Mix energi tak jalan, PLN boros
Jum'at, 13 Januari 2012 - 12:08 WIB

Mix energi tak jalan, PLN boros
A
A
A
Sindonews.com - Pemborosan anggaran yang dilakukan perusahaan pelat merah PT PLN (Persero) menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Djarman akibat dari kurang baiknya energi mix yang dilakukan PLN.
"PLN bukan boros tetapi energi mixnya tidak baik, kalau pemakaian BBM-nya besar otomatis biaya penyediaannya naik. Diharapkan dengan masuknya gas tahun ini, sebesar 10 ribu mw mampu menurunkan tingginya pemakaian BBM di tahun 2011 menjadi single digit persentasenya," ungkapnya.
Dirinya juga menambahkan jika pada April akan masuk floating storage and regasification unit (FSRU), di teluk Jakarta. Serta dengan pertukaran gas (swap) dari Lapangan Gajah Baru sebesar 40 juta kaki kubik per hari (mmscfd) yang akan mulai mengalir. Ditambah FSRU sebesar 1,5 mta maka dari semua pembangkit listrik menurut Djarman dapat menyerap semua pasokan gas yang tersedia.
Dia mencontohkan seperti misalnya pembangkit listrik yang terdapat di daerah muara tawar dimana pembangkit tersebut masih memerlukan gas namun belum semuanya bisa dipasok dengan gas.
"Muara tawar masih perlu gas tapi enggak semuanya bisa dipasok dengan gas. Tapi yang paling penting Tanjung priok dan Muara Karang. Pertama muara karang dulu kan, bisa pake gas. Lalu untuk Tanjung Priok jika pipanya jadi, maka mulai pakai gas. Karena bagaimana pun juga dalam rangka keandalan, Muara Karang dan Tanjung Priok itu harus beroperasi. Tinggal diusahakan supaya tidak terus menerus menggunakan BBM dan beralih ke gas," ujarnya.
Namun walaupun demikian dirinya menambahkan untuk dua pembangkit listrik ini harus jalan terus menuju keandalan dimana dengan posisi BBM yang harus dekat dengan beban. Maka Djarman berharap 8,11 persen untuk pemakaian BBM sedangkan gas sekitar 25 persen, batubara 56 persen dan sisanya panas bumi antara 7-8 persen.
Dalam hitungannya Biaya Pokok Penyediaan (BPP) akan otomatis turun ke 947 kwh jika 8,11 persen untuk BBM ini tercapai.
Mengenai persiapan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu Mw tahap II Jarman menuturkan sedang dalam pembangunan dan memerlukan waktu hingga tahun 2014.
"Seperti geothermal sebagian udah dikerjakan oleh PT Pertamina Geothermal Energy. Akan masuk pada 2014, totalnya FTP 1 kan kemarin 3.000-an, ya sekitar 70 persen kalau sampai akhir 2012," ungkapnya.
Sedangkan untuk rasio elektrifikasi akan diarahkan lebih ke jaringan distribusi karena dalam rangka pertumbuhan ekonomi yang sudah dicanangkan dari tahun-tahun sebelumnya. (ank)
"PLN bukan boros tetapi energi mixnya tidak baik, kalau pemakaian BBM-nya besar otomatis biaya penyediaannya naik. Diharapkan dengan masuknya gas tahun ini, sebesar 10 ribu mw mampu menurunkan tingginya pemakaian BBM di tahun 2011 menjadi single digit persentasenya," ungkapnya.
Dirinya juga menambahkan jika pada April akan masuk floating storage and regasification unit (FSRU), di teluk Jakarta. Serta dengan pertukaran gas (swap) dari Lapangan Gajah Baru sebesar 40 juta kaki kubik per hari (mmscfd) yang akan mulai mengalir. Ditambah FSRU sebesar 1,5 mta maka dari semua pembangkit listrik menurut Djarman dapat menyerap semua pasokan gas yang tersedia.
Dia mencontohkan seperti misalnya pembangkit listrik yang terdapat di daerah muara tawar dimana pembangkit tersebut masih memerlukan gas namun belum semuanya bisa dipasok dengan gas.
"Muara tawar masih perlu gas tapi enggak semuanya bisa dipasok dengan gas. Tapi yang paling penting Tanjung priok dan Muara Karang. Pertama muara karang dulu kan, bisa pake gas. Lalu untuk Tanjung Priok jika pipanya jadi, maka mulai pakai gas. Karena bagaimana pun juga dalam rangka keandalan, Muara Karang dan Tanjung Priok itu harus beroperasi. Tinggal diusahakan supaya tidak terus menerus menggunakan BBM dan beralih ke gas," ujarnya.
Namun walaupun demikian dirinya menambahkan untuk dua pembangkit listrik ini harus jalan terus menuju keandalan dimana dengan posisi BBM yang harus dekat dengan beban. Maka Djarman berharap 8,11 persen untuk pemakaian BBM sedangkan gas sekitar 25 persen, batubara 56 persen dan sisanya panas bumi antara 7-8 persen.
Dalam hitungannya Biaya Pokok Penyediaan (BPP) akan otomatis turun ke 947 kwh jika 8,11 persen untuk BBM ini tercapai.
Mengenai persiapan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu Mw tahap II Jarman menuturkan sedang dalam pembangunan dan memerlukan waktu hingga tahun 2014.
"Seperti geothermal sebagian udah dikerjakan oleh PT Pertamina Geothermal Energy. Akan masuk pada 2014, totalnya FTP 1 kan kemarin 3.000-an, ya sekitar 70 persen kalau sampai akhir 2012," ungkapnya.
Sedangkan untuk rasio elektrifikasi akan diarahkan lebih ke jaringan distribusi karena dalam rangka pertumbuhan ekonomi yang sudah dicanangkan dari tahun-tahun sebelumnya. (ank)
()