Februari 2020 terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor bangunan jalan tol di Riau dan Jawa Timur.

Onny melanjutkan, KI kepada sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan juga mengalami perlambatan, dari 18,3% (yoy) menjadi 16,6% (yoy), khususnya pada subsektor persewaan mesin kantor dan peralatannya di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Pertumbuhan KK pada Februari 2020 tercatat sebesar 6,1% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya (6,2%, yoy) yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) terutama untuk rumah tipe 22-70 di Jawa Barat dan Banten serta kredit multiguna.

Sejalan dengan perlambatan total kredit, kredit properti pada Februari 2020 juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 9,3% (yoy) pada Januari 2020 menjadi 8,4% (yoy) pada Februari 2020, yang disebabkan oleh perlambatan kredit KPR/KPA serta kredit konstruksi. Onny mengungkapkan, pertumbuhan kredit KPR/KPA juga melambat, dari 7,7%(yoy) menjadi 7,5% (yoy).

Perlambatan juga terjadi pada kredit konstruksi, dari 13,6% (yoy) pada Januari 2020 menjadi 11,2% (yoy). Di sisi lain, kredit real estate meningkat tipis, dari 5,4% (yoy) menjadi 5,5% (yoy) pada Februari 2020. Seiring dengan perlambatan penyaluran kredit secara umum, kredit kepada sektor UMKM pada Februari 2020 juga turut mengalami perlambatan, dari 8,2% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) pada Februari 2020.

Menurut Onny, perlambatan pertumbuhan kredit UMKM bersumber dari jenis skala usaha kecil dan menengah yang masing-masing tumbuh 10,6% (yoy) dan 2,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,2% (yoy) dan 3,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit UMKM yakni modal kerja dan investasi.

Suku bunga kredit dan simpanan pada Februari 2020 menurun sejalan dengan penurunan suku bunga acuan. Pada Februari 2020, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 10,42%, turun 5 basis poin dibandingkan 10,47% bulan sebelumnya, seiring dengan penurunan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate yang turun 25 bps pada Februari 2020. "Demikian juga rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan pada seluruh jenis tenor," katanya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian. Ke depan, fungsi intermediasi akan terus didorong sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi. “Kredit pada 2020 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 6-8%, menurun dibandingkan proyeksi sebelumnya pada kisaran 9-11% sejalan dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020," ujarnya.

Adapun pertumbuhan kredit 2021 diprakirakan kembali meningkat pada kisaran 9-11% didorong oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan itu, dana pihak ketiga (DPK) pada 2020 dan 2021 diprediksi akan tumbuh masing-masing dalam kisaran 6-8% dan 8-10%.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, di tengah perlambatan ekonomi baik di level global maupun domestik akibat wabah Covid-19, hampir semua sektor usaha mengalami penurunan kinerja. “Kita pahami bahwa akibat wabah ini aliran manusia, aliran barang, dan aliran modal antar negara hampir sepenuhnya terhenti dan berdampak negatif kepada banyak sektor usaha,” katanya saat dihubungi kemarin.

Penurunan kinerja akan terus berlangsung karena perusahaan tidak bisa beroperasi penuh akibat pembatasan aktivitas yang dilakukan pemerintah dan kekhawatiran akan wabah. “Banyak perusahaan yang bahkan sulit untuk membayar kewajiban kredit. Apalagi untuk mengajukan kredit baru. Artinya, permintaan kredit dari dunia usaha mengalami penurunan yang sangat drastis,” ujar Piter. (Kunthi Fahmar Sandy)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7289 seconds (0.1#10.140)