BI cari solusi atas persoalan UMKM Jabar
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) segera melakukan pemetaan terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar) untuk menganalisis serta mencari solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi sektor tersebut.
Rencana pemetaan yang akan dilakukan BI wilayah VI Jabar dan Banten ditegaskan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI Jawa Barat dan Banten, Dian Ediana Rae. Menurutnya, pemetaan yang dilakukan BI diharapkan memberikan solusi bagi pengembangan UMKM di Jabar.
Pada pemetaan tersebut, diharapkan membuka mengenai kesulitan yang dihadapi para pelaku UMKM. Selama ini, UMKM menjadi soko guru perekonomian nasional, lantaran daya tahannya dalam menghadapi gempuran krisis finansial. Sayangnya, industri mikro ini cenderung sulit berkembang atau naik kelas.
"Hasil pemetaan UMKM di Jabar, kedepannya akan digunakan sebagai rekomendasi kebijakan dari BI kepada pemerintah," ujarnya, Jumat (31/5/2013).
Hasil pemetaan UMKM, kata dia, diharpakan menjadi referensi semua kalangan dalam kontek pengembangan ekonomi kawasan. Apalagi, pada 2015, Indonesia bagian dari Asean Economic Community (AEC). Pada peride tersebut, negara di kawasan ASEAN berpeluang lebih bebas menggarap pangsa pasar Indonesia.
Dian mengakui, pada 2010 sektor UMKM memberi kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Jabar sebesar 53,75 persen. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 52,93 persen.
"Harapan kami, para pelaku UMKM bisa memiliki daya saing yang tinggi," ujar Dian.
Rencana pemetaan yang akan dilakukan BI wilayah VI Jabar dan Banten ditegaskan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI Jawa Barat dan Banten, Dian Ediana Rae. Menurutnya, pemetaan yang dilakukan BI diharapkan memberikan solusi bagi pengembangan UMKM di Jabar.
Pada pemetaan tersebut, diharapkan membuka mengenai kesulitan yang dihadapi para pelaku UMKM. Selama ini, UMKM menjadi soko guru perekonomian nasional, lantaran daya tahannya dalam menghadapi gempuran krisis finansial. Sayangnya, industri mikro ini cenderung sulit berkembang atau naik kelas.
"Hasil pemetaan UMKM di Jabar, kedepannya akan digunakan sebagai rekomendasi kebijakan dari BI kepada pemerintah," ujarnya, Jumat (31/5/2013).
Hasil pemetaan UMKM, kata dia, diharpakan menjadi referensi semua kalangan dalam kontek pengembangan ekonomi kawasan. Apalagi, pada 2015, Indonesia bagian dari Asean Economic Community (AEC). Pada peride tersebut, negara di kawasan ASEAN berpeluang lebih bebas menggarap pangsa pasar Indonesia.
Dian mengakui, pada 2010 sektor UMKM memberi kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Jabar sebesar 53,75 persen. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 52,93 persen.
"Harapan kami, para pelaku UMKM bisa memiliki daya saing yang tinggi," ujar Dian.
(izz)