Sasaran inflasi harus konsisten
A
A
A
Sindonews.com – Penetapan sasaran inflasi di Indonesia harus dijalankan secara konsisten dan bertanggung jawab.
Pasalnya,pengelolaan kebijakan moneter membutuhkan kepercayaan dari masyarakat. Mantan Deputi Gubernur Bank Sentral Australia atau The Reserve Bank of Australia (RBA) StephenGrenvillemenyarankan Bank Indonesia untuk menerapkan kerangka kerja sasaran inflasi (inflation targeting framework/ ITF) secara fleksibel sesuai dengan perkembangan perekonomian yang terjadi.
Namun, lanjut dia, sasaran inflasi yang telah ditetapkan tidak boleh diubah-ubah dan harus konsisten serta bertanggung jawab untuk mencapainya. “ITF membutuhkan kredibilitas, sebab jika publik sudah percaya pada BI, itu akan membantu BI menurunkan inflasi,” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut dia,BI harus menetapkan sasaran inflasi untuk jangka menengah panjang tiga sampai lima tahun ke depan, seperti menetapkan angka inflasi 4,5 persen hingga 2014 dan kemudian semakin rendah menuju empat persen mulai 2014–2019.
Stephen mengatakan, konsistensi dengan sasaran inflasi ini juga penting untuk memastikan tren penurunan inflasi jangka panjang bisa tercapai. Stephen Grenville bersama David Longworth, mantan Deputi Gubernur Bank Sentral Kanada (Bank of Canada), diundang BI untuk memberikan evaluasi mengenai kebijakan moneter yang dilakukan BI, terutama mengenai penerapan ITF yang sudah berjalan sejak Juli 2005.
Dalam pandangannya, Stephen melihat pelaksanaan ITF di Indonesia sudah berjalan cukup baik karena berhasil mengarahkan inflasi pada tren yang menurun sejak 2005 lalu, meski ada dua guncangan harga yang menekan inflasi pada tahun 2005 dan 2008 yang lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah (administered prices).
Menurutnya, untuk terus menurunkan laju inflasi, BI disarankan agar stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi bagian dalam target pencapaian inflasi, dan bukan menjadi sasaran utama sehingga tidak membingungkan publik dalam membaca kebijakan yang dilakukan BI.Hal lainnya yang penting dilakukan BI adalah mengomunikasikan sasaran inflasi dan kebijakan yang akan ditempuh untuk mencapainya sehingga masyarakat menjadi bagian dari upaya penurunan inflasi tersebut.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya mengungkapkan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No 66/PMK.011/2012 telah menetapkan sasaran inflasi IHK untuk tiga tahun mendatang yaitu inflasi 2013 sebesar 4,5%±1%,inflasi 2014 sebesar 4,5±1 %,dan inflasi 2015 sebesar 4±1%.
Penetapan sasaran inflasi menunjukkan komitmen yang kuat dari pemerintah dan BI untuk menjaga stabilitas harga jangka pendek dan mendukung peningkatan daya saing ekonomi melalui penurunan tingkat inflasi nasional secara bertahap dan jangka menengah panjang.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi & Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo menambahkan, agar bisa menstabilkan harga, diperlukan jangka waktu dan sasaran jangka menengah.
Pasalnya,pengelolaan kebijakan moneter membutuhkan kepercayaan dari masyarakat. Mantan Deputi Gubernur Bank Sentral Australia atau The Reserve Bank of Australia (RBA) StephenGrenvillemenyarankan Bank Indonesia untuk menerapkan kerangka kerja sasaran inflasi (inflation targeting framework/ ITF) secara fleksibel sesuai dengan perkembangan perekonomian yang terjadi.
Namun, lanjut dia, sasaran inflasi yang telah ditetapkan tidak boleh diubah-ubah dan harus konsisten serta bertanggung jawab untuk mencapainya. “ITF membutuhkan kredibilitas, sebab jika publik sudah percaya pada BI, itu akan membantu BI menurunkan inflasi,” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut dia,BI harus menetapkan sasaran inflasi untuk jangka menengah panjang tiga sampai lima tahun ke depan, seperti menetapkan angka inflasi 4,5 persen hingga 2014 dan kemudian semakin rendah menuju empat persen mulai 2014–2019.
Stephen mengatakan, konsistensi dengan sasaran inflasi ini juga penting untuk memastikan tren penurunan inflasi jangka panjang bisa tercapai. Stephen Grenville bersama David Longworth, mantan Deputi Gubernur Bank Sentral Kanada (Bank of Canada), diundang BI untuk memberikan evaluasi mengenai kebijakan moneter yang dilakukan BI, terutama mengenai penerapan ITF yang sudah berjalan sejak Juli 2005.
Dalam pandangannya, Stephen melihat pelaksanaan ITF di Indonesia sudah berjalan cukup baik karena berhasil mengarahkan inflasi pada tren yang menurun sejak 2005 lalu, meski ada dua guncangan harga yang menekan inflasi pada tahun 2005 dan 2008 yang lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah (administered prices).
Menurutnya, untuk terus menurunkan laju inflasi, BI disarankan agar stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi bagian dalam target pencapaian inflasi, dan bukan menjadi sasaran utama sehingga tidak membingungkan publik dalam membaca kebijakan yang dilakukan BI.Hal lainnya yang penting dilakukan BI adalah mengomunikasikan sasaran inflasi dan kebijakan yang akan ditempuh untuk mencapainya sehingga masyarakat menjadi bagian dari upaya penurunan inflasi tersebut.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya mengungkapkan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No 66/PMK.011/2012 telah menetapkan sasaran inflasi IHK untuk tiga tahun mendatang yaitu inflasi 2013 sebesar 4,5%±1%,inflasi 2014 sebesar 4,5±1 %,dan inflasi 2015 sebesar 4±1%.
Penetapan sasaran inflasi menunjukkan komitmen yang kuat dari pemerintah dan BI untuk menjaga stabilitas harga jangka pendek dan mendukung peningkatan daya saing ekonomi melalui penurunan tingkat inflasi nasional secara bertahap dan jangka menengah panjang.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi & Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo menambahkan, agar bisa menstabilkan harga, diperlukan jangka waktu dan sasaran jangka menengah.
()