Antam jajaki pembangunan pabrik stainless steel
A
A
A
Sindonews.com - PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM) sedang menjajaki pembangunan pabrik stainless steel. Namun usaha ini baru bisa terelisasi setelah perseroan berhasil membangun deposit laterit dan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel.
Direktur Utama Antam, Tato Miraza memperkirakan Indonesia dapat membangun pabrik stainless steel dalam waktu 10-15 tahun ke depan. Agar dapat merealisasikan hal itu, Antam turut menggandeng Direct Nickel Limited (DNi) untuk membangun pengolahan dan pemurnian nikel tersebut.
"Sekarang keterlibatan mulai dari awal kita melakukan research bersama. Mereka (DNi) harus open terhadap kita. Kita mendevelop teknologi itu. Sifatnya partner strategic," kata Tato di Kantor Pusat Antam, Jakarta, Senin (22/7/2013).
Menurut dia, dengan adanya pengembangan dan pembangunan, Antam telah melakukan kesiapan untuk menghadapi kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah pada 2014. Dengan ditetapkannya aturan tersebut, maka permintaan dan kebutuhan nikel bisa terkontrol, sehingga bisa mengendalikan harga nikel dengan baik.
"Begitu pemerintah menghentikan ekspor ini di 2014, ya pengendalian ekspor. Dengan adanya pengendalian ekspor, suplai dan demand nikkel di dunia itu akan lebih terkontrol. Sehingga harga bisa dimanage pasar. Sekarang kan kashian, harga rendah, tambang juga banyak yang tutup," ujar dia.
Selain itu, lanjut Tato, adanya pengolahan dan pemurnian nikel tersebut juga akan membuka kesempatan bagi perseroan untuk melakukan pembangunan pabrik stainless steel di dalam negeri. Untuk itu, Antam berharap rencana jangka panjang pembangunan pabrik stainless steel ini dapat terealisasi.
"Di Indonesia kan belum ada pabrik stainlessteel. Jangka panjang kita ke depan membangun nikel integrated and nikel stainless steel industry. Itu horizon 10-15 tahun kedepan," pungkas dia.
Direktur Utama Antam, Tato Miraza memperkirakan Indonesia dapat membangun pabrik stainless steel dalam waktu 10-15 tahun ke depan. Agar dapat merealisasikan hal itu, Antam turut menggandeng Direct Nickel Limited (DNi) untuk membangun pengolahan dan pemurnian nikel tersebut.
"Sekarang keterlibatan mulai dari awal kita melakukan research bersama. Mereka (DNi) harus open terhadap kita. Kita mendevelop teknologi itu. Sifatnya partner strategic," kata Tato di Kantor Pusat Antam, Jakarta, Senin (22/7/2013).
Menurut dia, dengan adanya pengembangan dan pembangunan, Antam telah melakukan kesiapan untuk menghadapi kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah pada 2014. Dengan ditetapkannya aturan tersebut, maka permintaan dan kebutuhan nikel bisa terkontrol, sehingga bisa mengendalikan harga nikel dengan baik.
"Begitu pemerintah menghentikan ekspor ini di 2014, ya pengendalian ekspor. Dengan adanya pengendalian ekspor, suplai dan demand nikkel di dunia itu akan lebih terkontrol. Sehingga harga bisa dimanage pasar. Sekarang kan kashian, harga rendah, tambang juga banyak yang tutup," ujar dia.
Selain itu, lanjut Tato, adanya pengolahan dan pemurnian nikel tersebut juga akan membuka kesempatan bagi perseroan untuk melakukan pembangunan pabrik stainless steel di dalam negeri. Untuk itu, Antam berharap rencana jangka panjang pembangunan pabrik stainless steel ini dapat terealisasi.
"Di Indonesia kan belum ada pabrik stainlessteel. Jangka panjang kita ke depan membangun nikel integrated and nikel stainless steel industry. Itu horizon 10-15 tahun kedepan," pungkas dia.
(izz)