Defisit NPI triwulan I/2013 diprakirakan turun
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) memprakirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II/2013 mengalami defisit yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring perbaikan transaksi modal dan finansial (TMF).
"Membaiknya TMF terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution dalam rilisnya, Kamis (11/4/2013).
Namun, defisit transaksi berjalan diprakirakan meningkat terutama karena impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait masih tingginya konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).
"Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai USD104,8 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional," ungkapnya.
Sebelumnya, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 lebih rendah, yaitu menjadi 6,2-6,6 persen dari prakiraan sebelumnya 6,3-6,8 persen. Pada triwulan II/2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yaitu sekitar 6,2 persen.
"Permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat, meskipun terjadi moderasi, di tengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal. Kuatnya konsumsi swasta didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen," jelas Darmin.
"Membaiknya TMF terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif," jelas Gubernur BI, Darmin Nasution dalam rilisnya, Kamis (11/4/2013).
Namun, defisit transaksi berjalan diprakirakan meningkat terutama karena impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait masih tingginya konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).
"Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai USD104,8 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional," ungkapnya.
Sebelumnya, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 lebih rendah, yaitu menjadi 6,2-6,6 persen dari prakiraan sebelumnya 6,3-6,8 persen. Pada triwulan II/2013, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yaitu sekitar 6,2 persen.
"Permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat, meskipun terjadi moderasi, di tengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal. Kuatnya konsumsi swasta didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen," jelas Darmin.
(gpr)