Infrastruktur domestik gas mendesak
A
A
A
Sindonews.com – Kelompok Kerja (pokja) Iuran, Tarif, Akun dan Harga Gas Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyatakan, infrastruktur domestik gas nasional saat ini sudah mendesak harus ada.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Iuran,Tarif, Akun dan Harga Gas BPH Migas) Sri Wahyu Purwanto mengatakan, masih minimnya infrastruktur domestik (hilir), ternyata menjadi ancaman perkembangan gas nasional di tanah air. Sehingga kematangan infrastruktur dan support perkembangan gas nasional untuk domestik perlu diprioritaskan.
“Sebab saat ini, kekayaan alam seperti gas yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat terpaksa banyak diekspor lantaran keterbatasan infrastruktur domestik,”kata Wahyu kepada SINDO di Palembang kemarin.
Wahyu mengatakan, alangkah baiknya kekayaan alam seperti gas dapat terus dikembangkan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan perekonomian Indonesia. “Sehingga kematangan infrastruktur paling fundamen untuk segera dilakukan.Kalau menyangkut persoalan tarif gas sendiri sebenarnya kita sudah transparan dan akuntabel, karena peningkatan harga itu tidak ada dari sisi hilir (sisi hilir tidak naik) dan pure perubahan itu ada di hulu,” kata dia.
Di lain pihak, Executive Officer Analisis PGN Antonius Aries mengatakan,pihaknya serius sebagai perusahaan negara untuk melayani ke-butuhan masyarakat. Dapat dilihat dari perkembangan pembangunan infrastruktur oleh PGN selama 15 tahun terakhir. PGN telah mengembangkan jaringan pipa gas nasional mencapai 3.200 kilometer dari sebelumnya pada tahun 1995 hanya 1.600 kilometer menjadi 4.800 kilometer tahun 2010.
Infrastruktur panjang jaringan pipa PGN sudah sebesar 44,4 persen dari total panjang pipa gas hilir di Indonesia. Penyaluran gas tahun 2011, penyaluran gas PGN hanyalah sebesar 29 persen untuk kepentingan domestik.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Iuran,Tarif, Akun dan Harga Gas BPH Migas) Sri Wahyu Purwanto mengatakan, masih minimnya infrastruktur domestik (hilir), ternyata menjadi ancaman perkembangan gas nasional di tanah air. Sehingga kematangan infrastruktur dan support perkembangan gas nasional untuk domestik perlu diprioritaskan.
“Sebab saat ini, kekayaan alam seperti gas yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat terpaksa banyak diekspor lantaran keterbatasan infrastruktur domestik,”kata Wahyu kepada SINDO di Palembang kemarin.
Wahyu mengatakan, alangkah baiknya kekayaan alam seperti gas dapat terus dikembangkan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan perekonomian Indonesia. “Sehingga kematangan infrastruktur paling fundamen untuk segera dilakukan.Kalau menyangkut persoalan tarif gas sendiri sebenarnya kita sudah transparan dan akuntabel, karena peningkatan harga itu tidak ada dari sisi hilir (sisi hilir tidak naik) dan pure perubahan itu ada di hulu,” kata dia.
Di lain pihak, Executive Officer Analisis PGN Antonius Aries mengatakan,pihaknya serius sebagai perusahaan negara untuk melayani ke-butuhan masyarakat. Dapat dilihat dari perkembangan pembangunan infrastruktur oleh PGN selama 15 tahun terakhir. PGN telah mengembangkan jaringan pipa gas nasional mencapai 3.200 kilometer dari sebelumnya pada tahun 1995 hanya 1.600 kilometer menjadi 4.800 kilometer tahun 2010.
Infrastruktur panjang jaringan pipa PGN sudah sebesar 44,4 persen dari total panjang pipa gas hilir di Indonesia. Penyaluran gas tahun 2011, penyaluran gas PGN hanyalah sebesar 29 persen untuk kepentingan domestik.
(and)