Tempe mulai menghilang di Depok
A
A
A
Sindonews.com - Akibat kenaikan harga kedelai impor, membuat tempe mulai sulit dicari di pasar tradisional saat ini. Sebab, banyak pedagang memilih libur sementara, karena bingung mematok harga.
Pedagang tempe di Pasar Kemirimuka, Beji, Depok, Kasbani mengaku tetap bertahan berjualan tempe tetapi menaikan harga 30-40 persen. Menurutnya, harga kedelai kini mencapai Rp9.700 per kilogram (kg).
"Terpaksa harganya harus dinaikkan, dari sebelumnya Rp6 ribu untuk satu tempe ukuran panjang, kini saya jual Rp10 ribu. Ada yang kecil, dari Rp2 ribu, sekarang saya jual Rp3 ribu sampai Rp4 ribu. Kalau mau libur seperti pedagang lain, saya mau makan apa, enggak ada kerjaan juga," tuturnya, Rabu (28/8/2013).
Dia mengaku harus merogoh kocek belanja modal lebih besar. Biasanya sekali belanja tempe ke pedagang besar, dia hanya mengeluarkan modal awal Rp400 ribu. Kini sepekan terakhir, sekali belanja harus mengeluarkan modal Rp600 ribu.
"Mau enggak mau kan menaikkan harga, karena modalnya juga nambah. Kacang kedelainya makin mahal," ungkap dia.
Menurutnya, mogok massal untuk tidak berjualan sulit dilakukan. Sebab banyak pedagang tidak kompak. "Ini dolar naik pasti permainan bos-bos di atas, kami kan orang kecil enggak mengerti," ujarnya.
Kasbani mengungkapkan, para pedagang tempe sudah banyak yang libur seperti di Pitara, Dewi Sartika, Kemirimuka Depok ini juga ada yang libur.
"Saya hanya mengandalkan hidup dari tempe, sekarang anak saya sudah lulus sarjana dan ada yang jadi guru berkat jualan tempe 30 tahun," tutur dia.
Pedagang tempe di Pasar Kemirimuka, Beji, Depok, Kasbani mengaku tetap bertahan berjualan tempe tetapi menaikan harga 30-40 persen. Menurutnya, harga kedelai kini mencapai Rp9.700 per kilogram (kg).
"Terpaksa harganya harus dinaikkan, dari sebelumnya Rp6 ribu untuk satu tempe ukuran panjang, kini saya jual Rp10 ribu. Ada yang kecil, dari Rp2 ribu, sekarang saya jual Rp3 ribu sampai Rp4 ribu. Kalau mau libur seperti pedagang lain, saya mau makan apa, enggak ada kerjaan juga," tuturnya, Rabu (28/8/2013).
Dia mengaku harus merogoh kocek belanja modal lebih besar. Biasanya sekali belanja tempe ke pedagang besar, dia hanya mengeluarkan modal awal Rp400 ribu. Kini sepekan terakhir, sekali belanja harus mengeluarkan modal Rp600 ribu.
"Mau enggak mau kan menaikkan harga, karena modalnya juga nambah. Kacang kedelainya makin mahal," ungkap dia.
Menurutnya, mogok massal untuk tidak berjualan sulit dilakukan. Sebab banyak pedagang tidak kompak. "Ini dolar naik pasti permainan bos-bos di atas, kami kan orang kecil enggak mengerti," ujarnya.
Kasbani mengungkapkan, para pedagang tempe sudah banyak yang libur seperti di Pitara, Dewi Sartika, Kemirimuka Depok ini juga ada yang libur.
"Saya hanya mengandalkan hidup dari tempe, sekarang anak saya sudah lulus sarjana dan ada yang jadi guru berkat jualan tempe 30 tahun," tutur dia.
(izz)