Panic buying sebabkan kelangkaan elpiji 12 Kg
A
A
A
Sindonews.com - Hiswana Migas Kota Depok mengakui adanya keterlambatan distribusi gas elpiji 12 kilogram (kg). Namun hal itu bukan disebabkan tersendatnya pengiriman tabung dari pihak Pertamina.
Ketua Hiswana Migas Kota Depok, Muhammad Athar Susanto mengatakan, bahwa distribusi gas 12 kg tersebut dari agen ke pengecer tetap normal sesuai permintaan yang sudah ditetapkan. Namun karena adanya pembelian mendadak atau panic buying di sejumlah tempat di Depok membuat terkesan gas 12 kg susah dicari.
"Ini isu lama. Kuota pengecer itu sudah ditetapkan bersama. Jadi ketika pengecer kehabisaan gas 12 kg dalam sehari, harus menunggu kiriman lagi. Agen juga kan dikirim dari Pertamina sesuai kuota yang sudah ditetapkan. Jadi harus menunggu. Kalau terlambat beberapa jam wajar mungkin macet di jalan. Tapi jika lapor ke kami pasti akan dipasok," ujarnya kepada wartawan, Sabtu (8/6/2013).
Athar mengaku pihaknya sudah melakukan operasi pasar untuk gas 12 kg. Sementara pasokan gas 3 kg, kata Athar, kondisinya aman bahkan hingga tiga hari ke depan.
Tak hanya itu, munculnya produk gas baru dari Pertamina berupa bright gas (12 kg) dan ease gas (9-14 kg) berdampak terhadap sulitnya konsumen menengah ke atas membeli tabung gas biru 12 kg. Namun Athar membantah jika sulitnya memperoleh tabung gas biru 12 kg karena strategi Pertamina.
"Tidak, Pertamina tidak salah. Sulitnya konsumen memperoleh gas 12 kg itu akibat panic buying dari masyarakat. Hal itu berdampak pengecer kehabisan gas 12 kg dalam waktu yang cepat," tegasnya.
Athar menyarankan kepada konsumen gas menengah ke atas untuk beralih ke gas bright dan ease gas jika kesulitan memperoleh gas 12 kg tabung biru. Untuk bright gas harganya Rp90 ribu dan ease gas Rp115 ribu. Di Depok gas tersebut sudah disebarkan di bawah 20 ribu tabung.
"Mudah kok, bawa saja gas 12 kg tabung biru, kemudian ditukarkan ke bright dan ease ke pengecer. Harganya sudah ditetapkan," pungkas dia.
Ketua Hiswana Migas Kota Depok, Muhammad Athar Susanto mengatakan, bahwa distribusi gas 12 kg tersebut dari agen ke pengecer tetap normal sesuai permintaan yang sudah ditetapkan. Namun karena adanya pembelian mendadak atau panic buying di sejumlah tempat di Depok membuat terkesan gas 12 kg susah dicari.
"Ini isu lama. Kuota pengecer itu sudah ditetapkan bersama. Jadi ketika pengecer kehabisaan gas 12 kg dalam sehari, harus menunggu kiriman lagi. Agen juga kan dikirim dari Pertamina sesuai kuota yang sudah ditetapkan. Jadi harus menunggu. Kalau terlambat beberapa jam wajar mungkin macet di jalan. Tapi jika lapor ke kami pasti akan dipasok," ujarnya kepada wartawan, Sabtu (8/6/2013).
Athar mengaku pihaknya sudah melakukan operasi pasar untuk gas 12 kg. Sementara pasokan gas 3 kg, kata Athar, kondisinya aman bahkan hingga tiga hari ke depan.
Tak hanya itu, munculnya produk gas baru dari Pertamina berupa bright gas (12 kg) dan ease gas (9-14 kg) berdampak terhadap sulitnya konsumen menengah ke atas membeli tabung gas biru 12 kg. Namun Athar membantah jika sulitnya memperoleh tabung gas biru 12 kg karena strategi Pertamina.
"Tidak, Pertamina tidak salah. Sulitnya konsumen memperoleh gas 12 kg itu akibat panic buying dari masyarakat. Hal itu berdampak pengecer kehabisan gas 12 kg dalam waktu yang cepat," tegasnya.
Athar menyarankan kepada konsumen gas menengah ke atas untuk beralih ke gas bright dan ease gas jika kesulitan memperoleh gas 12 kg tabung biru. Untuk bright gas harganya Rp90 ribu dan ease gas Rp115 ribu. Di Depok gas tersebut sudah disebarkan di bawah 20 ribu tabung.
"Mudah kok, bawa saja gas 12 kg tabung biru, kemudian ditukarkan ke bright dan ease ke pengecer. Harganya sudah ditetapkan," pungkas dia.
(izz)