Produksi elpiji naik, ESSA cetak laba USD6,9 juta
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan pengilangan elpiji, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) sepanjang enam bulan pertama tahun ini mencatat laba bersih naik 16,8 persen menjadi USD6,9 juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Naiknya laba bersih tersebut seiring dengan naiknya pendapatan menjadi USD19,6 juta, dengan EBITDA USD12 juta.
"Naiknya kinerja perseroan ditopang meningkatnya produksi elpiji dan kondesat," kata Corporate Secretary & Head of Investor Realtion ESSA, Kanishk Laroya dalam laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (1/8/2013).
Selama semester I/2013, perseroan memproduksi elpiji sebesar 21.493 metrik ton (MT) dan kondesat sebesar 78.586 barel, masing-masing meningkat 26,2 persen dan 33,8 persen dibanding periode yang sama 2012.
Namun, harga rata-rata penjualan elpiji selama enam bulan pertama tahun ini menurun 10,8 persen menjadi USD809 per MT dibandingkan harga elpiji periode yang sama tahun lalu sebesar USD903 per MT. Harga rata-rata elpiji selama enam bulan ini lebih tinggi dari acuan perseroan sepanjang tahun ini sebesar USD750 per MT.
Mengenai progress ekspansi kilang elpiji perseroan, dia menjelaskan bahwa pada 19 Juni 2013, pekerjaan konstruksi telah dimulai dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 36.300 MT menjadi 61.000 MT.
"Penambahan produksi tersebut diharapkan dapat dimulai pada semester II/2014," ujarnya.
Selain itu, soal pendanaan entitas anak perseroan, yakni PT Panca Amara Utama (PAU), Kanishk menjelaskan, perseroan pada 30 Juli 2013 telah menandatangani fasilitas pinjaman sebesar USD75 juta dengan PT Bank UOB Indonesia.
Pinjaman itu, sebesar USD65 juta akan disuntikkan ke PAU sebagai ekuitas perusahaan, sedangkan sisanya akan digunakan sebagai fasilitas perdagangan.
"Perseroan juga telah menyuntikkan dana sebesar USD30,8 juta ke PAU, dan dengan tambahan USD65 juta telah mengamankan 70 persen dari kebutuhan modal untuk PAU," tutur Kanishk.
PAU telah mulai membangun fasilitas amoniak dengan kapasitas 700 ribu MT per tahun di Sulawesi Tengah dan diharapkan mulai berproduksi komersial pada kuartal III/2015. Dengan perkiraan biaya proyek sebesar USD750 juta, International Finance Corporation (IFC) memimpin pengaturan pembiayaan PAU melalui pinjaman sebesar USD500 juta.
Naiknya laba bersih tersebut seiring dengan naiknya pendapatan menjadi USD19,6 juta, dengan EBITDA USD12 juta.
"Naiknya kinerja perseroan ditopang meningkatnya produksi elpiji dan kondesat," kata Corporate Secretary & Head of Investor Realtion ESSA, Kanishk Laroya dalam laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (1/8/2013).
Selama semester I/2013, perseroan memproduksi elpiji sebesar 21.493 metrik ton (MT) dan kondesat sebesar 78.586 barel, masing-masing meningkat 26,2 persen dan 33,8 persen dibanding periode yang sama 2012.
Namun, harga rata-rata penjualan elpiji selama enam bulan pertama tahun ini menurun 10,8 persen menjadi USD809 per MT dibandingkan harga elpiji periode yang sama tahun lalu sebesar USD903 per MT. Harga rata-rata elpiji selama enam bulan ini lebih tinggi dari acuan perseroan sepanjang tahun ini sebesar USD750 per MT.
Mengenai progress ekspansi kilang elpiji perseroan, dia menjelaskan bahwa pada 19 Juni 2013, pekerjaan konstruksi telah dimulai dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 36.300 MT menjadi 61.000 MT.
"Penambahan produksi tersebut diharapkan dapat dimulai pada semester II/2014," ujarnya.
Selain itu, soal pendanaan entitas anak perseroan, yakni PT Panca Amara Utama (PAU), Kanishk menjelaskan, perseroan pada 30 Juli 2013 telah menandatangani fasilitas pinjaman sebesar USD75 juta dengan PT Bank UOB Indonesia.
Pinjaman itu, sebesar USD65 juta akan disuntikkan ke PAU sebagai ekuitas perusahaan, sedangkan sisanya akan digunakan sebagai fasilitas perdagangan.
"Perseroan juga telah menyuntikkan dana sebesar USD30,8 juta ke PAU, dan dengan tambahan USD65 juta telah mengamankan 70 persen dari kebutuhan modal untuk PAU," tutur Kanishk.
PAU telah mulai membangun fasilitas amoniak dengan kapasitas 700 ribu MT per tahun di Sulawesi Tengah dan diharapkan mulai berproduksi komersial pada kuartal III/2015. Dengan perkiraan biaya proyek sebesar USD750 juta, International Finance Corporation (IFC) memimpin pengaturan pembiayaan PAU melalui pinjaman sebesar USD500 juta.
(rna)