DPNS proyeksi produksi glue 12 ribu ton
A
A
A
Sindonews.com - Hingga akhir semester I/2013, PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) memproyeksikan mampu memproduksi sekitar 12 ribu ton glue dengan kontribusi pendapatan sekitar Rp60 miliar.
"Produksi kurang lebih 2.000 ton per bulan. Jadi sampai Juni sekitar 12 ribu ton," ujar Direktur Utama DPNS, Siang Hadi Widjaja di Hotel Atlet Century, Rabu (26/6/2013).
Adapun hingga periode tersebut, perseroan juga memproyeksikan dapat mencatatkan pendapatan sebesar Rp60 miliar. "Untuk kuartal I kita catat Rp20 miliar. Nah sementara, kurang lebih Rp60 miliar sampai semester 1," sambungnya.
Hingga akhir tahun 2013, perseroan hanya menargetkan pertumbuhan tipis pada sisi produksi dan pendapatan, yakni hanya 10 persen dari capaian tahun 2012.
Hal ini karena perseroan melihat bisnis kayu lapis sebagai konsumen utama produk glue-nya mulai kehilangan masa jayanya. Di lain pihak, industri kayu lapis di Tanah Air juga sepi pemain karena banyak bahan dasar kayu yang di ekspor ke luar negeri.
"Proyeksi 2013, kami masih melihat tetap sebagai tantangan berat bagi perusahaan karena tergantung permintaan dari pabrik kayu lapis di Kalimantan Barat. Kita minta pemerintah untuk lebih tegas agar kayu jangan di ekspor karena kalau di ekspor, industri kayu lapis Tanah Air bisa mati," tandasnya.
"Produksi kurang lebih 2.000 ton per bulan. Jadi sampai Juni sekitar 12 ribu ton," ujar Direktur Utama DPNS, Siang Hadi Widjaja di Hotel Atlet Century, Rabu (26/6/2013).
Adapun hingga periode tersebut, perseroan juga memproyeksikan dapat mencatatkan pendapatan sebesar Rp60 miliar. "Untuk kuartal I kita catat Rp20 miliar. Nah sementara, kurang lebih Rp60 miliar sampai semester 1," sambungnya.
Hingga akhir tahun 2013, perseroan hanya menargetkan pertumbuhan tipis pada sisi produksi dan pendapatan, yakni hanya 10 persen dari capaian tahun 2012.
Hal ini karena perseroan melihat bisnis kayu lapis sebagai konsumen utama produk glue-nya mulai kehilangan masa jayanya. Di lain pihak, industri kayu lapis di Tanah Air juga sepi pemain karena banyak bahan dasar kayu yang di ekspor ke luar negeri.
"Proyeksi 2013, kami masih melihat tetap sebagai tantangan berat bagi perusahaan karena tergantung permintaan dari pabrik kayu lapis di Kalimantan Barat. Kita minta pemerintah untuk lebih tegas agar kayu jangan di ekspor karena kalau di ekspor, industri kayu lapis Tanah Air bisa mati," tandasnya.
(rna)