Defisit anggaran diatas target, pemerintah optimalkan PNBP
Jum'at, 14 Desember 2012 - 10:14 WIB

Defisit anggaran diatas target, pemerintah optimalkan PNBP
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo memperkirakan, defisit anggaran pemerintah hingga akhir tahun ini bisa mencapai 2,35 persen. Angka tersebut melebihi target pemerintah sebesar 2,23 persen.
"Kita mungkin akhiri tahun ini defisit anggaran sebesar 2,35 persen," ujar Agus dalam kata sambutannya pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian/Lembaga (K/L) tentang Optimalkan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Dia menegaskan, kondisi ini terjadi karena adanya kelebihan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yang sebelumnya sudah ditetapkan 40 juta kiloliter (kl) dan juga penambahan pertama sebesar 4,04 juta kl. Kemudian pada akhir tahun, kembali ada penambahan sebanyak 1,2 juta kl, yang telah disetujui realisasinya oleh parlemen.
Akibatnya, Agus menyatakan, anggaran untuk BBM bersubsidi yang awalnya Rp137 triliun, melonjak menjadi Rp230 triliun. "Karena anggaran yang tadinya Rp137 triliun, meningkat menjadi Rp230 triliun. Itu memang tidak semuanya kita bayarkan di 2012 karena harus disiapkan dulu anggarannya, diaudit BPK dulu," jelasnya.
Selain itu, menurut Agus, defisit anggaran tersebut terjadi karena melesetnya beberapa asumsi makro pada tahun ini. Misalnya, angka lifting minyak, yang realisasinya tidak sesuai dengan yang asumsi pemerintah sebesar 900 ribu barel per hari (bph).
"Selain itu, nilai tukar rupiah juga tidak seperti yang diasumsikan," tandasnya.
Kedepannya, Agus berharap, guna menutupi defisit anggaran pemerintah, penerimaan negara harus dapat lebih dioptimalkan, terutama dari potensi-potensi yang belum digali saat ini. Penerimaan yang dimaksud tersebut, misalnya PNBP.
"Kita mungkin akhiri tahun ini defisit anggaran sebesar 2,35 persen," ujar Agus dalam kata sambutannya pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian/Lembaga (K/L) tentang Optimalkan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Dia menegaskan, kondisi ini terjadi karena adanya kelebihan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yang sebelumnya sudah ditetapkan 40 juta kiloliter (kl) dan juga penambahan pertama sebesar 4,04 juta kl. Kemudian pada akhir tahun, kembali ada penambahan sebanyak 1,2 juta kl, yang telah disetujui realisasinya oleh parlemen.
Akibatnya, Agus menyatakan, anggaran untuk BBM bersubsidi yang awalnya Rp137 triliun, melonjak menjadi Rp230 triliun. "Karena anggaran yang tadinya Rp137 triliun, meningkat menjadi Rp230 triliun. Itu memang tidak semuanya kita bayarkan di 2012 karena harus disiapkan dulu anggarannya, diaudit BPK dulu," jelasnya.
Selain itu, menurut Agus, defisit anggaran tersebut terjadi karena melesetnya beberapa asumsi makro pada tahun ini. Misalnya, angka lifting minyak, yang realisasinya tidak sesuai dengan yang asumsi pemerintah sebesar 900 ribu barel per hari (bph).
"Selain itu, nilai tukar rupiah juga tidak seperti yang diasumsikan," tandasnya.
Kedepannya, Agus berharap, guna menutupi defisit anggaran pemerintah, penerimaan negara harus dapat lebih dioptimalkan, terutama dari potensi-potensi yang belum digali saat ini. Penerimaan yang dimaksud tersebut, misalnya PNBP.
(rna)