Kembangkan produksi cabai, Maros gandeng JICA
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Maros menggandeng Japan International Cooperation Agency (JICA), untuk memberikan bantuan teknis bagi petani dalam mengembangkan cabai di Kecamatan Tanralili.
"Saat ini kami sedang melakukan pendekatan pada JICA agar mereka mau memberikan pendampingan teknis pada petani cabai di Tanralili," kata Kadis Pertanian Pemkab Maros, Burhanuddin, Jumat (5/4/2013).
Dia berharap, usai pendampingan dari JICA, kualitas cabai Maros akan meningkat dan bisa diekspor ke Jepang. JICA adalah organisasi pemerintah Jepang yang mempunyai fungsi utama untuk melakukan kerja sama teknis dengan negara-negara berkembang melalui bantuan hibah (grant assistance).
"Cabai kita ini mempunyai kualitas ekspor karena dikembangkan secara organik. Ukuran dan bobot cabai juga lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran cabai lainnya," ujar dia.
Bupati Maros, HM Hatta Rahman membuat program satu wilayah satu komoditas unggulan. Kecamatan Tanralili mengembangkan cabai sebagai komoditas unggulan. Luas area tanaman cabai sekitar 180 hektare.
Tanaman cabai tersebut dikerjakan sebanyak 300-400 petani yang berasal dari delapan kelompok tani. Selain menanam cabai, mereka juga ikut memupuk menggunakan pupuk organik buatan mereka sendiri yang terbuat dari kotoran dan air seni sapi.
Sebelumnya, petani tersebut pernah dididik Bank Indonesia (BI) untuk mendukung program pengembangkan klaster cabai nasional. Bukan hanya cabai yang menjadi prioritas distan. Mereka juga akan memperbaiki jaringan irigasi sepanjang lima ribu hektare yang tersebar di 14 kecamatan.
"Saat ini kami sedang melakukan pendekatan pada JICA agar mereka mau memberikan pendampingan teknis pada petani cabai di Tanralili," kata Kadis Pertanian Pemkab Maros, Burhanuddin, Jumat (5/4/2013).
Dia berharap, usai pendampingan dari JICA, kualitas cabai Maros akan meningkat dan bisa diekspor ke Jepang. JICA adalah organisasi pemerintah Jepang yang mempunyai fungsi utama untuk melakukan kerja sama teknis dengan negara-negara berkembang melalui bantuan hibah (grant assistance).
"Cabai kita ini mempunyai kualitas ekspor karena dikembangkan secara organik. Ukuran dan bobot cabai juga lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran cabai lainnya," ujar dia.
Bupati Maros, HM Hatta Rahman membuat program satu wilayah satu komoditas unggulan. Kecamatan Tanralili mengembangkan cabai sebagai komoditas unggulan. Luas area tanaman cabai sekitar 180 hektare.
Tanaman cabai tersebut dikerjakan sebanyak 300-400 petani yang berasal dari delapan kelompok tani. Selain menanam cabai, mereka juga ikut memupuk menggunakan pupuk organik buatan mereka sendiri yang terbuat dari kotoran dan air seni sapi.
Sebelumnya, petani tersebut pernah dididik Bank Indonesia (BI) untuk mendukung program pengembangkan klaster cabai nasional. Bukan hanya cabai yang menjadi prioritas distan. Mereka juga akan memperbaiki jaringan irigasi sepanjang lima ribu hektare yang tersebar di 14 kecamatan.
(izz)