Ketakutan PT JMI dinilai tidak logis
A
A
A
Sindonews.com - Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo menilai, ketakukan terhadap dampak sosial pembangunan pabrik pig iron PT Jogja Magasa Iron (JMI), di sisi timur tidak logis.
Menurut Hasto, meski pada nantinya kementrian ESDM mengamini pembangunan pabrik di sisi barat, yakni Desa Karangwuni, namun Pemkab Kulonprogo justru akan maksimal membantu jika pabrik dibangun di sisi timur yakni di wilayah Galur.
PT JMI, lanjut dia, dapat membangun imej positif terlebih dahulu. "Strateginya bisa berupa perekrutan tenaga pengangguran di wilayah Galur untuk dipekerjakan dalam proyek pembangunan konstruksi pabrik bijih besi," katanya, Kamis (7/2/2013).
Dia menuturkan, peringatan dari Kementrian ESDM agar pengerukan konsentrat dilakukan sebelum membangun pabrik pig iron, semestinya sudah dipahami sejak lama. "Kenapa tidak dari dulu, kenapa baru sekarang," tanya Hasto.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kulonprogo, Agus Langgeng Basuki mengatakan, berdasarkan hasil Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang meliputi aspek teknis, sosial dan ekonomis, pembangunan pabrik bijih besi paling tepat di sisi timur.
"Informasi yang saya peroleh, jaraknya harus dekat. Sehingga lebih efisien. Jadi, kalau tetap di Karangwuni tidak efisien karena harus dibawa ke wilayah industri di timur. Walau pun dalam kontrak karya memang dimungkinkan membangun pabrik di barat," kata Langgeng.
Sebelumnya, PT JMI berencana membangun pabrik pig iron di Karangwuni. Sebab, di wilayah tersebut, JMI sudah memiliki pilot plant. Namun rencananya menimbulkan perbedaan pendapat karena terbentur RTRW kawasan untuk bandara internasional.
Menurut Hasto, meski pada nantinya kementrian ESDM mengamini pembangunan pabrik di sisi barat, yakni Desa Karangwuni, namun Pemkab Kulonprogo justru akan maksimal membantu jika pabrik dibangun di sisi timur yakni di wilayah Galur.
PT JMI, lanjut dia, dapat membangun imej positif terlebih dahulu. "Strateginya bisa berupa perekrutan tenaga pengangguran di wilayah Galur untuk dipekerjakan dalam proyek pembangunan konstruksi pabrik bijih besi," katanya, Kamis (7/2/2013).
Dia menuturkan, peringatan dari Kementrian ESDM agar pengerukan konsentrat dilakukan sebelum membangun pabrik pig iron, semestinya sudah dipahami sejak lama. "Kenapa tidak dari dulu, kenapa baru sekarang," tanya Hasto.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kulonprogo, Agus Langgeng Basuki mengatakan, berdasarkan hasil Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang meliputi aspek teknis, sosial dan ekonomis, pembangunan pabrik bijih besi paling tepat di sisi timur.
"Informasi yang saya peroleh, jaraknya harus dekat. Sehingga lebih efisien. Jadi, kalau tetap di Karangwuni tidak efisien karena harus dibawa ke wilayah industri di timur. Walau pun dalam kontrak karya memang dimungkinkan membangun pabrik di barat," kata Langgeng.
Sebelumnya, PT JMI berencana membangun pabrik pig iron di Karangwuni. Sebab, di wilayah tersebut, JMI sudah memiliki pilot plant. Namun rencananya menimbulkan perbedaan pendapat karena terbentur RTRW kawasan untuk bandara internasional.
(izz)