Solusi Tunas Pratama catat pertumbuhan sites 57%
A
A
A
Sindonews.com - PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) berhasil mencatatkan pertumbuhan sites menjadi 2.246 pada akhir 2012 atau setara 57 persen dibandingkan sites tahun lalu yang tercatat sebanyak 1.428.
Presiden Direktur SUPR, Nobel Tanihaha mengatakan, pertumbuhan sites tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyewaan menara perseroan menjadi 3.459 pada akhir tahun 2012. "Untuk penyewaan naik 63 persen dari 2.117 pada akhir tahun 2011," ujar Nobel di Jakarta, Minggu (27/1/2013).
Dia mengakui, pertumbuhan sites dan penyewaan itu terdiri dari pembangunan sendiri (organik) maupun akuisisi (unorganik). Akuisisi utama emiten menara telekomunikasi ini sepanjang 2012 adalah telah mengakuisisi jaringan fiber optik dan microcell pole.
Aksi korporasi tersebut terdiri dari akuisisi 446 menara. Sebagai rincian, PT Demeta Telnet sebanyak 60 menara, PT Nurama Indotama sebanyak 176 menara, PT Elok Sejati Utama 10 menara, dan sisanya dari HCPT sebanyak 200 menara.
Nobel menjelaskan, sepanjang kuartal III/2012, perseroan mencetak pendapatan Rp351,2 miliar. Beban pokok pendapatan sebesar Rp88,7 miliar. Hal itu mendorong laba bruto merangkak naik ke Rp262,5 miliar. "Laba tahun berjalan sembilan bulan pertama tahun 2012 menjadi Rp94,1 miliar," katanya.
Sementara, jumlah aset menjadi Rp3,5 triliun pada kuartal III/2012 dari 2,84 triliun pada akhir tahun 2011. Jumlah liabilitas dan jumlah ekuitas masing-masing sebesar Rp1,86 triliun dan Rp1,63 triliun.
Pertumbuhan pendapatan emiten berticker SUPR ini ditopang dari beberapa provider telekomunikasi di Indonesia seperti PT Bakrie Telecom memberikan kontribusi sebesar 36,8 persen, PT Ericsson Indonesia sebesar 18,6 persen, PT XL Axiata Tbk sebesar 14,5%, PT Telekomunikasi Selular sebesar 6,5 persen.
Sementara PT Hutchison CP Telecommunications memberikan kontribusi sebesar 5,1 persen, PT First Media Tbk sebesar 4,6 persen, PT Indosat Tbk sebesar 3,8 persen, PT Smartfren Telecom Tbk sebesar 3,8 persen, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) sebesar 3,7 persen, PT Axis Telecom Indonesia sebesar 1,8 persen, dan sisanya lain-lain sebesar 0,8 persen.
Sementara, sepanjang 2012 perseroan memiliki pinjaman sindikasi sebesar Rp1,08 triliun. Krediturnya terdiri dari Standard Chartered Bank, RBS, CIMB Niaga, dan PT Bank Mandiri (Persero).
Presiden Direktur SUPR, Nobel Tanihaha mengatakan, pertumbuhan sites tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyewaan menara perseroan menjadi 3.459 pada akhir tahun 2012. "Untuk penyewaan naik 63 persen dari 2.117 pada akhir tahun 2011," ujar Nobel di Jakarta, Minggu (27/1/2013).
Dia mengakui, pertumbuhan sites dan penyewaan itu terdiri dari pembangunan sendiri (organik) maupun akuisisi (unorganik). Akuisisi utama emiten menara telekomunikasi ini sepanjang 2012 adalah telah mengakuisisi jaringan fiber optik dan microcell pole.
Aksi korporasi tersebut terdiri dari akuisisi 446 menara. Sebagai rincian, PT Demeta Telnet sebanyak 60 menara, PT Nurama Indotama sebanyak 176 menara, PT Elok Sejati Utama 10 menara, dan sisanya dari HCPT sebanyak 200 menara.
Nobel menjelaskan, sepanjang kuartal III/2012, perseroan mencetak pendapatan Rp351,2 miliar. Beban pokok pendapatan sebesar Rp88,7 miliar. Hal itu mendorong laba bruto merangkak naik ke Rp262,5 miliar. "Laba tahun berjalan sembilan bulan pertama tahun 2012 menjadi Rp94,1 miliar," katanya.
Sementara, jumlah aset menjadi Rp3,5 triliun pada kuartal III/2012 dari 2,84 triliun pada akhir tahun 2011. Jumlah liabilitas dan jumlah ekuitas masing-masing sebesar Rp1,86 triliun dan Rp1,63 triliun.
Pertumbuhan pendapatan emiten berticker SUPR ini ditopang dari beberapa provider telekomunikasi di Indonesia seperti PT Bakrie Telecom memberikan kontribusi sebesar 36,8 persen, PT Ericsson Indonesia sebesar 18,6 persen, PT XL Axiata Tbk sebesar 14,5%, PT Telekomunikasi Selular sebesar 6,5 persen.
Sementara PT Hutchison CP Telecommunications memberikan kontribusi sebesar 5,1 persen, PT First Media Tbk sebesar 4,6 persen, PT Indosat Tbk sebesar 3,8 persen, PT Smartfren Telecom Tbk sebesar 3,8 persen, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) sebesar 3,7 persen, PT Axis Telecom Indonesia sebesar 1,8 persen, dan sisanya lain-lain sebesar 0,8 persen.
Sementara, sepanjang 2012 perseroan memiliki pinjaman sindikasi sebesar Rp1,08 triliun. Krediturnya terdiri dari Standard Chartered Bank, RBS, CIMB Niaga, dan PT Bank Mandiri (Persero).
(gpr)