Solar dibatasi, nelayan Sidoarjo tak melaut
A
A
A
Sindonews.com - Dampak pembatasan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Jawa Timur (Jatim) juga dirasakan nelayan di Sidoarjo. Mereka terpaksa tidak melaut karena kesulitan mencari solar untuk bahan bakar perahu.
Sejumlah agen solar yang biasanya menyuplai kebutuhan BBM untuk nelayan kuotanya terbatas. Walaupun masih tersedia, namun pembeliannya dibatasi paling banyak 10 liter.
"Kalaupun ada, kita biasanya dijatah hanya lima liter. Jarang yang bisa membeli solar sampai 10 liter," ujar Saiful Anam, Ketua Kelompok Nelayan Putra Samudera, Sedati, Sidoarjo, Rabu (24/4/2013).
Nelayan yang tidak mendapat solar terpaksa menambatkan perahu karena tidak bisa melaut. Jika saat solar masih normal, nelayan bisa setiap hari melaut. Bahkan, mereka bisa melaut dengan jarak cukup jauh.
Kini, karena BBM terbatas, mereka hanya melaut ke areal yang cukup dekat dan harus memperkirakan solar apakah mencukupi atau tidak. "Paling jauh kini kita hanya sampai diperairan kawasan Kenjeran, Surabaya saja. Kalau terlalu jauh takut solar tidak cukup," ujarnya.
Saiful mengatakan, untuk harga solar di agen dan eceran masih Rp5.000 per liter atau lebih mahal dari harga SPBU. Namun, disejumlah agen ada yang menjual dengan harga Rp5.500, karena stoknya terbatas.
Bagi nelayan, selisih harga Rp500 saja tidak masalah, daripada tidak mendapatkan bahan bakar dan tidak bisa melaut. "Kalau di kelompok nelayan Putra Samudra anggotanya 57 orang, biasanya mereka nelayan kerang," katanya.
Dia menuturkan, terbatasnya solar sangat berpengaruh pada nelayan. Jika mereka setiap hari bisa melaut, kini kadang dua hari sekali karena kesulitan mencari solar. Nelayan tidak tahu sampai kapan mereka bisa kembali normal melaut.
Kondisi serupa juga dirasakan nelayan kerang di Desa Bluru, Kecamatan Sidoarjo. Terbatasnya solar membuat mereka mengurangi aktifitas melaut. Apalagi, untuk melaut BBM yang dibutuhkan cukup banyak karena lokasi mencari kerang cukup jauh. "Paling tidak dalam sehari butuh 10 liter. Tapi kalau solar terbatas kita tidak bisa melaut," ujar salah satu nelayan di daerah tersebut, Slamet.
Sejumlah agen solar yang biasanya menyuplai kebutuhan BBM untuk nelayan kuotanya terbatas. Walaupun masih tersedia, namun pembeliannya dibatasi paling banyak 10 liter.
"Kalaupun ada, kita biasanya dijatah hanya lima liter. Jarang yang bisa membeli solar sampai 10 liter," ujar Saiful Anam, Ketua Kelompok Nelayan Putra Samudera, Sedati, Sidoarjo, Rabu (24/4/2013).
Nelayan yang tidak mendapat solar terpaksa menambatkan perahu karena tidak bisa melaut. Jika saat solar masih normal, nelayan bisa setiap hari melaut. Bahkan, mereka bisa melaut dengan jarak cukup jauh.
Kini, karena BBM terbatas, mereka hanya melaut ke areal yang cukup dekat dan harus memperkirakan solar apakah mencukupi atau tidak. "Paling jauh kini kita hanya sampai diperairan kawasan Kenjeran, Surabaya saja. Kalau terlalu jauh takut solar tidak cukup," ujarnya.
Saiful mengatakan, untuk harga solar di agen dan eceran masih Rp5.000 per liter atau lebih mahal dari harga SPBU. Namun, disejumlah agen ada yang menjual dengan harga Rp5.500, karena stoknya terbatas.
Bagi nelayan, selisih harga Rp500 saja tidak masalah, daripada tidak mendapatkan bahan bakar dan tidak bisa melaut. "Kalau di kelompok nelayan Putra Samudra anggotanya 57 orang, biasanya mereka nelayan kerang," katanya.
Dia menuturkan, terbatasnya solar sangat berpengaruh pada nelayan. Jika mereka setiap hari bisa melaut, kini kadang dua hari sekali karena kesulitan mencari solar. Nelayan tidak tahu sampai kapan mereka bisa kembali normal melaut.
Kondisi serupa juga dirasakan nelayan kerang di Desa Bluru, Kecamatan Sidoarjo. Terbatasnya solar membuat mereka mengurangi aktifitas melaut. Apalagi, untuk melaut BBM yang dibutuhkan cukup banyak karena lokasi mencari kerang cukup jauh. "Paling tidak dalam sehari butuh 10 liter. Tapi kalau solar terbatas kita tidak bisa melaut," ujar salah satu nelayan di daerah tersebut, Slamet.
(izz)