Harga Minyak Rebound Karena Data Kasus Corona Menurun
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah rebound alias berbalik menguat pada Selasa, seiring menurunnya data kasus corona secara global. Selain itu, kenaikan harga ditopang oleh harapan bahwa produsen minyak mentah terbesar dunia: Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi akan setuju untuk mengurangi produksi demi mendongkrak harga.
Melansir dari Reuters, Selasa (7/4/2020), harga minyak mentah Brent International naik 73 sen atau 2,2% ke posisi USD33,78 per barel pada pukul 00:26 GMT, setelah jatuh lebih dari 3% pada hari Senin kemarin.
Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate naik 97 sen atau 3,7% menjadi USD27,05 per barel, setelah turun hampir 8% pada sesi sebelumnya.
Dua produsen minyak utama dunia yang sedang berseteru, Arab Saudi dan Rusia dikabarkan akan "berdamai" dengan setuju memangkas produksi pada pertemuan Kamis pekan ini. Namun, kedua negara juga mengajak Amerika Serikat untuk ikut serta memangkas produksinya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman untuk mengakhiri perang harga. Trump juga meminta industri minyak AS untuk memangkas produksi.
Pasar minyak menghadapi ancaman resesi besar karena banyak kegiatan ekonomi terhenti akibat pandemi virus corona.
"Terlepas dari prospek pemotongan produksi besar-besaran yang dilakukan Arab Saudi, Rusia atau AS, harga minyak tetap akan melemah karena tertekannya ekonomi global, yang membuat permintaan menjadi lemah akibat virus corona," tulis Capital Economics.
Capital Economics memperkirakan harga minyak akan berkisar di level USD30 per barel sampai aktivitas ekonomi pulih.
Melansir dari Reuters, Selasa (7/4/2020), harga minyak mentah Brent International naik 73 sen atau 2,2% ke posisi USD33,78 per barel pada pukul 00:26 GMT, setelah jatuh lebih dari 3% pada hari Senin kemarin.
Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate naik 97 sen atau 3,7% menjadi USD27,05 per barel, setelah turun hampir 8% pada sesi sebelumnya.
Dua produsen minyak utama dunia yang sedang berseteru, Arab Saudi dan Rusia dikabarkan akan "berdamai" dengan setuju memangkas produksi pada pertemuan Kamis pekan ini. Namun, kedua negara juga mengajak Amerika Serikat untuk ikut serta memangkas produksinya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah mengajak Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman untuk mengakhiri perang harga. Trump juga meminta industri minyak AS untuk memangkas produksi.
Pasar minyak menghadapi ancaman resesi besar karena banyak kegiatan ekonomi terhenti akibat pandemi virus corona.
"Terlepas dari prospek pemotongan produksi besar-besaran yang dilakukan Arab Saudi, Rusia atau AS, harga minyak tetap akan melemah karena tertekannya ekonomi global, yang membuat permintaan menjadi lemah akibat virus corona," tulis Capital Economics.
Capital Economics memperkirakan harga minyak akan berkisar di level USD30 per barel sampai aktivitas ekonomi pulih.
(ven)