Wamenkeu: Quantitative easing seperti obat yang adiktif

Jum'at, 14 Juni 2013 - 16:12 WIB
Wamenkeu: Quantitative...
Wamenkeu: Quantitative easing seperti obat yang adiktif
A A A
Sindonews.com - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menganalogikan Quantitative Easing (QE) dari Amerika Serikat bagi negara berkembang seperti obat sementara, bukanlah obat utama bagi Indonesia.

Seperti diketahui, penghentian QE ini berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah. Karenanya, Mahendra menilai QE seperti obat sementara untuk memacu perekonomian Indonesia, dan lama-lama Indonesia cenderung adiktif tanpa mencari obat utamanya yaitu memacu pertumbuhan sektor riil dan fiskal.

"Kami berpikir ini lebih dari suatu obat untuk menyembuhkan penyakit. Tetapi sebenarnya bukan merupakan obat yang terlalu langsung menyembuhkan penyakit. Tapi pemberian obat itu sudah lama dan bahkan terlalu lama sehingga si pasien itu lama-lama hidupnya tergantung obat itu. Bahkan sudah mulai addict dan ketagihan sehingga kemudian lupa bahwa itu hanyalah sementara," tuturnya di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (14/6/2013).

Dia berharap, seharusnya Indonesia dapat mengkonsumsi 'obat' yang lebih jelas yaitu memacu sektor riil dan fiskal untuk menumbuhkembangkan ekonomi.

"Tentu kita harus mendapat obat yang lebih tepat. Yaitu obat yang terkait dengan sektor riil dan fiskal serta restrukturisasi yang dibutuhkkan Indonesia," lanjutnya.

Mahendra mengakui bahwa dari awal dia sudah mengantisipasi bahwa QE ini akan dihentikan dan akan menimbulkan sudden reversal yang terjadi beberapa hari belakangan ini.

"Namun semakin cepat QE itu dihentikan, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia memang betul-betul tumbuh karena restrukturisasi maka akan semakin baik, itu esensinya. Maka kita harus menyambut baik itu kemudian dihentikan dan pengurangan QE," pungkas Mahendra.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0734 seconds (0.1#10.140)