SBY perintahkan jajarannya amati dampak shutdown AS
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengimbau jajarannya di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II, agar mencermati ancaman shutdown di Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut menanggapi kebijakan pemerintah AS yang akhirnya menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah. Langkah itu, menyusul serangkaian perdebatan panjang dan manuver politik di parlemen, senat dan Gedung Putih, yang akhirnya gagal mencapai kesepakatan atas persoalan kebuntuan anggaran negara.
Saat memberikan pengantar dalam rapat paripurna kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (1/10/2013) sore, Presiden SBY menyatakan, gejolak perekonomian dalam negeri tidak seluruhnya akibat faktor domestik. Tapi, sebagian karena permasalahan dunia.
Sebab itu, solusinya apa yang bisa dilakukan secara domestik. "Kemudian apa pula yang harus kita kerja sama kan dengan negara-negara sahabat, dengan komunitas internasional, baik di kawasan maupun pada tingkat global," ujar SBY.
Pada kesempatan itu, dia yakin beberapa jajarannya terus mengikuti perkembangan situasi di dalam negeri, situasi kawasan Asia Pasifik dan kawasan tingkat dunia.
"Sebagai contoh saya terus mengikuti permasalahan yang dihadapi hampir semua emerging markets termasuk negara-negara BRICS, Brasil, Rusia, India, Afrika Selatan dan Tiongkok, itu juga sepenuhnya belum bisa diatasi. Negara emerging market yang lain di luar BRICS, contohnya Indonesia, Turki dan lain-lain, juga masih bekerja keras untuk mengatasi permasalahan ini," ungkap Presiden.
"Contohnya, apa yang terjadi di AS beberapa jam lalu, apa yang disebut government federal shutdown, itu memberikan implikasi kepada perekonomian dunia, perekonomian negara-negara lain. Ya, begitulah karena (AS) perekonomian terbesar di dunia. Dolar itu di mana berada dan peregerakannya seperti apa, tidak bebas dari kebijakan AS, kebijakan moneter utamanya," jelas SBY.
Untuk itu, Presiden meminta jajarannya agar terus mengikuti perkembangan dan dinamika di Amerika Serikat, maupun negara-negara penting lainnya.
Hal tersebut menanggapi kebijakan pemerintah AS yang akhirnya menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah. Langkah itu, menyusul serangkaian perdebatan panjang dan manuver politik di parlemen, senat dan Gedung Putih, yang akhirnya gagal mencapai kesepakatan atas persoalan kebuntuan anggaran negara.
Saat memberikan pengantar dalam rapat paripurna kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (1/10/2013) sore, Presiden SBY menyatakan, gejolak perekonomian dalam negeri tidak seluruhnya akibat faktor domestik. Tapi, sebagian karena permasalahan dunia.
Sebab itu, solusinya apa yang bisa dilakukan secara domestik. "Kemudian apa pula yang harus kita kerja sama kan dengan negara-negara sahabat, dengan komunitas internasional, baik di kawasan maupun pada tingkat global," ujar SBY.
Pada kesempatan itu, dia yakin beberapa jajarannya terus mengikuti perkembangan situasi di dalam negeri, situasi kawasan Asia Pasifik dan kawasan tingkat dunia.
"Sebagai contoh saya terus mengikuti permasalahan yang dihadapi hampir semua emerging markets termasuk negara-negara BRICS, Brasil, Rusia, India, Afrika Selatan dan Tiongkok, itu juga sepenuhnya belum bisa diatasi. Negara emerging market yang lain di luar BRICS, contohnya Indonesia, Turki dan lain-lain, juga masih bekerja keras untuk mengatasi permasalahan ini," ungkap Presiden.
"Contohnya, apa yang terjadi di AS beberapa jam lalu, apa yang disebut government federal shutdown, itu memberikan implikasi kepada perekonomian dunia, perekonomian negara-negara lain. Ya, begitulah karena (AS) perekonomian terbesar di dunia. Dolar itu di mana berada dan peregerakannya seperti apa, tidak bebas dari kebijakan AS, kebijakan moneter utamanya," jelas SBY.
Untuk itu, Presiden meminta jajarannya agar terus mengikuti perkembangan dan dinamika di Amerika Serikat, maupun negara-negara penting lainnya.
(gpr)