IHSG diprediksi tertekan jelang pengumuman inflasi
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada melihat adanya potensi tekanan yang cukup kuat terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga pelemahannya akan kembali berlanjut jelang pengumuman data inflasi Indonesia bulan September 2013.
"Pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.275-4.305 dan resistance 4.410-4.418. Laju IHSG sempat melewati target support kami (4.400-4.416), sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan. Kurang kondusifnya sentimen yang ada memperlambat laju IHSG," kata Reza, Senin (1/10/2013).
Kekhawatiran akan potensi terjadinya shutdown telah menekan laju IHSG, sehingga kembali mendarat di teritori merah. Kondisi bursa saham AS di akhir pekan yang masih memperpanjang pelemahannya berimbas negatif pada laju bursa saham Asia yang juga berimbas negatif pada IHSG.
Pelaku pasar menilai potensi deadlock pembahasan APBN AS akan dapat menganggu pertumbuhan ekonomi AS, sehingga kenaikan yang terjadi pada akhir pekan sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk profitisasi.
Laju nilai tukar rupiah yang masih mendekam di zona merah dan pembukaan pasar saham Eropa yang negatif turut menjadi sentimen negatif bagi laju IHSG.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.403,38 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.313,29 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.316,18.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
"Diharapkan rilis inflasi dapat memberikan respon positif, sehingga dapat menahan pelemahan lanjutan," kata Reza.
Tidak hanya IHSG, sejumlah indeks di bursa saham Asia turut dibuat takluk dengan sentimen dari AS. Apalagi semakin hari, pelaku pasar kian melihat potensi terjadinya kebuntuan pembahasan anggaran diparlemen AS, sehingga semakin menambah sentimen negatif dan memicu kondisi sell off yang tentunya berimbas negatif pada pergerakan indeks saham Asia.
Di sisi lain, beberapa indeks saham China mampu menghijau dengan dukungan penguatan saham-saham konsumer dan teknologi jelang libur nasionalnya dan imbas rilis kenaikan tipis HSBC manufacturing PMI.
Sentimen potensi deadlock-nya pembahasan ekonomi AS turut mempertakut kondisi bursa saham Eropa yang memperpanjang pelemahannya hingga kini.
Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati situasi politik di Italia pasca Silvio Berlusconi melalui partai politiknya menarik dukungannya dari PM Italia saat ini, Enrico Letta.
"Pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.275-4.305 dan resistance 4.410-4.418. Laju IHSG sempat melewati target support kami (4.400-4.416), sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan. Kurang kondusifnya sentimen yang ada memperlambat laju IHSG," kata Reza, Senin (1/10/2013).
Kekhawatiran akan potensi terjadinya shutdown telah menekan laju IHSG, sehingga kembali mendarat di teritori merah. Kondisi bursa saham AS di akhir pekan yang masih memperpanjang pelemahannya berimbas negatif pada laju bursa saham Asia yang juga berimbas negatif pada IHSG.
Pelaku pasar menilai potensi deadlock pembahasan APBN AS akan dapat menganggu pertumbuhan ekonomi AS, sehingga kenaikan yang terjadi pada akhir pekan sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk profitisasi.
Laju nilai tukar rupiah yang masih mendekam di zona merah dan pembukaan pasar saham Eropa yang negatif turut menjadi sentimen negatif bagi laju IHSG.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.403,38 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.313,29 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.316,18.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
"Diharapkan rilis inflasi dapat memberikan respon positif, sehingga dapat menahan pelemahan lanjutan," kata Reza.
Tidak hanya IHSG, sejumlah indeks di bursa saham Asia turut dibuat takluk dengan sentimen dari AS. Apalagi semakin hari, pelaku pasar kian melihat potensi terjadinya kebuntuan pembahasan anggaran diparlemen AS, sehingga semakin menambah sentimen negatif dan memicu kondisi sell off yang tentunya berimbas negatif pada pergerakan indeks saham Asia.
Di sisi lain, beberapa indeks saham China mampu menghijau dengan dukungan penguatan saham-saham konsumer dan teknologi jelang libur nasionalnya dan imbas rilis kenaikan tipis HSBC manufacturing PMI.
Sentimen potensi deadlock-nya pembahasan ekonomi AS turut mempertakut kondisi bursa saham Eropa yang memperpanjang pelemahannya hingga kini.
Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati situasi politik di Italia pasca Silvio Berlusconi melalui partai politiknya menarik dukungannya dari PM Italia saat ini, Enrico Letta.
(rna)