Tekan Emisi Karbon, Tunas Artha Pratama Gandeng Perusahaan Asal Taiwan
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Tunas Artha Pratama (TAP), perusahaan pemegang hak karbon yang berlokasi di Kalimantan Tengah menjalin kerja sama dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd (DCCAM), perusahaan asal Taiwan.
Ketua Kadin Kalimantan Tengah (Kalteng) Tugiyo Wiratmodjo mengatakan kerja sama ini dalam rangka bersama-sama menyelesaikan masalah emisi karbon di dunia dengan memanfaatkan sekitar 500.000 hektare (ha) hutan rawa gambut yang ada di Kalteng.
(Baca juga:Butuh Rp3.461 Triliun untuk Turunkan Emisi Karbon, Sri Mulyani Ungkap Peran APBN)
Tugiyo Wiratmojo memaparkan luas daratan Indonesia adalah 191,3 juta hektare (ha), di mana lebih dari 60% di antaranya merupakan hutan termasuklahan gambut. Menurutnya, ini merupakan ekosistem penyimpan karbon paling efisien di alam.
Hutan gambut tropis merupakan reservoir keanekaragaman hayati, karbon, dan sumber daya air yang merupakan habitat berbagai spesies yang terancam punah, termasuk spesies burung, ikan, mamalia, reptil, dan amfibi.
(Baca juga:MIND ID Targetkan Pengurangan Emisi Karbon 15,8% di 2030, Simak Strateginya)
“Oleh karena itu, Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan DCCAM untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Seperti informasi tentang kepadatan dan ketebalan gambut, guna mengembangkan model pengelolaan emisi karbon yang tepat,” paparnya di sela-sela acara penandatanganan kerja sama di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (1/3/2022).
Sementara itu, General ManagerDCCAM Jack Yao atauChin Chuan Cheng mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkatkan permintaan akan kebijakan perlindungan lingkungan dari negara dan perusahaan. Hal ini menyikapi masalah eksploitasi sumber daya yang berlebihan secara global seperti penggundulan hutan, polusi udara, dan masalah lainnya.
(Baca juga:Tekan Emisi Karbon, AP II Targetkan 20 Bandara Pakai Listrik Tenaga Surya di 2025)
“Penandatanganan MoU Pengembangan Bersama Sumber Daya Karbon dengan perusahaan dari Kalimantan Tengahini merupakan komitmen bersama untuk mengatasi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sehingga kita dapat mencapai tujuan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan sambil menyelesaikan krisis iklim,” ungkapJack Yao.
Jak Yao mendambahkan, dalam menghadapi perubahan iklim dan tren global emisi nol persen karbon bersih pada 2050, tantangan di masa depan akan semakin berat. Untuk itu, DC Carbon berupaya menciptakan persaingan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan.
“D.C. Carbon Co., Ltd., dapat menciptakan daya saing ekonomi sambil mencapai perlindungan lingkungan, dan bergerak menuju keberlanjutan bersama,” katanya.
Ketua Kadin Kalimantan Tengah (Kalteng) Tugiyo Wiratmodjo mengatakan kerja sama ini dalam rangka bersama-sama menyelesaikan masalah emisi karbon di dunia dengan memanfaatkan sekitar 500.000 hektare (ha) hutan rawa gambut yang ada di Kalteng.
(Baca juga:Butuh Rp3.461 Triliun untuk Turunkan Emisi Karbon, Sri Mulyani Ungkap Peran APBN)
Tugiyo Wiratmojo memaparkan luas daratan Indonesia adalah 191,3 juta hektare (ha), di mana lebih dari 60% di antaranya merupakan hutan termasuklahan gambut. Menurutnya, ini merupakan ekosistem penyimpan karbon paling efisien di alam.
Hutan gambut tropis merupakan reservoir keanekaragaman hayati, karbon, dan sumber daya air yang merupakan habitat berbagai spesies yang terancam punah, termasuk spesies burung, ikan, mamalia, reptil, dan amfibi.
(Baca juga:MIND ID Targetkan Pengurangan Emisi Karbon 15,8% di 2030, Simak Strateginya)
“Oleh karena itu, Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan DCCAM untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Seperti informasi tentang kepadatan dan ketebalan gambut, guna mengembangkan model pengelolaan emisi karbon yang tepat,” paparnya di sela-sela acara penandatanganan kerja sama di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (1/3/2022).
Sementara itu, General ManagerDCCAM Jack Yao atauChin Chuan Cheng mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkatkan permintaan akan kebijakan perlindungan lingkungan dari negara dan perusahaan. Hal ini menyikapi masalah eksploitasi sumber daya yang berlebihan secara global seperti penggundulan hutan, polusi udara, dan masalah lainnya.
(Baca juga:Tekan Emisi Karbon, AP II Targetkan 20 Bandara Pakai Listrik Tenaga Surya di 2025)
“Penandatanganan MoU Pengembangan Bersama Sumber Daya Karbon dengan perusahaan dari Kalimantan Tengahini merupakan komitmen bersama untuk mengatasi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sehingga kita dapat mencapai tujuan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan sambil menyelesaikan krisis iklim,” ungkapJack Yao.
Jak Yao mendambahkan, dalam menghadapi perubahan iklim dan tren global emisi nol persen karbon bersih pada 2050, tantangan di masa depan akan semakin berat. Untuk itu, DC Carbon berupaya menciptakan persaingan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan.
“D.C. Carbon Co., Ltd., dapat menciptakan daya saing ekonomi sambil mencapai perlindungan lingkungan, dan bergerak menuju keberlanjutan bersama,” katanya.
(dar)