Industri gula RI terkendala produktivitas petani tebu
A
A
A
Sindonews.com - Industri dan produksi gula di Indonesia diprediksi terus meningkat. Total lahan yang ditanami tebu diperkirakan mencapai 375 ribu hektare (ha) pada 2013-2014.
Indonesia memproduksi gula putih dari perkebunan tebu, sebagian besar diproduksi untuk dikonsumsi secara langsung. Selain itu, Indonesia juga memproduksi gula refined dari gula mentah impor, yang umumnya digunakan untuk pengolahan industri makanan dan minuman.
"Menurut data USDA Foreign Agricultural Service, sebanyak 375 ribu ha lahan Indonesia ditanami tebu dalam kurun waktu 2012-2013. Jumlah ini meningkat dari sekitar 5 ribu ha dari tahun sebelumnya," ujar General Manager PT Satrindo Mitra Utama, distributor resmi John Deere di Indonesia Ari Abdulrachman, dalam rilis kepada wartawan, Senin (10/6/2013).
Lahan tambahan tersebut, kata dia, terutama di Jateng, Lampung, dan Sulawesi Selatan didorong cuaca yang menguntungkan sepanjang 2012-2013. Selain itu, kondisi cuaca yang menguntungkan ini diharapkan terus berlanjut hingga tahun depan.
Karena itu, John Deere, produsen mesin pertanian terkemuka di dunia, menggelar seminar tebu bertajuk 2013 Sugarcane Seminar di Lampung sebagai jantung industri gula di Indonesia. Melalui seminar ini, John Deere memberikan update pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan efisiensi penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan tebu kepada para petani tebu Indonesia.
Seminar ini dihadiri sekitar 150 pelaku industri tebu Indonesia dan internasional. "Seminar ini memungkinkan para petani tebu untuk lebih memahami dan memiliki pengetahuan dalam menerapkan metode bertani tebu terkini dengan menghadirkan para pakar industri gula dunia," ujar John Deere Asia Tactical Marketing Manager, Raphael Fremiot.
Raphael menjelaskan, Indonesia telah menjadi salah satu produsen gula terkemuka di Asia yang berpotensi sangat besar untuk tumbuh. Namun hingga saat ini masih berusaha untuk mengoptimalkan produksi demi memenuhi kebutuhan domestik.
"Permasalahannya adalah industri gula Indonesia masih memiliki ketergantungan pada tenaga kerja manual. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan teknik penanaman, pemeliharaan, dan penanganan panen yang lebih efektif dan efisien," jelasnya.
Seminar tebu, kata dia, merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dalam bertani tebu dan mengenalkan mekanisasi sebagai jawaban dari permasalahan industri gula Indonesia. Turut pula wakil dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia yang memaparkan tentang teknologi kultur jaringan untuk peningkatan produksi gula.
John Deere berupaya membantu petani tebu di Indonesia untuk memahami bagaimana dapat mengoptimalkan dan mencapai hasil yang lebih besar dengan memahami tata letak lahan tebu yang mereka miliki.
Indonesia memproduksi gula putih dari perkebunan tebu, sebagian besar diproduksi untuk dikonsumsi secara langsung. Selain itu, Indonesia juga memproduksi gula refined dari gula mentah impor, yang umumnya digunakan untuk pengolahan industri makanan dan minuman.
"Menurut data USDA Foreign Agricultural Service, sebanyak 375 ribu ha lahan Indonesia ditanami tebu dalam kurun waktu 2012-2013. Jumlah ini meningkat dari sekitar 5 ribu ha dari tahun sebelumnya," ujar General Manager PT Satrindo Mitra Utama, distributor resmi John Deere di Indonesia Ari Abdulrachman, dalam rilis kepada wartawan, Senin (10/6/2013).
Lahan tambahan tersebut, kata dia, terutama di Jateng, Lampung, dan Sulawesi Selatan didorong cuaca yang menguntungkan sepanjang 2012-2013. Selain itu, kondisi cuaca yang menguntungkan ini diharapkan terus berlanjut hingga tahun depan.
Karena itu, John Deere, produsen mesin pertanian terkemuka di dunia, menggelar seminar tebu bertajuk 2013 Sugarcane Seminar di Lampung sebagai jantung industri gula di Indonesia. Melalui seminar ini, John Deere memberikan update pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan efisiensi penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan tebu kepada para petani tebu Indonesia.
Seminar ini dihadiri sekitar 150 pelaku industri tebu Indonesia dan internasional. "Seminar ini memungkinkan para petani tebu untuk lebih memahami dan memiliki pengetahuan dalam menerapkan metode bertani tebu terkini dengan menghadirkan para pakar industri gula dunia," ujar John Deere Asia Tactical Marketing Manager, Raphael Fremiot.
Raphael menjelaskan, Indonesia telah menjadi salah satu produsen gula terkemuka di Asia yang berpotensi sangat besar untuk tumbuh. Namun hingga saat ini masih berusaha untuk mengoptimalkan produksi demi memenuhi kebutuhan domestik.
"Permasalahannya adalah industri gula Indonesia masih memiliki ketergantungan pada tenaga kerja manual. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan teknik penanaman, pemeliharaan, dan penanganan panen yang lebih efektif dan efisien," jelasnya.
Seminar tebu, kata dia, merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dalam bertani tebu dan mengenalkan mekanisasi sebagai jawaban dari permasalahan industri gula Indonesia. Turut pula wakil dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia yang memaparkan tentang teknologi kultur jaringan untuk peningkatan produksi gula.
John Deere berupaya membantu petani tebu di Indonesia untuk memahami bagaimana dapat mengoptimalkan dan mencapai hasil yang lebih besar dengan memahami tata letak lahan tebu yang mereka miliki.
(izz)