BKF: Defisit anggaran di kuartal I tidak umum
A
A
A
Sindonews.com - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada kuartal I/2013 sudah mencatatkan defisit sebesar Rp17,9 triliun. Defisit terjadi karena belanja negara jauh lebih besar dibandingkan penerimaan negara. Hingga kuartal I/2013, belanja negara sudah mencapai Rp271,9 triliun, sementara pendapatan negara dan hibah hanya Rp254 triliun.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, catatan defisit pada kuartal I tidak umum terjadi. Pasalnya, pada kuartal I, anggaran biasanya masih surplus.
“Biasanya sampai semester I masih surplus. (Seperti pada) 2011. Pada tahun 2012, (defisit) memang lebih cepat,” tutur Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Sebagai informasi, defisit anggaran pada kuartal I/2012 lalu mencapai Rp8 triliun.
Bambang menjelaskan, selain belanja yang cepat, defisit terjadi lebih cepat karena penerimaan pajak yang tidak sesuai target. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu, penerimaan perpajakan pada kuartal I/2013 mencapai Rp220,5 triliun atau 18,5 persen dari yang ditetapkan dalam APBN 2013.
Salah satu sektor yang mengalami penurunan adalah pajak penghasilan (PPh), terutama PPh migas. Pada kuartal I/2013, PPh migas mencapai 18,6 persen dari target padahal pada periode yang sama pada tahun lalu menyentuh 20,2 persen. Salah satu penyebab turunnya penerimaan PPh adalah target liftng yang tidak sesuai target.
“Lifting migas pengaruh tapi kan nanti harga kompensasi. PPh migas kecil yah memang begitu (kenyataannya),” imbuhnya.
Selain penerimaan perpajakan yang kecil, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga jauh di bawah target. Pada kuartal I/2013, PNBP baru mencapai Rp33,3 triliun padahal periode yang sama pada tahun lalu, PNBP sudah menyentuh Rp38 triliun.
Namun, Bambang menjelaskan masih kecilnya realisasi PNBP lebih disebabkan oleh mekanisme penyetoran. “PNBP ya mungkin itu cuma masalah masuknya kapan itu (disetor),” tandasnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, catatan defisit pada kuartal I tidak umum terjadi. Pasalnya, pada kuartal I, anggaran biasanya masih surplus.
“Biasanya sampai semester I masih surplus. (Seperti pada) 2011. Pada tahun 2012, (defisit) memang lebih cepat,” tutur Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Sebagai informasi, defisit anggaran pada kuartal I/2012 lalu mencapai Rp8 triliun.
Bambang menjelaskan, selain belanja yang cepat, defisit terjadi lebih cepat karena penerimaan pajak yang tidak sesuai target. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu, penerimaan perpajakan pada kuartal I/2013 mencapai Rp220,5 triliun atau 18,5 persen dari yang ditetapkan dalam APBN 2013.
Salah satu sektor yang mengalami penurunan adalah pajak penghasilan (PPh), terutama PPh migas. Pada kuartal I/2013, PPh migas mencapai 18,6 persen dari target padahal pada periode yang sama pada tahun lalu menyentuh 20,2 persen. Salah satu penyebab turunnya penerimaan PPh adalah target liftng yang tidak sesuai target.
“Lifting migas pengaruh tapi kan nanti harga kompensasi. PPh migas kecil yah memang begitu (kenyataannya),” imbuhnya.
Selain penerimaan perpajakan yang kecil, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga jauh di bawah target. Pada kuartal I/2013, PNBP baru mencapai Rp33,3 triliun padahal periode yang sama pada tahun lalu, PNBP sudah menyentuh Rp38 triliun.
Namun, Bambang menjelaskan masih kecilnya realisasi PNBP lebih disebabkan oleh mekanisme penyetoran. “PNBP ya mungkin itu cuma masalah masuknya kapan itu (disetor),” tandasnya.
(gpr)