Pasar mebel Jepara terancam dikuasai asing
A
A
A
Sindonews.com - Pasar produk ukir-ukiran dan mebel buatan Jepara terancam dikuasai pihak asing. Ketua Gerakan Beli Indonesia (GBI), Heppy Trenggono mengatakan, saat ini penetrasi produk impor dari luar negeri sangat kuat.
Berbagai produk yang membanjiri pasar lokal beragam, mulai dari bahan kebutuhan pokok, pakaian, elektronik dan lainnya. Parahnya, industri dalam negeri saat ini banyak dikuasai asing.
“Bukan tidak mungkin fenomena yang sama juga terjadi pada industri mebel dan ukir-ukiran asal Jepara. Ini harus diwaspadai,” kata Heppy di sela-sela acara Deklarasi Gerakan Beli Jepara, Bela Jepara “Merebut Pasar Dalam Negeri” di Jepara, Senin (21/1/2013).
Produk berbahan dasar kayu dari Jepara, kata Heppy pernah berjaya pada pertengahan 1990-an. Pada 1995, nilai ekspor mebel Jepara pernah mencapai USD325 juta. Kini, nilai ekspor mebel Jepara tidak lebih dari USD120 juta.
Di sisi lain, para pengukir dari Jepara banyak “dibajak” pihak-pihak tertentu di luar negeri seperti Malaysia dan Amerika, sehingga menjadi aset negara lain.
Imbasnya, transaksi produk ukir tidak lagi terjadi di Jepara, melainkan berpindah ke negara lain. Jika dibiarkan, produk-produk mebel dari berbagai negara tersebut berpotensi merebut pangsa pasar yang selama ini diisi produk asli Jepara.
“Pasar ini harus kita rebut kembali. Ini bisa direalisasikan jika seluruh warga Jepara dan masyarakat Indonesia pada umumnya, mau membeli produk-produk asli buatan anak bangsa sendiri. Karakter cinta produk sendiri harus kita bangun lagi,” ucapnya.
Pihaknya akan mendekati berbagai elemen masyarakat lain mulai dari pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa, pemuda, tokoh agama, dan lainnya. “Jangan sampai bangsa kita dijajah produk-produk asing karena kita tidak peduli dengan barang buatan dalam negeri,” tutur Happy.
Di pihak lain, Ketua Asmindo Komda Jepara, Akhmad Fauzi mengatakan, pihaknya mendukung langkah yang digagas GBI. Dia berharap langkah ini juga didukung seluruh elemen masyaraat agar produk ukir dan mebel asli Jepara bisa berjaya di pasar sendiri.
“Kami juga mengimbau pemerintah maupun elemen masyarakat lain agar tidak membeli produk asing selama barang buatan dalam negeri masih ada,” ujarnya.
Berbagai produk yang membanjiri pasar lokal beragam, mulai dari bahan kebutuhan pokok, pakaian, elektronik dan lainnya. Parahnya, industri dalam negeri saat ini banyak dikuasai asing.
“Bukan tidak mungkin fenomena yang sama juga terjadi pada industri mebel dan ukir-ukiran asal Jepara. Ini harus diwaspadai,” kata Heppy di sela-sela acara Deklarasi Gerakan Beli Jepara, Bela Jepara “Merebut Pasar Dalam Negeri” di Jepara, Senin (21/1/2013).
Produk berbahan dasar kayu dari Jepara, kata Heppy pernah berjaya pada pertengahan 1990-an. Pada 1995, nilai ekspor mebel Jepara pernah mencapai USD325 juta. Kini, nilai ekspor mebel Jepara tidak lebih dari USD120 juta.
Di sisi lain, para pengukir dari Jepara banyak “dibajak” pihak-pihak tertentu di luar negeri seperti Malaysia dan Amerika, sehingga menjadi aset negara lain.
Imbasnya, transaksi produk ukir tidak lagi terjadi di Jepara, melainkan berpindah ke negara lain. Jika dibiarkan, produk-produk mebel dari berbagai negara tersebut berpotensi merebut pangsa pasar yang selama ini diisi produk asli Jepara.
“Pasar ini harus kita rebut kembali. Ini bisa direalisasikan jika seluruh warga Jepara dan masyarakat Indonesia pada umumnya, mau membeli produk-produk asli buatan anak bangsa sendiri. Karakter cinta produk sendiri harus kita bangun lagi,” ucapnya.
Pihaknya akan mendekati berbagai elemen masyarakat lain mulai dari pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa, pemuda, tokoh agama, dan lainnya. “Jangan sampai bangsa kita dijajah produk-produk asing karena kita tidak peduli dengan barang buatan dalam negeri,” tutur Happy.
Di pihak lain, Ketua Asmindo Komda Jepara, Akhmad Fauzi mengatakan, pihaknya mendukung langkah yang digagas GBI. Dia berharap langkah ini juga didukung seluruh elemen masyaraat agar produk ukir dan mebel asli Jepara bisa berjaya di pasar sendiri.
“Kami juga mengimbau pemerintah maupun elemen masyarakat lain agar tidak membeli produk asing selama barang buatan dalam negeri masih ada,” ujarnya.
(izz)