SPBU tetap ambil untung Rp205/liter
A
A
A
Sindonews.com – Pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah DIY tetap akan mengambil margin atau keuntungan Rp205 per liter saat harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
Namun, untuk BBM jenis pertamax kemungkinan margin yang diperoleh bisa lebih dari Rp325 per liter. Wakil Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY Bidang BBM Dwi Tjahjono mengatakan, harga tebus BBM bersubsidi SPBU dari Pertamina dengan margin Rp205 per liter. Saat harga premium Rp4.500 per liter, maka biaya tebus dari Pertamina Rp4.295 per liter. “Marginnya (keuntungannya) Rp205 per liter,” katanya, kemarin.
Menurut dia, nanti setelah harga BBM resmi dinaikkan pada 1 April mendatang, pemilik SPBU kemungkinan besar juga tetap akan mengambil margin Rp205 per liter. Hanya saja, pihaknya sampai saat ini belum tahu berapa harga tebus dari Pertamina dengan harga BBM yang baru nantinya. Jika harga per liter premium nantinya naik Rp1.500 per liter atau menjadi Rp6.500 per liter, kemungkinan harga tebus dari Pertamina sekitar Rp6.295 per liter. “Kita belum tahu (biaya tebus pada harga BBM yang baru),ini saya masih koordinasi di Jakarta,” imbuhnya.
Untuk BBM bersubsidi, pada kenaikan harga nanti lebih mudah diperhitungkan dibanding BBM nonsubsidi. Seperti halnya harga tebus untuk BBM jenis Pertamax, harga tebus dari Pertamina Rp325 per liter. “Saat harga BBM dinaikkan, kita belum tahu berapa harga per liter Pertamax. Kalau terlalu tinggi kasihan juga konsumen, saat ini saja sudah menembus Rp10 ribu per liter,”katanya.
Dalam minggu-minggu ini sejumlah SPBU di wilayah DIY sudah mulai meningkatkan pasokan BBM. Dia menyebutkan fenomena tersebut merupakan hal yang wajar karena menjelang harga naik, umumnya permintaan melonjak.“Karena permintaan mulai melonjak, SPBU mulai menambah stok agar tidak terjadi kelangkaan,” ujarnya. Stok BBM di wilayah DIY tetap terkendali meski terjadi lonjakan permintaan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan juga sudah berkordinasi dengan sejumlah instansi terkait.“Pembatasan (pembelian BBM) sudah dilakukan melalui dinas terkait di masing-masing kabupaten/ kota. Kalau terjadi rush,Polda sudah siap,”tuturnya.
Sementara itu, pantauan di sejumlah SPBU di Kabupaten Kulonprogo,belum ada peningkatan permintaan pembelian BBM. Pemilik SPBU memprediksi, lonjakan pembelian bakal terjadi dua sampai tiga hari menjelang kenaikan harga BBM yang rencananya pada 1 April mendatang.
SPBU sampai saat ini juga belum menambah pasokan BBM dari Pertamina. Staf Administrasi SPBU Ngramang, Kecamatan Pengasih Masyuli mengatakan, sampai saat ini volume konsumsi BBM masih normal. Belum ada lonjakan permintaan meski hampir pasti pemerintah menaikkan harga BBM.“Di sini (SPBU Ngramang) belum ada lonjakan pembelian, mungkin SPBU lain ada yang sudah (melonjak permintaan),” katanya.
Menurut dia, berhubung belum ada lonjakan pembelian, maka pasokan dari Pertamina juga belum ditambah. Sampai saat ini masih 16 ribu liter.“Prediksi kami, tiga hari menjelang kenaikan BBM ditetapkan, lonjakan pembelian baru terjadi di semua SPBU,”katanya.
Namun, untuk BBM jenis pertamax kemungkinan margin yang diperoleh bisa lebih dari Rp325 per liter. Wakil Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY Bidang BBM Dwi Tjahjono mengatakan, harga tebus BBM bersubsidi SPBU dari Pertamina dengan margin Rp205 per liter. Saat harga premium Rp4.500 per liter, maka biaya tebus dari Pertamina Rp4.295 per liter. “Marginnya (keuntungannya) Rp205 per liter,” katanya, kemarin.
Menurut dia, nanti setelah harga BBM resmi dinaikkan pada 1 April mendatang, pemilik SPBU kemungkinan besar juga tetap akan mengambil margin Rp205 per liter. Hanya saja, pihaknya sampai saat ini belum tahu berapa harga tebus dari Pertamina dengan harga BBM yang baru nantinya. Jika harga per liter premium nantinya naik Rp1.500 per liter atau menjadi Rp6.500 per liter, kemungkinan harga tebus dari Pertamina sekitar Rp6.295 per liter. “Kita belum tahu (biaya tebus pada harga BBM yang baru),ini saya masih koordinasi di Jakarta,” imbuhnya.
Untuk BBM bersubsidi, pada kenaikan harga nanti lebih mudah diperhitungkan dibanding BBM nonsubsidi. Seperti halnya harga tebus untuk BBM jenis Pertamax, harga tebus dari Pertamina Rp325 per liter. “Saat harga BBM dinaikkan, kita belum tahu berapa harga per liter Pertamax. Kalau terlalu tinggi kasihan juga konsumen, saat ini saja sudah menembus Rp10 ribu per liter,”katanya.
Dalam minggu-minggu ini sejumlah SPBU di wilayah DIY sudah mulai meningkatkan pasokan BBM. Dia menyebutkan fenomena tersebut merupakan hal yang wajar karena menjelang harga naik, umumnya permintaan melonjak.“Karena permintaan mulai melonjak, SPBU mulai menambah stok agar tidak terjadi kelangkaan,” ujarnya. Stok BBM di wilayah DIY tetap terkendali meski terjadi lonjakan permintaan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan juga sudah berkordinasi dengan sejumlah instansi terkait.“Pembatasan (pembelian BBM) sudah dilakukan melalui dinas terkait di masing-masing kabupaten/ kota. Kalau terjadi rush,Polda sudah siap,”tuturnya.
Sementara itu, pantauan di sejumlah SPBU di Kabupaten Kulonprogo,belum ada peningkatan permintaan pembelian BBM. Pemilik SPBU memprediksi, lonjakan pembelian bakal terjadi dua sampai tiga hari menjelang kenaikan harga BBM yang rencananya pada 1 April mendatang.
SPBU sampai saat ini juga belum menambah pasokan BBM dari Pertamina. Staf Administrasi SPBU Ngramang, Kecamatan Pengasih Masyuli mengatakan, sampai saat ini volume konsumsi BBM masih normal. Belum ada lonjakan permintaan meski hampir pasti pemerintah menaikkan harga BBM.“Di sini (SPBU Ngramang) belum ada lonjakan pembelian, mungkin SPBU lain ada yang sudah (melonjak permintaan),” katanya.
Menurut dia, berhubung belum ada lonjakan pembelian, maka pasokan dari Pertamina juga belum ditambah. Sampai saat ini masih 16 ribu liter.“Prediksi kami, tiga hari menjelang kenaikan BBM ditetapkan, lonjakan pembelian baru terjadi di semua SPBU,”katanya.
()