Defisit neraca perdagangan tertutup surplus TMF
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution mengatakan, mengenai depresiasi rupiah yang berlangsung karena neraca perdagangan defisit, karena surplus perdagangan non-migas tidak bisa mengimbangi defisit perdagangan migas.
"Depresiasi rupiah secara neraca perdagangan defisit lahir karena kalau neraca perdagangan non migas masih surplus tapi tidak bisa mengimbangi migas," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Darmin menjelaskan, defisit neraca perdagangan bisa ditutup dengan surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang merupakan pasangan transaksi berjalan.
Oleh karena itu pihaknya mengambil sejumlah langkah-langkah, termasuk memperkuat intervensi terhadap pasar valas. "Cuma kan pasar tidak melihat neraca TMF, yang dilihat di pasar cuma uangnya ada atau tidak. Hal itu mempengaruhi para pemain ekonomi mengenai kecenderungan nilai tukar rupiah. Padahal kita tahu bahwa tekanan semakin moderat," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi pada triwulan I/2013, meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk. Hal ini sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas.
"Membaiknya TMF terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif," jelas Darmin.
"Depresiasi rupiah secara neraca perdagangan defisit lahir karena kalau neraca perdagangan non migas masih surplus tapi tidak bisa mengimbangi migas," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Darmin menjelaskan, defisit neraca perdagangan bisa ditutup dengan surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang merupakan pasangan transaksi berjalan.
Oleh karena itu pihaknya mengambil sejumlah langkah-langkah, termasuk memperkuat intervensi terhadap pasar valas. "Cuma kan pasar tidak melihat neraca TMF, yang dilihat di pasar cuma uangnya ada atau tidak. Hal itu mempengaruhi para pemain ekonomi mengenai kecenderungan nilai tukar rupiah. Padahal kita tahu bahwa tekanan semakin moderat," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi pada triwulan I/2013, meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk. Hal ini sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas.
"Membaiknya TMF terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif," jelas Darmin.
(gpr)