Mata uang di Asia bervariasi merespon sikap Fed
A
A
A
Sindonews.com - Mata uang di negara berkembang Asia hari ini mixed, setelah menit pertemuan Federal Reserve AS (Fed) tidak dapat memberikan kejelasan tentang masa depan program stimulus. Sementara kenaikan data manufaktur China (PMI) memberikan dukungan pada harga.
Rupee India bangkit kembali pada awal perdagangan duduk di posisi 64,10 rupee terhadap dolar AS/USD, setelah tenggelam ke rekor terendah 64,72 rupee pada Rabu (21/8/2013) sore.
Sementara rupiah diperdagangkan di level Rp10.755 terhadap dolar AS, terendah dalam empat tahun, tapi lebih baik daripada 10.945 sehari sebelumnya. Di sisi lain Bloomberg mencatat kurs rupiah pagi ini anjlok ke level Rp11.011 per USD, melemah 236 poin dibanding penutupan kemarin. Selanjutnya, Baht Thailand berada di posisi 32,11, dibandingkan dengan 31,77 per USD.
Menit dari pertemuan kebijakan Fed untuk Juli menunjukkan anggota dewan telah berbeda pendapat atas rencana pengurangan pembelian obligasi USD85 miliar per bulan, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE). Di satu pihak pelancipan perlu dilakukan bulan depan, namun di sisi lain bank sentral harus melihat lebih banyak bukti ekonomi AS yang cukup kuat.
Ketua Fed Ben Bernanke sendiri menyebutkan, pihaknya tidak akan berada dalam skema sampai perekonomian dapat berdiri dua kaki dan pengangguran di bawah 7 persen.
Di Tokyo, dolar AS hari ini naik menjadi 98,20 yen, dari 97,67 yen di New York pada akhir Rabu. Sementara euro dibeli USD1,3338 dari USD1,3359.
"Saya pribadi tidak berpikir menit (Fed) akan memberikan indikasi yang jelas apakah peruncingan akan dimulai bulan depan atau tidak. Tapi, pasar bereaksi dengan penurunan saham, kenaikan imbal hasil dan pembelian dolar," ujar Kengo Suzuki, ahli strategi mata uang Mizuho Efek, seperti dilansir dari AFP.
Langkah mengakhiri QE telah membuat investor asing dalam beberapa bulan terakhir memulangkan beberapa dana besar yang dikucurkan ke negara berkembang saat diresmikan pada September 2012, yang pada gilirannya memukul mata uang dan ekuitas.
Namun, Marito Ueda, pedagang mata uang top di FX Prime mengatakan, tekanan besar terhadap mata uang emerging market jatuh sedikit, setelah PMI China (indeks pembelian manajer) lebih baik dari perkiraan.
Diketahui, raksasa perbankan HSBC melaporkan pembacaan awal PMI China naik menjadi 50,1 pada Agustus, dibandingkan dengan pembacaan akhir 47,7 poin pada Juli. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi dari bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Data ini menunjukkan pertumbuhan pertama dalam empat bulan, datang setelah angka terakhir menunjukkan kenaikan dalam perdagangan China. Perhatian sekarang akan beralih ke rilis klaim pengangguran awal AS, yang akan memberikan gambaran tentang keadaan ekonomi di negeri 'Adidaya' itu.
Rupee India bangkit kembali pada awal perdagangan duduk di posisi 64,10 rupee terhadap dolar AS/USD, setelah tenggelam ke rekor terendah 64,72 rupee pada Rabu (21/8/2013) sore.
Sementara rupiah diperdagangkan di level Rp10.755 terhadap dolar AS, terendah dalam empat tahun, tapi lebih baik daripada 10.945 sehari sebelumnya. Di sisi lain Bloomberg mencatat kurs rupiah pagi ini anjlok ke level Rp11.011 per USD, melemah 236 poin dibanding penutupan kemarin. Selanjutnya, Baht Thailand berada di posisi 32,11, dibandingkan dengan 31,77 per USD.
Menit dari pertemuan kebijakan Fed untuk Juli menunjukkan anggota dewan telah berbeda pendapat atas rencana pengurangan pembelian obligasi USD85 miliar per bulan, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE). Di satu pihak pelancipan perlu dilakukan bulan depan, namun di sisi lain bank sentral harus melihat lebih banyak bukti ekonomi AS yang cukup kuat.
Ketua Fed Ben Bernanke sendiri menyebutkan, pihaknya tidak akan berada dalam skema sampai perekonomian dapat berdiri dua kaki dan pengangguran di bawah 7 persen.
Di Tokyo, dolar AS hari ini naik menjadi 98,20 yen, dari 97,67 yen di New York pada akhir Rabu. Sementara euro dibeli USD1,3338 dari USD1,3359.
"Saya pribadi tidak berpikir menit (Fed) akan memberikan indikasi yang jelas apakah peruncingan akan dimulai bulan depan atau tidak. Tapi, pasar bereaksi dengan penurunan saham, kenaikan imbal hasil dan pembelian dolar," ujar Kengo Suzuki, ahli strategi mata uang Mizuho Efek, seperti dilansir dari AFP.
Langkah mengakhiri QE telah membuat investor asing dalam beberapa bulan terakhir memulangkan beberapa dana besar yang dikucurkan ke negara berkembang saat diresmikan pada September 2012, yang pada gilirannya memukul mata uang dan ekuitas.
Namun, Marito Ueda, pedagang mata uang top di FX Prime mengatakan, tekanan besar terhadap mata uang emerging market jatuh sedikit, setelah PMI China (indeks pembelian manajer) lebih baik dari perkiraan.
Diketahui, raksasa perbankan HSBC melaporkan pembacaan awal PMI China naik menjadi 50,1 pada Agustus, dibandingkan dengan pembacaan akhir 47,7 poin pada Juli. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi dari bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Data ini menunjukkan pertumbuhan pertama dalam empat bulan, datang setelah angka terakhir menunjukkan kenaikan dalam perdagangan China. Perhatian sekarang akan beralih ke rilis klaim pengangguran awal AS, yang akan memberikan gambaran tentang keadaan ekonomi di negeri 'Adidaya' itu.
(dmd)