Wall Street berhasil rebound
A
A
A
Sindonews.com - Saham-saham di bursa Wall Street pada perdagangan Kamis waktu setempat berhasil balik arah (rebound) dari hari sebelumnya karena didukung data ekonomi, yang mensinyalkan bahwa The Fed akan melanjutkan program pembelian obligasi.
Saham-saham mulai bergerak stabil menyusul harapan bahwa kebijakan moneter yang longgar dari The Fed. Sebelumnya, indeks di Wall Street terkoreksi akibat kekhawatiran The Fed akan memangkas pembelian obligasi karena ekonomi menunjukkan penguatan. Akibatnya, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik pada level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.
"Kondisi ini tidak akan sampai pada September sebelum kita benar-benar mendengar kemungkinan perubahan kebijakan The Fed. Namun, pasar saham bergejolak karena aksi ambil untung menjadi bagian dari strategi menjaga kemungkinan terhadap kerugian. Setelah aksi ambil untung, pasar saham akan kembali bergerak dan itu adalah kesempatan yang tepat untuk masuk ke pasar, seperti yang terjadi hari ini," kata Direktur Perdagangan dan Derivatif di Charles Schwab, Randy Frederick seperti dilansir dari Reuters, Jumat (31/5/2013).
Data menunjukkan klaim tunjangan pengangguran secara tak terduga untuk pertama kalinya meningkat pada pekan terakhir. PDB berada di bawah perkiraan dan penjualan rumah naik 0,3 persen pada April ke level tertinggi sejak April 2010, namun angka tersebut di bawah ekspektasi analis sebesar 1,1 persen.
Kebijakan moneter yang longgar oleh Bank Sentral di seluruh dunia membantu mendorong indeks Dow dan S&P 500 sempat mencetak rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik lebih dari 16 persen sepanjang tahun ini.
Indeks Dow Jones naik 21,73 poin atau 0,14 persen ke 15.324,53; indeks S&P 500 naik 6,05 poin atau 0,37 persen ke 1.654,41 dan indeks komposit Nasdaq naik 23,78 poin atau 0,69 persen ke 3.491,30.
Saham-saham mulai bergerak stabil menyusul harapan bahwa kebijakan moneter yang longgar dari The Fed. Sebelumnya, indeks di Wall Street terkoreksi akibat kekhawatiran The Fed akan memangkas pembelian obligasi karena ekonomi menunjukkan penguatan. Akibatnya, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik pada level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.
"Kondisi ini tidak akan sampai pada September sebelum kita benar-benar mendengar kemungkinan perubahan kebijakan The Fed. Namun, pasar saham bergejolak karena aksi ambil untung menjadi bagian dari strategi menjaga kemungkinan terhadap kerugian. Setelah aksi ambil untung, pasar saham akan kembali bergerak dan itu adalah kesempatan yang tepat untuk masuk ke pasar, seperti yang terjadi hari ini," kata Direktur Perdagangan dan Derivatif di Charles Schwab, Randy Frederick seperti dilansir dari Reuters, Jumat (31/5/2013).
Data menunjukkan klaim tunjangan pengangguran secara tak terduga untuk pertama kalinya meningkat pada pekan terakhir. PDB berada di bawah perkiraan dan penjualan rumah naik 0,3 persen pada April ke level tertinggi sejak April 2010, namun angka tersebut di bawah ekspektasi analis sebesar 1,1 persen.
Kebijakan moneter yang longgar oleh Bank Sentral di seluruh dunia membantu mendorong indeks Dow dan S&P 500 sempat mencetak rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik lebih dari 16 persen sepanjang tahun ini.
Indeks Dow Jones naik 21,73 poin atau 0,14 persen ke 15.324,53; indeks S&P 500 naik 6,05 poin atau 0,37 persen ke 1.654,41 dan indeks komposit Nasdaq naik 23,78 poin atau 0,69 persen ke 3.491,30.
(rna)