Butuh minyak goreng, Nigeria tawari RI lahan CPO

Rabu, 20 Februari 2013 - 16:02 WIB
Butuh minyak goreng,...
Butuh minyak goreng, Nigeria tawari RI lahan CPO
A A A
Sindonews.com - Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami menuturkan, permintaan minyak goreng (migor) di Nigeria sangat tinggi karena makanan setempat pada umumnya digoreng. Kondisi ini merupakan peluang pasar bagi ekspor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan produk CPO berupa minyak goreng asal Indonesia.

"Kita ekspor cukup besar ke Nigeria. Demand cukup tinggi karena makanan orang Afrika hampir semua digoreng, jadi kebutuhan minyak goreng sangat tinggi," ungkap Gusmardi kepada wartawan di Kemendag, Jakarta, Rabu (20/2/2013).

Menurutnya, dalam rangka memenuhi kebutuhan minyak goreng di negerinya, Nigeria menawarkan Indonesia empat juta Hektare (ha) lahan untuk CPO. CPO tersebut akan digunakan untuk bahan baku industri minyak goreng di Nigeria.

"Nigeria menawarkan empat juta lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan untuk perkebunan, bisa CPO atau yang lain, jadi bisa dilakukan untuk CPO," kata dia.

Gusmardi menjelaskan, Nigeria mengundang Indonesia untuk berinvestasi di sektor perkebunan CPO dengan menjanjikan pemberian fasilitas penurunan bea masuk impor CPO dari Indonesia. Menurutnya, hal ini berpotensi memberikan keuntungan besar bagi Indonesia.

"Dia undang investor masuk, selama pembangunan (lahan CPO) itu mereka boleh mengimpor dengan tarif khusus sampai dia berproduksi. Jadi ini satu kesempatan CPO (ekspor) 10 tahun," terangnya.

Pihaknya mengakui, bea masuk komoditi ke Nigeria masih tinggi dan menghambat ekspor Indonesia ke sana. Karena itu, Kemendag akan membuat Preferencial Trade Agreement (PTA). "Bea masuk rata-rata masih cukup tinggi, di atas 30 persen tapi ini bisa kita sikapi dengan PTA," kata dia.

Sebagai informasi, kata Gusmardi, saat ini neraca perdagangan Indonesia dan Nigeria mengalami defisit pada Indonesia hingga USD1 miliar akibat tingginya impor minyak dari Nigeria. "Ekspor ke Nigeria kira-kira USD500 juta, impor USD1,5 miliar, masih minus," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0747 seconds (0.1#10.140)