Digerojokin berapapun, kuota BBM pasti jebol
Rabu, 28 November 2012 - 18:05 WIB

Digerojokin berapapun, kuota BBM pasti jebol
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Direktur Utama PT Pertamina (persero) Ari Sumarno mengatakan, terjadinya over kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah berulang kali terjadi. Adapun penyebabnya dari dulu adalah, disparitas harga BBM bersubsidi terlalu lebar dengan BBM non subsidi.
Menurutnya, krisis kuota BBM bersubsidi sudah berlangsung tahunan, bahkan sudah sering di bahas antara pihak Pertamina, Kementerian ESDM dan BPH Migas. Sehingga berarapun volume yang ditetapkan akan tetap jebol.
“Nggak mungkin, nggak bocor. Pasti over kuota. Digerojoki berapa pun, pasti kurang,” kata dia kepada SINDO, Rabu (28/11/2012).
Dikatakannya, selama disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan BBM non subsidi masih tinggi maka kejadian seperti ini tidak mungkin teratasi. Pasalnya, dengan tingginya disparitas tersebut, maka imbasnya adalah penyelundupan BBM bersubsidi.
“Selama disparitas itu besar pasti ada penyelewengan, contohnya Kalimantan, pasti over kuota besar, karena begitu BBM keluar dari depot, masuk ke barge, lalu diangkut dengan kapal. Apa yang terjadi di tengah jalan, siapa yang peduli,” paparnya.
Dia juga tidak ingin, apabila Pertamina sebagai distributor BBM bersubsidi merangkap sebagai sebagai polisi BBM. “Saya tidak setuju Pertamina yang disuruh mengontrol. Pertamina bisa jadi korban,” ungkap dia.
Selama menjabat sebagai Dirut Pertamina, lanjut Ari, banyak karyawan Pertamina yang dituduh ikut menyelundupkan BBM bersubsidi. Namun pada kenyataannya justru banyak oknum aparat justru terlibat dalam kasus itu.
“Orang saya berapa yang dipenjara, gara-gara di lapangan ada ketidaksepahaman, dituduh berbuat curang. Faktanya dia tidak berbuat salah. Nyatanya, ada aparat yang bermain,” tutup Ari.
Menurutnya, krisis kuota BBM bersubsidi sudah berlangsung tahunan, bahkan sudah sering di bahas antara pihak Pertamina, Kementerian ESDM dan BPH Migas. Sehingga berarapun volume yang ditetapkan akan tetap jebol.
“Nggak mungkin, nggak bocor. Pasti over kuota. Digerojoki berapa pun, pasti kurang,” kata dia kepada SINDO, Rabu (28/11/2012).
Dikatakannya, selama disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan BBM non subsidi masih tinggi maka kejadian seperti ini tidak mungkin teratasi. Pasalnya, dengan tingginya disparitas tersebut, maka imbasnya adalah penyelundupan BBM bersubsidi.
“Selama disparitas itu besar pasti ada penyelewengan, contohnya Kalimantan, pasti over kuota besar, karena begitu BBM keluar dari depot, masuk ke barge, lalu diangkut dengan kapal. Apa yang terjadi di tengah jalan, siapa yang peduli,” paparnya.
Dia juga tidak ingin, apabila Pertamina sebagai distributor BBM bersubsidi merangkap sebagai sebagai polisi BBM. “Saya tidak setuju Pertamina yang disuruh mengontrol. Pertamina bisa jadi korban,” ungkap dia.
Selama menjabat sebagai Dirut Pertamina, lanjut Ari, banyak karyawan Pertamina yang dituduh ikut menyelundupkan BBM bersubsidi. Namun pada kenyataannya justru banyak oknum aparat justru terlibat dalam kasus itu.
“Orang saya berapa yang dipenjara, gara-gara di lapangan ada ketidaksepahaman, dituduh berbuat curang. Faktanya dia tidak berbuat salah. Nyatanya, ada aparat yang bermain,” tutup Ari.
(gpr)