Bulog siap jajah Kamboja dan Myanmar

Kamis, 14 Maret 2013 - 20:38 WIB
Bulog siap jajah Kamboja...
Bulog siap jajah Kamboja dan Myanmar
A A A
Sindonews.com - Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengungkapkan, Perum Bulog siap berinvestasi ke Kamboja dan Myanmar untuk kepentingan ekonomi Indonesia, mengingat lahan di sana masih banyak yang belum tergarap.

"Kamboja dan myanmar. Kamboja dulu, Manmmar berikutnya. Myanmar itu kan lagi membuka diri, ini kesempatan yang baik. Karena di sana itu bukan untouchable ya, artinya lahannya masih bagus ya karena belum banyak digarap untuk kepentingan ekonomi. Selama ini di sana kan investor banyak masuk," jelas Rusman di kantor Presiden, jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2013).

Rustam berkeyakinan, Myanmar akan mudah dimasuki Indonesia untuk berinvestasi, karena hubungan antara indonesia dengan Myanmar baik secara ekonomi dan politik sudah terjalin cukup baik.

"Kita memang harus masuk ke Myanmar. Secara politis juga kan kita tentunya banyak juga kompromi ke Myanmar. Sekarang secara ekonomi, kita mengambil manfaat juga. Semua sudah penjajakan. Myanmar itu punya semacam, bukan privilige buat kita ya, tapi barangkali bukan juga utang budi, tetapi pemahaman kita bahwa kita juga barangkali harus mudah masuk ya," harapnya.

Rustam menambahkan, Bulog sudah mulai melakukan penjajakan di Kamboja dan Myanmar, khususnya di sektor pertanian dan industri. Di lain sisi, investor Indonesia siap tidak masuk ke sana.

"Yang Kamboja sudah dua tahun terakhir, Bulog sudah melakukan penjajakan di sana. Kita sudah masuk ke masalah pasca panen, misalnya penggilingan beras. Bulog nanti bisa mengambil penyerapan berasnya dari sana. Tapi yang di Myanmar perkebunan dan pertanian pangan bisa. Tapi kalau dari industri enggak tahu," jelasnya.

Rustam mengaku Bulog sudah melakukan visibility di kedua negara tersebut. Perbedaan harga beras antara Indonesia dengan kedua negara itu mencapai 12,5 persen.

"Visbility sudah, tinggal bagaimana mengaktualisasikan. Realisasi apakah oleh Bulog atau BUMN, kita lihat nanti. Menurut world wide, perbedaan harga beras 12,5 persen, lebih mahal di Indonesia. Jadi sebenarnya HPP (Harga Pokok Penjualan) itu sangat menguntungkan petani kita," tandasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0679 seconds (0.1#10.140)