IHSG akhir pekan diprediksi melemah
A
A
A
Sindonews.com - Menutup perdagangan pekan kedua bulan Januari 2013, indeks harga saham gabungan (IHSG) tampak gontai dan tak punya kekuatan untuk berbalik menguat.
"Pada perdagangan hari ini, diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.260-4.300 dan resistance 4.385-4.400," terang Kepala Riset Trut Securitieas, Reza Priyambada, Jumat (11/1/2013).
IHSG, lanjut Reza, tampak berpola double spinning dan dekati middle bollinger bands (UBB). MACD berpeluang terbentuk death cross dengan histogram positif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic mengalami penurunan menuju area oversold.
Peluang kenaikan terpatahkan dengan adanya pelemahan yang cukup signifikan. "Strategi BoW dapat dilakukan, namun dengan memperhatikan bottoming berikutnya," saran dia.
Di sisi lain, kata dia lagi, belum adanya sentimen positif membuat IHSG sulit bergerak naik. Pada perdagangan kemarin, kendati sempat alami kenaikan di awal sesi I, IHSG tidak cukup tenaga untuk bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan.
Jelang akhir sesi I, IHSG sempat ditahan di level 4.350-4.360, namun juga tidak bertahan lama dan mengakhiri sesi I di zona merah. Pada sesi II, kondisinya juga tidak jauh berbeda dimana IHSG semakin terperosok. Padahal, mayoritas bursa saham Asia kompak menghijau setelah data trade balance China alami kenaikan.
Bahkan opening bursa saham Eropa yang menghijau juga tidak mampu mengangkat IHSG. Laju rupiah yang terus tergelincir membuat pelaku pasar ketar-ketir, khususnya terhadap kinerja para emiten, sehingga pelaku pasar banyak melakukan aksi jual.
"Transaksi asing yang berubah menjadi nett sell makin memperparah laju IHSG," simpul Reza.
Sepanjang perdagangan hari kamis kemarin, IHSG menyentuh level 4.377,14 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.298,61 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.317,37.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi tercatat turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan nilai transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Pergerakan nilai tukar rupiah berbalik positif setelah merespon hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dimana BI rate masih bertahan di level 5,75 persen dan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) di level 4 persen. BI juga masih optimis dengan outlook ekonomi Indonesia meskipun akan mewaspadai defisit neraca perdagangan Indonesia.
Sikap BI sempat menghalau kekhawatiran pasar sebelumnya. Akan tetapi, dalam perdagangan antar valas, rupiah sempat melemah.
Penguatan rupiah antar bank, juga didukung oleh sentimen eksternal cukup positif. Rilis data neraca perdagangan China memberikan harapan akan membaiknya ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Angkanya mengalami kenaikan jadi USD31,6 miliar dari publikasi sebelumnya USD19,6 miliar. Begitu juga dengan data produksi Perancis yang mengalami kenaikan 0,5 persen dari sebelumnya -0,6 persen.
Namun demikian, investor masih menunggu pertemuan kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB).
"Pada perdagangan hari ini, diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.260-4.300 dan resistance 4.385-4.400," terang Kepala Riset Trut Securitieas, Reza Priyambada, Jumat (11/1/2013).
IHSG, lanjut Reza, tampak berpola double spinning dan dekati middle bollinger bands (UBB). MACD berpeluang terbentuk death cross dengan histogram positif yang memendek. RSI, William's %R, dan Stochastic mengalami penurunan menuju area oversold.
Peluang kenaikan terpatahkan dengan adanya pelemahan yang cukup signifikan. "Strategi BoW dapat dilakukan, namun dengan memperhatikan bottoming berikutnya," saran dia.
Di sisi lain, kata dia lagi, belum adanya sentimen positif membuat IHSG sulit bergerak naik. Pada perdagangan kemarin, kendati sempat alami kenaikan di awal sesi I, IHSG tidak cukup tenaga untuk bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan.
Jelang akhir sesi I, IHSG sempat ditahan di level 4.350-4.360, namun juga tidak bertahan lama dan mengakhiri sesi I di zona merah. Pada sesi II, kondisinya juga tidak jauh berbeda dimana IHSG semakin terperosok. Padahal, mayoritas bursa saham Asia kompak menghijau setelah data trade balance China alami kenaikan.
Bahkan opening bursa saham Eropa yang menghijau juga tidak mampu mengangkat IHSG. Laju rupiah yang terus tergelincir membuat pelaku pasar ketar-ketir, khususnya terhadap kinerja para emiten, sehingga pelaku pasar banyak melakukan aksi jual.
"Transaksi asing yang berubah menjadi nett sell makin memperparah laju IHSG," simpul Reza.
Sepanjang perdagangan hari kamis kemarin, IHSG menyentuh level 4.377,14 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.298,61 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan akhirnya berhasil bertengger di level 4.317,37.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi tercatat turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan nilai transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Pergerakan nilai tukar rupiah berbalik positif setelah merespon hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dimana BI rate masih bertahan di level 5,75 persen dan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) di level 4 persen. BI juga masih optimis dengan outlook ekonomi Indonesia meskipun akan mewaspadai defisit neraca perdagangan Indonesia.
Sikap BI sempat menghalau kekhawatiran pasar sebelumnya. Akan tetapi, dalam perdagangan antar valas, rupiah sempat melemah.
Penguatan rupiah antar bank, juga didukung oleh sentimen eksternal cukup positif. Rilis data neraca perdagangan China memberikan harapan akan membaiknya ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Angkanya mengalami kenaikan jadi USD31,6 miliar dari publikasi sebelumnya USD19,6 miliar. Begitu juga dengan data produksi Perancis yang mengalami kenaikan 0,5 persen dari sebelumnya -0,6 persen.
Namun demikian, investor masih menunggu pertemuan kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB).
(rna)