Petani pesisir Kulonprogo produksi cabai 20 ton/hari
A
A
A
Sindonews.com – Potensi ekonomi dari pertanian cabai di wilayah pesisir Kulonprogo cukup menjanjikan. Terbukti, dengan harga cabai saat ini Rp20 ribu per kilogram, maka uang sebesar Rp20 miliar mengalir ke wilayah pesisir.
“Sekarang produksinya bisa 20 ton sehari, sehingga dengan harga cabai Rp20-23 ribu saat ini maka dalam sehari saja uang yang mengalir ke sana mencapai Rp20 miliar,” kata Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, Rabu (29/5/2013).
Hasto mengatakan, lahan pertanian warga yang juga masuk wilayah kontrak karya tidak akan menjadi persolan. Keduanya tetap bisa disinkronkan. Lahan yang telah ditambang akan direklamasi dan dikembalikan kepada petani. Reklamasi ini sudah disepakati dalam dokumen kontrak karya.
“Nanti direklamasi dan dikembalikan ke warga. Yang paling penting hasil panen cabai di wilayah reklamasi tidak ada rekayasa, dipertanggungjawabkan tim ilmiah dari perguruan tinggi yang independen dan ilmiah. Jadi tidak ada masalah,” terangnya.
Pemkab, lanjut Hasto, terus mendampingi warga dalam mengembangkan pertanian. Pemkab juga menggandeng pihak ketiga seperti Bank Indonesia (BI) agar ikut mendampingi petani, misalnya dengan membantu pasar lelang agar harga cabai terapresiasi.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi mengatakan, total lahan di sepanjang pesisir Kulonprogo seluas 2.927 hektare. Lahan tersebar di empat kecamatan yakni Galur, Panjatan, Wates, dan Temon. Dari luasan itu, 80 persen atau sekitar 2.066 ha potensial untuk usaha pertanian antara lain untuk budidaya cabai.
Dia mengatakan, produktivitas cabai di lahan pesisir jauh lebih tinggi dibanding lahan lain. Produktivitas cabai di Kulonprogo rata-rata mencapai 9 ton/ha, sedangkan produktivitas cabai di lahan pesisir mencapai 14-15 ton/ha. “Riilnya seperti itu. Tapi bahan organiknya harus banyak dan bagus,” katanya.
“Sekarang produksinya bisa 20 ton sehari, sehingga dengan harga cabai Rp20-23 ribu saat ini maka dalam sehari saja uang yang mengalir ke sana mencapai Rp20 miliar,” kata Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, Rabu (29/5/2013).
Hasto mengatakan, lahan pertanian warga yang juga masuk wilayah kontrak karya tidak akan menjadi persolan. Keduanya tetap bisa disinkronkan. Lahan yang telah ditambang akan direklamasi dan dikembalikan kepada petani. Reklamasi ini sudah disepakati dalam dokumen kontrak karya.
“Nanti direklamasi dan dikembalikan ke warga. Yang paling penting hasil panen cabai di wilayah reklamasi tidak ada rekayasa, dipertanggungjawabkan tim ilmiah dari perguruan tinggi yang independen dan ilmiah. Jadi tidak ada masalah,” terangnya.
Pemkab, lanjut Hasto, terus mendampingi warga dalam mengembangkan pertanian. Pemkab juga menggandeng pihak ketiga seperti Bank Indonesia (BI) agar ikut mendampingi petani, misalnya dengan membantu pasar lelang agar harga cabai terapresiasi.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi mengatakan, total lahan di sepanjang pesisir Kulonprogo seluas 2.927 hektare. Lahan tersebar di empat kecamatan yakni Galur, Panjatan, Wates, dan Temon. Dari luasan itu, 80 persen atau sekitar 2.066 ha potensial untuk usaha pertanian antara lain untuk budidaya cabai.
Dia mengatakan, produktivitas cabai di lahan pesisir jauh lebih tinggi dibanding lahan lain. Produktivitas cabai di Kulonprogo rata-rata mencapai 9 ton/ha, sedangkan produktivitas cabai di lahan pesisir mencapai 14-15 ton/ha. “Riilnya seperti itu. Tapi bahan organiknya harus banyak dan bagus,” katanya.
(gpr)