Ekspor Sumut tergerus hampir 20%

Kamis, 01 November 2012 - 21:29 WIB
Ekspor Sumut tergerus hampir 20%
Ekspor Sumut tergerus hampir 20%
A A A
Sindonews.com - Lambatnya proses pemulihan krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS), makin berimbas pada perekonomian di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Karena sebagai penghasil komoditas yang menjadi bahan baku atas industri manufaktur di sejumlah negara-negara yang terdampak krisis, Indonesia juga mengalami dampak yang cukup besar. Bahkan devisa negara terancam terus tergerus karena penurunan ekspor.

Di Sumatera Utara, pada September 2012 lalu, realisasi ekspor sejumlah komoditas melalui pelabuhan muat Belawan menurun sebesar 16,84 persen dibandingkan realisasi tahun lalu. Padahal secara volume, jumlah ekspor justru bertambah cukup signfiikan.

"Ekspor kita di September 2012 mencapai USD861.159. Turun 16,48 persen dibandingkan September 2011 yang mencapai USD1,035 juta. Padahal secara volume justru meningkat, di mana pada September 2012 mencapai 776.335 ton. Sedangkan pada 2011 lalu hanya 690.765 ton. Begitupula jika dihitung akumulasi sepanjang Januari hingga September 2012, total nilai ekspor Sumatera Utara mencapai USD7,83 miliar dengan volume 6.24 juta ton, turun 12,66 persen dibanding periode yang sama di 2011 yang mencapai USD 8,96 juta, dengan volume hanya 5,81 juta ton," jelas Kepala BPS Sumut Suharno kepada Okezone, di Medan, Kamis (1/11/2012).

Secara sektoral, menurut Suharno, ekspor sektor pertanian mengalami penurunan paling signifikan dibandingkan sektor lainnya. Karena secara kumulatif Januari-September 2012, nilai realiasi ekspor sektor ini menurun hampir USD1 miliar atau sekira 30 persen. Dari USD3,08 miliar pada 2011 menjadi USD2,16 miliar pada 2012 ini.

"Secara kumulatif, sektor yang mengalami penurunan terbesar yakni sektor pertanian. Sementara untuk sektor lainnya masih terbilang kecil. Seperti sektor Industri yang hanya turun 3,52 persen, sektor pertambangan turun 11,98 persen, dan sektor lainya turun 23,27 persen. Tapi penurunan sektor industri memang harus diwaspadai. Meski penurunannya cukup kecil, tapi kalau kita lihat perannya terhadap total ekspor mencapai 78 persen," jelasnya.

Suharno menegaskan, kondisi penurunan realiasi ekspor ini masih akan terus terjadi hingga beberapa bulan ke depan, seiring belum pulihnya perekonomian global.

Apalagi, pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dipastikan akan lebih lagi, pascahempasan Topan Sandi, dan dampak dari krisis politik yang mungkin terjadi pascapemilihan presiden Amerika Serikat.

"Saya pikir ini akan terjadi agak lama. Kalau pun ada momentum yang bisa mendongkrak ekspor kita, hanya dalam waktu jangka pendek. Selagi memang metode produksi kita masih konvensional, lalu krisis global belum tertangani, kondisinya masih akan sama," tutupnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3754 seconds (0.1#10.140)