BRI kelola 7,62 juta debitur KUR
A
A
A
Sindonews.coom - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hingga saat ini telah mengelola 7,62 debitur kredit usaha rakyat (KUR). Dengan posisinya sebagai pengelola debitur KUR terbanyak di Tanah Air, Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan, sistem teknologi informasi (TI) menjadi salah satu kunci utama bagi perseroan dalam mengelola debitur kredit usaha rakyat (KUR).
"BRI mengelola 7,62 juta debitur atau 92,33 persen dari total debitur nasional. Karenanya, akurasi merupakan hal yang utama sehingga tanpa teknologi ini tidak bisa dilakukan," kata Sofyan di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (1/72013).
Dia mengakui, perseroan pertama kali menerapkan sistem TI secara online sejak tahun 2003 lalu. Saat pertama diterapka, hanya 607 kantor cabang BRI yang telah menggunakan sistem tersebut. Sistem TI kemudian baru bisa diterapkan di seluruh kantor cabang pada 2009, yaitu kepada 6.341 kantor.
Saat ini perseroan telah memiliki 9.101 kantor cabang. Hasilnya, BRI mencatat pertumbuhan kinerja yang signifikan seiring dengan diterapkannya sistem TI di selurh kantor cabangnya pada tahun 2009.
Pada tahun itu, BRI mencatat laba bersih hingga Rp7,3 triliun dan tumbuh lebih dua kali lipat pada akhir 2012 menjadi Rp18,5 triliun.
"BRI mengelola 7,62 juta debitur atau 92,33 persen dari total debitur nasional. Karenanya, akurasi merupakan hal yang utama sehingga tanpa teknologi ini tidak bisa dilakukan," kata Sofyan di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (1/72013).
Dia mengakui, perseroan pertama kali menerapkan sistem TI secara online sejak tahun 2003 lalu. Saat pertama diterapka, hanya 607 kantor cabang BRI yang telah menggunakan sistem tersebut. Sistem TI kemudian baru bisa diterapkan di seluruh kantor cabang pada 2009, yaitu kepada 6.341 kantor.
Saat ini perseroan telah memiliki 9.101 kantor cabang. Hasilnya, BRI mencatat pertumbuhan kinerja yang signifikan seiring dengan diterapkannya sistem TI di selurh kantor cabangnya pada tahun 2009.
Pada tahun itu, BRI mencatat laba bersih hingga Rp7,3 triliun dan tumbuh lebih dua kali lipat pada akhir 2012 menjadi Rp18,5 triliun.
(rna)