Perindustrian bergantung ketersediaan bahan baku dan gas
A
A
A
Sindonews.com - Dirjen BIM Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Panggah Susanto mengatakan, dengan terus membaiknya kinerja sektor industri non migas dalam tiga tahun terakhir dan meningkatnya investasi di sektor ini, diperkirakan pertumbuhan industri non migas pada 2013 akan naik sekitar 6,8 persen dibanding pada 2012 sebesar 6,5 persen (yoy).
"Pertumbuhan tersebut dikontribusikan dari industri pupuk, kimia & barang dari karet, industri semen & barang galian bukan logam, industri makanan dan minuman, serta industri otomotif yang menjadi motor pertumbuhan sektor industri nasional," ujar Panggah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/1/2013).
Meskipun diprediksi dapat tumbuh cukup tinggi pada tahun ini, namun sektor industri non migas masih menghadapi tantangan yang cukup besar. Oleh karena itu, peningkatan daya saing menjadi kata kunci dalam menghadapi tantangan ke depan, terutama dengan diberlakukannya ASEAN Community pada 2015.
Menurutnya, pembangunan industri yang berdaya saing tinggi dan berkesinambungan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dan pasokan energi.
Kedua faktor kunci tersebut menentukan berkembang tidaknya industri, dalam hal ini gas bumi menjadi sangat strategis karena berfungsi sebagai bahan baku dan sumber energi.
“Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan baku industri dalam negeri tentunya sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri yang mendukung peningkatan nilai tambah di dalam negeri,” tegasnya.
Dari aspek pemanfaatan gas sebagai sumber energi, ketersediaan pasokan gas menjadi faktor penting dalam menggerakkan kegiatan operasi industri manufaktur, antara lain industri keramik, kaca, logam, tekstil serta makanan dan minuman. Industri-industri tersebut sangat prospektif, baik dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk berkompetisi di pasar internasional.
"Pertumbuhan tersebut dikontribusikan dari industri pupuk, kimia & barang dari karet, industri semen & barang galian bukan logam, industri makanan dan minuman, serta industri otomotif yang menjadi motor pertumbuhan sektor industri nasional," ujar Panggah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/1/2013).
Meskipun diprediksi dapat tumbuh cukup tinggi pada tahun ini, namun sektor industri non migas masih menghadapi tantangan yang cukup besar. Oleh karena itu, peningkatan daya saing menjadi kata kunci dalam menghadapi tantangan ke depan, terutama dengan diberlakukannya ASEAN Community pada 2015.
Menurutnya, pembangunan industri yang berdaya saing tinggi dan berkesinambungan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dan pasokan energi.
Kedua faktor kunci tersebut menentukan berkembang tidaknya industri, dalam hal ini gas bumi menjadi sangat strategis karena berfungsi sebagai bahan baku dan sumber energi.
“Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan baku industri dalam negeri tentunya sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri yang mendukung peningkatan nilai tambah di dalam negeri,” tegasnya.
Dari aspek pemanfaatan gas sebagai sumber energi, ketersediaan pasokan gas menjadi faktor penting dalam menggerakkan kegiatan operasi industri manufaktur, antara lain industri keramik, kaca, logam, tekstil serta makanan dan minuman. Industri-industri tersebut sangat prospektif, baik dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk berkompetisi di pasar internasional.
(gpr)